Ngelmu.co – Center for Indonesian Reform (CIR) yang bekerja sama dengan Datasight Indonesia, merilis hasil survei pasangan capres dan cawapres untuk 2024 mendatang.
Pihaknya menyebut, hasil menunjukan bahwa komposisi latar belakang ideologi politik pasangan calon presiden dan calon wakil presiden, sangat berpengaruh.
Hal tersebut terlihat dari perubahan tingkat keterpilihan alias elektabilitas capres tertentu, jika dipasangkan dengan cawapres dari berbagai latar belakang ideologi.
Berdasarkan hasil survei kepada 1.200 responden yang tersebar di seluruh Indonesia, elektabilitas Prabowo Subianto sebagai capres masih lebih tinggi dari tokoh lain.
Baik itu Ganjar Pranowo, Anies Baswedan, Ridwan Kamil, Sandiaga Uno, Agus Harimurti Yudhoyono (AHY), pun Puan Maharani.
Namun, elektabilitas Prabowo berubah ketika cawapresnya berasal dari latar belakang ideologi lain.
Baca Juga:
CIR dan Datasight Indonesia bertanya kepada responden, nama-nama tokoh yang layak menjadi capres dan cawapres.
Lalu, dari nama-nama itu, pihaknya membuat beberapa simulasi pasangan calon berdasarkan ideologi serta latar belakang dukungan sosial politik masing-masing tokoh.
Ternyata, hasil survei menunjukkan beragamnya perubahan elektabilitas.
Ini artinya, partai pun tokoh yang ingin maju sebagai capres dalam kontestasi pilpres 2024, harus memperhatikan betul latar belakang ideologi politik cawapresnya.
Sebab, jika salah memilih, maka elektabilitasnya bisa terjun bebas.
Begitu penuturan Direktur Datasight Indonesia Radhiatmoko, ketika menyampaikan hasil survei ‘Simulasi Keterpilihan Pasangan Capres dan Cawapres 2024’, di Jakarta, Rabu (12/1/2022).
Berikut hasil survei yang berlangsung pada 6-9 Januari 2022 untuk capres:
- Prabowo Subianto (21,8 persen);
- Ganjar Pranowo (21,5 persen);
- Anies Baswedan (17,7 persen);
- Sandiaga Uno (7,2 persen);
- Ridwan Kamil (6,8 persen);
- Agus Harimurti Yudhoyono (3,3 persen);
- Puan Maharani (2,4 persen);
- Khofifah Indar Parawansa (2,4 persen);
- Erick Thohir (1,7 persen);
- Airlangga Hartarto (1,1 persen); dan
- Salim Segaf Al-Jufri (0,1 persen).
Sementara hasil survei untuk cawapres:
- Sandiaga Uno (19,2 persen);
- Anies Baswedan (16,1 persen);
- Ridwan Kamil (9,1 persen);
- Ganjar Pranowo (7,0 persen);
- Khofifah Indar Parawansa (6,6 persen);
- Agus Harimurti Yudhoyono (5,8 persen);
- Erick Thohir (5,3 persen);
- Puan Maharani (4,1 persen);
- Salim Segaf Al-Jufri (1,7 persen); dan
- Airlangga Hartarto (1,6 persen).
Dari hasil itu juga, pihak penyelenggara survei membuat beberapa simulasi pasangan capres dan cawapres, dengan beberapa asumsi.
Pertama, jika pilpres diikuti oleh tiga pasangan calon; nasionalis, religius, dan nasionalis-religius.
Lalu, pasangan tersebut disimulasikan kembali dengan memasukkan beberapa nama tokoh berdasarkan kategori tersebut.
Hasilnya, diketahui berapa jumlah rata-rata dukungan untuk para capres, jika dipasangan dengan calon lain [dengan berbagai latar belakang].
Kedua, bila hanya dua pasangan calon yang mengikuti pilres, dan keduanya terdiri dari pasangan nasionalis-religius.
Pada asumsi kedua ini, pihak penyelenggara membuat beberapa simulasi berdasarkan nama calon dari berbagai latar belakang ideologi.
Hasil dari asumsi tersebut adalah jika pilpres diikuti oleh tiga pasangan calon hanya dengan latar belakang nasionalis-religius, maka besaran dukungan reponden adalah:
- Anies-Khofifah (34,8 persen);
- Prabowo-Puan (30,4 persen); dan
- Arilangga-AHY (9,9 persen).
Sementara jika beberapa pasangan calon terdiri dari tokoh nasionalis dan religius, maka hasil dukungan responden menjadi:
- Sandi-AHY (27,7 persen);
- Ganjar-Salim (24,8 persen); dan
- Anies-Airlangga (24,4 persen).
Lanjut, bila komposisi pasangan calon kembali diubah menjadi nasionalis-religius semua, maka pilihan respoden menjadi:
- Prabowo-Muhaimin (37,8 persen);
- Puan-Anies (20 persen); dan
- Airlangga-Salim (14 persen).
“Perubahan yang sama dapat kita lihat, bila pilpres diikuti hanya dua pasangan calon. Angka keterpilihannya akan sangat dinamis,” jelas Radhiatmoko.
Baca Juga:
Jika pilpres diikuti hanya dua pasangan calon dari kelompok nasional-religius, maka dukungan responden menjadi:
- Anies-Erlangga (38,4 persen); dan
- Prabowo-Puan (36,5 persen).
Sedangkan bila pasangan capres dan cawapresnya diubah, maka dukungan responden menjadi:
- Anies-Sandi (43,1 persen); dan
- Ganjar-Ridwan (36,6 persen).
Kembali jika pasangan capres dan cawapres terdiri dari kalangan nasionalis-religius semua, maka hasilnya:
- Puan-Sandi (34,7 persen); dan
- Airlangga-Salim (28,4 persen).
Direktur CIR Muhammad Hidayaturrahman pun menanggapi hasil survei sekaligus menjeleaskan dinamika politik 2024 mendatang.
Menurutnya, masih akan tetap dinamis, terutama dengan munculnya berbagai nama calon alternatif.
Seperti nama cawapres yang cukup kuat, yakni Khofifah Indarparawansa dan Sandiaga Uno.
Selain itu, Hidayat juga menilai, keberadaan nama-nama calon yang sebelumnya telah dianggap memimpin di beberapa survei [seperti Prabowo dan Ganjar], ketika dipasangkan dengan berbagai cawapres, elektabilitasnya pun turun.
Bahkan kalah dengan calon pasangan lain, seperti:
- Prabowo-Puan kalah dengan Anies-Khofifah atau Anies-Sandi; dan
- Ganjar-Ridwan yang berada di bawah Anies-Sandi.
“Dari survei ini, bisa terlihat besarnya peluang kemunculan calon alternatif pasangan capres dan cawapres.”
“Hal ini sekaligus menjadi kabar menggembirakan bagi dinamika politik di Indonesia, yang sirkulasinya tidak hanya pada nama-nama yang selama ini muncul di media.”
“Terutama dengan kemunculan nama Khofifah Indarparansa, sebagai tokoh perempuan dan tokoh di daerah.”
“Seperti disebut sebelumnya, peluang Khofifah, cukup besar jika disandingkan dengan Anies Baswedan,” tutup Hidayat.