Ngelmu.co – Manusia menjumpai hidayah, tak hanya lewat satu jalan. Ibaratnya, ada yang sekadar berpapasan, ada juga yang sampai berpelukan.
Elfitan salah satu yang bertemu, berjabat tangan, hingga memeluk hidayah dalam damai.
Syukurnya lagi, ia yang tak ingin jalan sendiri turut mengajak sang istri, Linawati. Mereka pun hijrah bersama.
Keduanya yakin untuk bersyahadat, setelah Elfitan, bertemu dengan pria berjubah yang juga beserban, dalam mimpi.
“Alasan saya masuk Islam, panjang ceritanya… yang jelas, keputusan saya ini murni dari hati,” tuturnya, Jumat (29/10) kemarin.
“Ya, berawal [dari mimpi] diselamatkan pria berjubah, dari dalam jurang,” sambung Elfitan, mengutip Riau Online.
Lebih lanjut, ia mengaku bahwa hatinya juga merasa tenteram, ketika mendengar nasihat dari pria yang menyelamatkannya tadi.
“Apa pun [nasihat yang] disampaikan, terasa sejuk,” kata pria kelahiran 1955 itu.
“Sehingga hati saya mantap memeluk agama Islam. Meski tidak muda lagi,” imbuh Elfitan.
Setelahnya, sang istri, Linawati pun singkat menyampaikan, “Saya mengikuti suami,” ujarnya.
Baik Elfitan pun Linawati, sama-sama lancar mengucap dua kalimat syahadat.
Pengurus Mualaf Center Masjid Agung An-Nur Pekanbaru, Riau, H Rubianto, yang membimbing keduanya.
“Semoga istikamah menjalankan, dan sehabis syahadat ini, jangan lupa mandi besar serta khitan, bagi yang belum,” pesannya.
Usai bersyahadat, ratusan jemaah Jumat Masjid Agung An-Nur Pekanbaru, mengucapkan selamat kepada Elfitan dan Linawati.
Nampak juga sesekali–kerabat pun tetangga–merangkul hangat suami istri yang baru saja mengambil keputusan besar dalam hidupnya.
Baca Juga:
Jauh sebelum Elfitan dan Linawati, pada 2020 lalu, Masjid Raya Agung An-Nur juga menjadi saksi.
Bagaimana satu keluarga asal Sumatra Utara, memutuskan untuk bersyahadat.
Tidak ada paksaan. Mereka menjadi mualaf, karena merasa Islam itu indah dan damai.
Dengan mata berkaca-kaca, Januari Sitorus Pane–kepala rumah tangga–bersyahadat di hadapan jemaah.
Selengkapnya, baca: