Ngelmu.co – Bicara soal nasionalisme, KH Ahmad Bahauddin Nursalim (Gus Baha)—putra Kiai Nur Salim—menegaskan jika Indonesia, tidak bisa meninggalkan partai Islam. Hal ini ia sampaikan kepada para santrinya, ketika menjelaskan soal sejarah kemerdekaan Indonesia.
“Orang yang pro Megawati itu, begitu mendewa-dewakan Soekarno, seakan-akan Indonesia, itu dimulai dari Soekarno,” ujar Gus Baha.
“Sampai ada HAM Soekarnoisme, bahwa Indonesia itu seakan-akan dimulai dari Soekarno,” sambungnya, seperti dikutip Ngelmu, dari kanal YouTube Santreh Kopengan, Jumat (26/6).
Meski demikian, pengasuh Pondok Pesantren Al-Quran, di Kragan, Narukan, Rembang, Jawa Tengah, itu tidak memungkiri jika Soekarno adalah deklarator kemerdekaan Indonesia.
“Tapi umat Islam, atau partai-partai Islam itu gak kecil hati… tahun 1908, sebelum ada partai nasionalis yang berani melawan kolonialisme-kolonialisme Belanda, adalah partai-partai Islam,” tuturnya.
Maka ia menjelaskan, jika kebangkitan Indonesia, sudah dimulai sejak tahun 1908.
“Karena saat itu yang pertama kali mencetuskan ide melawan Belanda adalah kiai-kiai Islam,” kata Gus Baha.
“Saat itu, (mereka) bikin Serikat Dagang Islam, terus lama-lama menjadi Serikat Islam, terus lama-lama menjadi Partai Islam,” imbuhnya.
Semua, lanjut Gus Baha, dimulai dari Hadji Oemar Said (HOS) Tjokroaminoto.
“Jadi gak bisa Indonesia itu meninggalkan partai Islam,” tegasnya.
“Secara kesejarahan, kita gak kalah sama tuannya Soekarnoisme,” sambung Gus Baha.
“Kita ini seperti di-‘Nina Bobo-‘kan, seakan-akan Indonesia itu dimulai dari Soekarno,” imbuhnya lagi.
Baca Juga: KH Muhammad Isa Anshary: Antara Islam, Indonesia, dan Politik
Gus Baha menegaskan, siapapun tak mungkin tidak menghormati Soekarno, sebagai pahlawan besar.
“Kita hormati, tapi ya kebesaran Pak Karno, demi bangsa Indonesia, jangan kemudian direduksi, disederhanakan hanya melewati partai,” kritiknya.
Gus Baha yakin, Soekarno, tak mengarahkan Indonesia, hanya untuk PDIP, Partai Marhainisme, pun partai yang memiliki paham Soekarnoisme.
“Ya, itu ‘kan namanya pengkerdilan, tentu Pak Karno bikin negara ini, ya untuk semua bangsa,” ujarnya.
“Ya, tapi kita juga adil, sebagai kiai juga adil. HOS Tjokroaminoto bikin Partai Islam adalah untuk mengusir Belanda dari bumi Indonesia,” lanjut Gus Baha.
Semua perjuangan, sambungnya, adalah untuk kepentingan seluruh bangsa Indonesia, bukan hanya Islam.
“Ya, kita adil, sama-sama adil, saat nasionalisme tidak mengurangi keagamaan, saat kegamaan tidak mengurangi nasionalisme,” pesan Gus Baha.
Lebih lanjut, ia mengaku senang, ketika televisi terus mengungkap sejarah kebangkitan Indonesia, contohnya di Hari Kebangkitan Nasional lalu.
“(Menjadi) penting, biar orang-orang yang sok Soekarnoisme, tak mereduksi Pak Karno, hanya milik mereka sendiri, karena bangsa ini berdiri sejak 1908,” tegasnya.
Dimulai dari gerakan Budi Utomo, Hos Cokroaminoto, dan lainnya, serikat-serikat Islam.
“Tapi intinya, kita secara sejarah sama, sebagai santri juga gak kalah sejarah, karena berdirinya nasional adalah lewat para kiai,” kata Gus Baha.
“Sejarawan manapun bilang, kalau kebangkitan Indonesia itu dari partai-partai Islam,” imbuhnya.
“Bahkan versi orang nasionalis sekalipun, itu bilang, karena Islam adalah satu agama yang paling sensitif terhadap penjajahan,” sambungnya lagi.
Gus Baha menjelaskan, Islam, melahirkan paham jihad, di mana ketika muncul kolonial Belanda, Muslim terinspirasi untuk berjihad.
“Sehingga lahir partai-partai Islam. Kalian lihat sejarah, tahun 1908, itu namanya tidak SI (Serikat Islam), tapi Serikat Dagang Islam,” tuturnya.
“Karena (tujuan) para kiai adalah melawan dominasi Cina di Surakarta, dan dominasi Belanda, menguasai sentra-sentra perdagangan,” pungkasnya.