Ngelmu.co – Lesunya ekonomi negeri, berdampak ke penjualan Tanah Abang sepi, hingga anjloknya omzet para pedagang pasar yang terletak di Jakarta Pusat itu. Seperti yang terlihat pada Selasa (19/11) sore, sekitar pukul 16.00 WIB, arus lalu lintas dari arah Jati Baru dan Stasiun Tanah Abang, sangat lancar. Tak nampak ada kepadatan di sana.
Tanah Abang Sepi Hingga Omzet Anjlok
Dilansir CNBC, yang kembali menyambangi Blok B Tanah Abang, Rabu (20/11) sore, sekitar pukul 15.00 WIB, suasana di dalam pasar pun masih sama. Bahkan, beberapa ruko tutup. Tak banyak lalu-lalang pembeli.
Masih penasaran, peninjauan kembali dilakukan pada hari Kamis (21/11), dari pagi hingga siang hari, ke beberapa blok di Tanah Abang. Hasilnya? Meski telah menulusuri lantai demi lantai, situasi yang ditemukan tetap tak seramai biasanya.
Lorong-lorong sepi di blok-blok Pasar Tanah Abang, kini seolah menjadi hal biasa. Sebab, menurut sejumlah pedagang, kondisi demikian, mulai terasa sejak setahun terakhir.
Seperti yang disampaikan oleh Sri, salah seorang pedagang toko Zaid, di blok F.
Ia mengatakan, sepinya pengunjung, berdampak pada penjualan gamisnya yang menurun hampir 50 persen, dibanding tahun 2018.
“Ini sudah hampir setahun lebih, ‘kan bisa dilihat perekonomian juga turun,” tuturnya, Kamis (21/11) lalu.
Baca Juga: Ketika Resesi Ekonomi Dunia Semakin Nyata, Indonesia Harus Apa?
Sementara pedagang gamis lainnya, Fauziah, mengatakan telah merasakan penurunan, usai demonstrasi pasca Pemilu 2019, tepat di bulan Mei lalu.
Akhir pekan yang biasanya bisa mendongkrak penjualan, kata Fauziah, saat ini tetap tak terlalu banyak membantu.
“Sabtu-Minggu yang lewat banyak, tapi belum tentu belanja, yang belanja sama saja (hasilnya seperti hari-hari biasa),” ungkapnya.
Meskipun ia mengaku sudah mulai mencoba mempromosikan barang dagangannya melalu media sosial Facebook dan juga WhatsApp, upaya itu tetap belum cukup mengangkat penjualan.
Pedagang lain yang mengalami nasib sama, Muhaimin, mengatakan jika menjelang Natal dan Tahun Baru yang biasanya menjadi momen orang-orang berburu pakaian di tempatnya, saat ini justru sepi.
“Kadang, sehari cuma untuk penglaris saja,” ujar pria yang berjualan pakaian anak-anak itu.
Mereka juga menengarai, hal ini disebabkan oleh perpindahan gaya berbelanja, dari langsung bertatap muka, ke belanja online.
Tanggapan Dirut PD Pasar Jaya
Dirut PD Pasar Jaya, Arief Nasrudin juga mengatakan hal yang sama, saat dikonfirmasi.
Menurutnya, kondisi di sana menjadi gambaran persaingan, antar pedagang dan pelanggan, yang sudah memesan barang yang diinginkan, secara online atau sambungan telepon, sehingga tak perlu lagi datang langsung ke Tanah Abang.
Namun, di sisi lain, pedagang grosir Blok A, Lucas, yang mengaku juga berjualan di lapak online, tetap mengalami penurunan penjualan.
“Belanja toko online juga nge-drop. Bukan kita doang. Perekonomian kurang bagus,” ucapnya.
Menanggapi ini, Arief membantah adanya kelesuan di Tanah Abang. Ia lebih beranggapan, bahwa hal itu bagian dari persaingan antar pedagang, dan fenomena belanja online.
“Persaingan semakin banyak, ada kompetisi lama (yang harus) di-antisipasi pedagang,” tuturnya, Kamis (21/11).
Meskipun pertumbuhan ekonomi Indonesia Triwulan III 2019 ada di angka 5,02 persen (melambat), Arief tetap mengatakan, bukan berarti perdagangan juga ikut menurun.
“Apa pun antisipasi dengan Pertumbuhan Ekonomi 5,02 persen, ketika memang terjadi kelesuan, apa dampaknya signifikan, ini perlu dikaji lebih dalam,” pungkasnya.