Ngelmu.co – Penjabat (Pj) Bupati Sumedang Herman Suryatman, menyatakan, tiga wilayah, yakni Tegalsari, Cipamengpeuk, dan Babakan Bukit, terdampak gempa cukup parah.
14 Desa Terdampak
Berdasarkan laporan Badan Penanggulangan Bencana Daerah (BPBD) Jawa Barat, gempa yang terjadi ini berdampak pada 14 desa di wilayah Sumedang.
Terdapat juga korban yang terluka akibat tertimpa bangunan. Namun, tidak ada korban jiwa.
“Tim dari BPBD, BMKG, dan pemda, sudah diturunkan ke lapangan untuk asesmen, mendata kerusakan di lapangan.”
“Sementara ini sudah terkendali, hanya beberapa warga terluka,” kata Herman di Bandung, Senin (1/1/2024).
Ia juga mengaku menerima laporan, bahwa dua rumah sakit ikut terdampak, yakni RSUD Sumedang dan RS Pakuwon.
Pasien di kedua rumah sakit itu juga sempat dievakuasi ke luar bangunan, dan dirawat di tenda darurat.
“Saat kejadian, di RSUD Sumedang, terdapat 248 pasien rawat inap, dan 83 pasien UGD.”
“Bagian yang terdata rusak adalah paviliun dan ruangan VIP. Pasien saat ini aman, dan disiapkan tenda darurat,” jelas Herman.
Terpisah, Kepala Pelaksana BPBD Kabupaten Sumedang Atang Sutarno, meluruskan kabar bohong soal akan adanya gempa bumi susulan dengan kekuatan yang lebih besar.
Ia menegaskan bahwa kabar gempa susulan itu adalah informasi yang tidak benar, dan dibuat oleh oknum yang tidak bertanggung jawab.
Sebab, hingga saat ini, belum ada teknologi yang dapat memprediksi kapan akan terjadi gempa bumi.
Oleh sebab itu, Atang meminta kepada seluruh masyarakat Sumedang–dan sekitarnya–agar tidak panik. Namun, tetap waspada.
Ia juga meminta masyarakat agar memperbarui informasi terkait gempa bumi dan potensi bencana lainnya, hanya dari instansi pemerintah.
Seperti BMKG, BNPB, BPBD, dan Badan Geologi.
“Tidak ada seorang ahli pun yang dapat memprediksi kapan terjadinya gempa bumi, termasuk gempa susulan.”
“Kalau ada yang mengatakan bahwa nanti akan terjadi gempa bumi susulan, itu adalah hoaks,” tegas Atang.
Rumah Rusak, Warga Mengungsi
Sebanyak 248 rumah rusak, dan 456 warga harus mengungsi, akibat gempa yang terjadi pada Ahad (31/12/2023). Berdasarkan data yang terkumpul:
- 138 rumah rusak ringan;
- 110 rumah rusak berat;
- 456 warga mengungsi;
- 11 orang mengalami luka ringan.
Dua dari 11 orang yang mengalami luka ringan kemudian dirawat di RSUD Sumedang, dan RS Santosa Bandung.
“Korban jiwa tidak ada, hanya luka ringan 11 orang, dan dua orang di antaranya dirawat, sisanya sudah pulang ke rumah masing-masing.”
Demikian kata Penjabat (Pj) Gubernur Jawa Barat Bey Triadi Machmudin usai meninjau dampak gempa di RSUD Sumedang, Senin (1/1/2024).
Pascagempa bermagnitudo 4,8 terjadi, pasien RSUD Sumedang, harus dievakuasi, 108 pasien dirawat di halaman depan, sementara 45 pasien lainnya dirawat di halaman belakang.
Bey menyatakan, para pasien akan tetap ditangani secara intensif, karena keselamatan dan ketenangan mereka menjadi prioritas.
“Saat meninjau ke RSUD Sumedang, saya lihat penanganannya sudah baik, yang utama adalah keselamatan dan ketenangan pasien.”
“Jadi, dipindahkan dulu ke tempat yang aman, memang masih ada pasien di dalam, tapi itu berada di bangunan yang aman,” kata Bey.
Ia juga mengatakan, gempa yang mengguncang Sumedang, terjadi lima kali, yakni pada 31 Desember 2023 dan 1 Januari 2024 dini hari.
Namun, setelah gempa yang ketiga atau puncaknya, yakni dengan magnitudo 4,8 pada pukul 20.30 WIB, guncangan gempa berangsur mengecil; bermagnitudo 2.
“Tentunya kita berharap tidak terjadi lagi gempa susulan,” kata Bey.
Baca juga:
Setelah meninjau kondisi di RSUD Sumedang, ia kemudian meninjau kondisi permukimam warga yang terdampak gempa cukup parah.
Tepatnya di Perum Babakan Hurip, Kelurahan Kotakaler, Kecamatan Sumedang Utara.
Bey menyapa sejumlah warga yang sedang mengungsi di sejumlah tenda darurat.
Ia hendak memastikan kondisi mereka aman, dan terpenuhi segala kebutuhan logistikanya.
Pada kesempatan itu juga, Bey kemudian menyerahkan bantuan secara simbolis.
Berupa dana kebencanaan, makanan, dan obat-obatan; kepada Pj Bupati Sumedang Herman Suryatman.
“Kami akan terus memantau, dan berharap masyarakat mematuhi petunjuk petugas di lapangan,” kata Bey.
Berdasarkan hasil analisis Badan Geologi Kementerian Energi Sumber Daya dan Mineral (ESDM), kejadian gempa bumi ini diperkirakan akibat aktivitas sesar aktif Cileunyi-Tanjungsari.
Disimpulkan berdasarkan posisi lokasi pusat gempa bumi, dan kedalaman dari data BMKG.
Menurut data Badan Geologi, sesar Cileunyi-Tanjungsari merupakan sesar mendatar mengiri.
Sebarannya mulai dari selatan Desa Tanjungsari, menerus ke timur laut, hingga lembah Sungai Cipeles, dan nilai laju geser berkisar antara 0,19-0,48 mm/tahun.
Badan Geologi juga mencatat bahwa wilayah Kabupaten Sumedang, pernah mengalami kejadian gempa bumi merusak pada tahun 1972, sedangkan kejadian gempa bumi tahun 2010, menimbulkan kecemasan bagi penduduk di daerah Tanjungsari, Kabupaten Sumedang.
Pada 2022 juga tercatat kejadian gempa bumi dengan magnitudo 2,7 pada kedalaman 16 km.
Dengan melihat hasil analisis dan catatan masa lalu, masyarakat diimbau tetap tenang, mengikuti arahan dan informasi dari petugas BPBD setempat.
Masyarakat juga diimbau untuk tetap waspada dengan kejadian gempa bumi susulan, dan jangan terpancing oleh isu mengenai gempa bumi yang muncul dari pihak tidak bertanggung jawab.