Ngelmu.co – Beberapa hari ke belakang, media sosial ramai membicarakan potongan ceramah KH Ahmad Bahauddin Nursalim (Gus Baha), yang membahas soal lonte.
Sebagaimana terekam dalam potongan video berdurasi 4 menit 31 detik.
Meskipun belum jelas kapan dan di mana, Gus Baha, menyampaikan hal itu, potongan ceramahnya tetap viral.
Gus Baha, membenarkan penyebutan lonte atau sundal, terhadap pelaku tunasusila.
“Contoh paling mudah, kita dapat berkah, dari contoh ini. Sebetulnya, dalam etika Jawa, berkah kebenaran, orang nakal harus dikatakan sundal atau lonte,” tuturnya.
“Kelontean dan kesundalan, akan tabu terus, selama orang masih ngomong untuk lonte itu sundal, untuk WTS itu lonte atau sundal,” sambung Gus Baha.
Ia, menegaskan bahwa perbuatan salah, tidak boleh dianggap biasa, karena dapat berujung pada pembiaran.
“Artinya apa? Orang masih jijik, atau merendahkan derajat mereka yang berprofesi sebagai lonte atau sundal,” kata Gus Baha.
“Dan ini baik bagi agama, bagi keberlangsungan moral, karena masih ada yang menjijikkan proses yang salah,” imbuhnya.
Tetapi Gus Baha, mengingatkan, jika ulama, tokoh masyarakat, harus tetap memberi ruang untuk mereka taubat.
“Kita kasih hak-hak martabatnya sebagai manusia, tapi kita akan tetap bilang itu lonte,” jelasnya.
Baca Juga: Sikap Tegas Gus Baha soal PKI, “Komunis itu Neraka”
Jika suatu perbuatan tercela tak lagi dianggap tabu, lanjut Gus Baha, maka semua pihak akan acuh.
Hal tersebut akan berbahaya, karena perbuatan asusila, bisa berujung pada pengabaian dan pembiaran, hingga tumbuh subur.
“Bayangkan nanti jika dibahasakan itu hak asasi? Sehingga mungkin pada generasi anak cucu kita, tidak ada lagi istilah lonte atau sundal,” imbau Gus Baha.
“Jika setiap perilaku dikatakan hak asasi, itu awal dari tidak ada agama. Bahaya bagi keberlangsungan agama dan negara,” tegasnya.
Artinya, lanjut Gus Baha, sifat ‘anarkis’ masyarakat dalam perkataan, sebetulnya menolong agama.
“Dengan dianggap jijik, agama bisa jalan, karena seseorang dihujat masyarakat, yang lain enggak pernah ingin bercita-cita jadi lonte,” tuturnya.
“Bahkan, seorang anak, karena tahu nasib ibunya dihujat sebagai lonte, tidak akan bercita-cita jadi lonte,” sambung Gus Baha.
Jika hukuman stigma masyarakat tidak ada, mereka tak lagi menganggap tabu, maka perbuatan asusila akan tumbuh subur.
“Coba tidak ada hukuman stigma masyarakat, maka lonte dan sundal, akan subur di tengah masyarakat yang sudah tidak peduli dengan nilai-nilai ini,” kata Gus Baha.
“Misalnya di kota besar, karena sesama lonte sudah tak saling mengatakan tabu,” jelasnya.
“Risalah Allah kepada nabi itu yang penting, benar dikatakan benar, salah dikatakan salah,” pungkasnya tegas.