Ngelmu.co – Gubernur Sumatra Barat (Sumbar), Irwan Prayitno, menyurati Menteri Komunikasi dan Informatika (Menkominfo), Johnny G Plate. Ia meminta, agar pihak Kemenkominfo, dapat menghapus aplikasi Kitab Injil berbahasa Minang dari Google Play Store.
Langkah itu sebagai tindak lanjut, dari keresahan yang disampaikan oleh masyarakat Minangkabau.
Kabar ini juga sudah dibenarkan oleh Plt Kepala Biro Humas Pemprov Sumbar, Zardi Syahrir.
Ia mengatakan, jika permintaan itu diajukan, bukan dengan maksud membedakan agama, tetapi atas pertimbangan pendekatan budaya masyarakat Minangkabau.
“Kan di Sumatra Barat, kita tahu juga, di sini ada budaya. Jadi memang kultur Islam, lebih dekat dengan Sumbar,” kata Zardi, seperti dilansir Detik, Kamis (4/6).
“Bukan membedakan agama, ndak. Tapi ini budayanya,” sambungnya.
“Jadi budaya di Sumbar, arahnya Islam. Nah, berdasarkan itu, tentu tatanan budaya itu patut kita hargai, karena budaya itu ‘kan sebuah kepribadian orang Minang, ‘kan,” lanjut Zardi.
Sebelumnya, Gubernur Irwan, telah mengirim surat kepada Menkominfo, Kamis (28/5) lalu.
Namun, setelah surat dikirim, Zardi, mengaku belum mengetahui lebih detail tindak lanjut dari pihak Kemenkominfo.
Sementara diketahui, dalam kopi surat yang beredar, ada dua alasan yang disampaikan Irwan, dalam meminta aplikasi Kitab Injil berbahasa Minang, dihapus.
“Masyarakat Minangkabau sangat keberatan dan resah dengan aplikasi tersebut,” tulisnya.
“Bahwa aplikasi tersebut, sangat bertolak belakang dengan adat dan budaya masyarakat Minangkabau, yang memiliki falsafah ‘Adat Basandi Syarak, Syarak Basandi Kitabullah’,” sambung Irwan.
Aplikasi Alkitab tersebut, ditemui di Play Store, dengan nama ‘Kitab Suci Injil Minangkabau’.
Lebih detail Irwan berharap, lewat Direktorat Jenderal Aplikasi Informatika, Kemenkominfo, bisa menghapus aplikasi tersebut dari Play Store, serta menghindari kemungkinan munculnya aplikasi sejenis ke depannya.
Menanggapi kabar ini, publik yang sebagian besar bukan masyarakat Minangkabau, menanyakan maksud dari langkah Gubernur Irwan.
Salah satu pertanyaan muncul dari seorang aktivis sekaligus penulis, Andreas Harsono, lewat media sosial Twitter pribadinya, @andreasharsono, Kamis (4/6).
“Sumatra Barat, meminta agar Alkitab dalam bahasa Minang, dihapus dari @Google Play, dengan alasan bahwa Islam adalah budaya di sana. Bagaimana dengan penutur Minang, di dalam dan luar Sumatra Barat, yang ingin membaca Alkitab?” tanyanya.
Menjawab pertanyaan tersebut, Stefani, pemilik akun @Autumn0997, yang mengaku sebagai orang Minangkabau pun memberikan penjelasan.
“Saya orang Minangkabau, dari SD sampai kuliah, belajar budaya alam Minangkabau. Orang Minangkabau itu, 100% Islam. Jadi untuk hal-hal macam gini, pastilah kami protes, karena ga sesuai dengan ajaran Nenek Moyang kami,” tuturnya.
Pernyataan itu langsung ditanggapi pengguna Twitter lainnya, @yourdadsfling.
“Ini cuman nulis kitab pake bahasa kalian doang loh, kok kepanasan? Takut banget gitu orang-orang kalian pindah agama, sekali lagi gw tekankan, agama itu pilihan, ga usah lah takut ancaman sepele kayak gini,” jawabnya.
Namun, dengan tenang, Stefani, kembali memberikan penjelasan semampunya.
“Jadi etnis Minangkabau dan Islam itu sejalan. Minangkabau punya falsafah hidup ‘Adat basandi syarak, syarak basandi kitabullah (Al-Qur’an)’, falsafah ini ngatur adat dan kebudayaan Minangkabau, itu harus sesuai dengan syariat Islam,” jelasnya.
Lebih lanjut ketika disebut, masyarakat tak dapat memilih agama ketika lahir, dan merasa sah-sah saja jika membiarkan mereka mencari jalan masing-masing, Stefani kembali memberikan penegasan.
“Kalo orang Sumatra Barat, memang belum tentu Islam, Mas. Tapi orang Minangkabau, sudah pasti Islam. Jika mereka murtad, di Minang, ada istilah lagi ‘dibuang sapanjang adat’. Istilahnya mereka tetep warga Sumbar, tapi tidak lagi etnis Minang,” pungkasnya.
Kalo orang sumatera barat memang belum tentu Islam mas, tapi orang Minangkabau sudah pasti Islam. Jika mereka murtad, di minang ada istilah lagi “dibuang sapanjang adat”. Istilahnya mereka tetep warga sumbar, tapi tidak lagi etnis minang.
— Stefani🐼 (@Autumn0997) June 5, 2020