Pemilihan Tema Picu Polemik
Dua tema yang BPIP pilih sebelumnya, memicu polemik, bahkan mengundang sentilan publik.
Seperti yang muncul dari seorang pendiri Drone Emprit dan PT Media Kernels Indonesia, Ismail Fihmi.
Melalui akun Twitter pribadinya, ia mengetwit, “Sekadar sharing ide buat mimin BPIP.”
“Anak-anak santri NU, MU, anak-anak gen Z, millenial, KPoppers, mereka concernnya ke topik: climate change, tanam mangrove, bantu Covid lintas agama, dan lain-lain.”
“Coba topiknya kekinian: pandangan Islam tentang climate change, kerja lintas agama, dan lain-lain,” sambung Ismail.
Ia juga menyarankan, agar BPIP mengajak anak-anak muda pun santri untuk mewujudkan Pancasila, dalam konteks kekinian juga masa depan.
“Bagaimana nilai-nilai Pancasila, dan nilai-nilai agama menjawab problem besar manusia,” tuturnya.
Mendapati respons Ismail, jurnalis senior, Farid Gaban pun bertanya.
“Kenapa topiknya khusus Islam? Kenapa bukan hormat bendera dan lagu kebangsaan menurut hukum agama Kristen, Budha, Hindu, Katolik, Konghucu, keyakinan-keyakinan lainnya?”
Penjelasan Ismail, bahwa ini berkaitan dengan Hari Santri, tak memadamkan keheranan Farid.
“Apakah di hari penganut Katolik, Kristen, atau agama dan keyakinan lain, ada juga lomba seperti ini?”
Tokoh NU, Nadirsyah Hosen (Gus Nadir), juga menyampaikan pesan kepada BPIP.
“Tema ‘Hormat Bendera Menurut Hukum Islam’, dan ‘Menyanyikan Lagu Kebangsaan Menurut Hukum Islam’, ini terlalu fiqh pembahasannya.”
“Dan kesimpulannya sudah bisa ditebak. Lebih baik, temanya umum menggali khazanah keilmuan santri, ‘Apa makna bendera dan lagu kebangsaan dalam turats?’,” sarannya.
Kritik tak hanya keluar dari perseorangan, tetapi juga atas nama organisasi Islam seperti Muhammadiyah.
Lembaga independen seperti Majelis Ulama Indonesia (MUI), hingga dari ranah politik, yakni Partai Keadilan Sejahtera (PKS).
Jika BPIP tak ada manfaatnya, Ketua Pimpinan Pusat Muhammadiyah Busyro Muqoddas, bahkan mendorong pembubaran lembaga tersebut.
Wakil Ketua Umum MUI Anwar Abbas, juga bilang, “Kesimpulan saya, BPIP ini memang sebaiknya dibubarkan saja.”
Begitu pun dengan Ketua DPP PKS Mardani Ali Sera yang satu suara dengan Busyro dan Anwar.
“Aneh temanya, dan terkesan tendensius. Jadi buka luka lama, saat dikatakan musuh Pancasila itu agama,” tuturnya.
“BPIP,” sambung Mardani, “mestinya menyatukan, bukan buat kontroversi”
Selengkapnya, baca di: