Ngelmu.co, JAKARTA – Wakil Ketua MPR Hidayat Nur Wahid mengajak semua pihak mengambil pelajaran atas pidato Ketua Umum Partai Gerindra Prabowo Subianto yang menyebut Indonesia akan bubar 2030.
Politisi senior PKS ini menilai pernyataan Prabowo itu harusnya disikapi dengan bijak. Tidak perlu sampai ada pihak yang menuduh bahwa Prabowo sedang menebar ketakutan dan pesimisme. Prabowo justru ingin mengingatkan supaya NKRI tidak terpecah belah.
“Mestinya pendapat Pak Prabowo jangan dimaknai ramalan. Tapi sebagai peringatan agar kita menjadi waspada. Supaya kita bisa menyelamatkan Indonesia tidak bubar,” ujar Hidayat di sela paparannya saat sosialisasi Empat Pilar MPR di hadapan para aktivis Gema Keadilan di Pariaman, Sumatera Barat, Minggu (25/3).
Hidayat menjelaskan yang disampaikan Prabowo bukan murni ucapannya. Prabowo hanya mengutip novel Ghost Fleet. Selain itu, dia sangat yakin maksud Prabowo melontarkan pernyataan bukan untuk memprovokasi atau menakut-nakuti seperti yang dituduhkan banyak pihak.
Hidayat mengajak publik bersikap seperti Kapolri Jenderal Tito Karnavian. Beberapa waktu lalu, Kapolri menyampaikan bahwa pernyataan Prabowo harus dipahami agar seluruh elemen bersatu padu menyelamatkan masa depan Indonesia.
“Saya setuju dengan Pak Kapolri. Selain itu, Pak Prabowo itu ketua umun dari partai yang namanya Gerakan Indonesia Raya. Masak mau membubarkan Indonesia Raya? Yang menganggap Pak Prabowo menebar ketakutan dan pesimisme berati tidak paham. Semua pihak penting memahami hal secara utuh,” jelasnya.
Hidayat bercerita bahwa Indonesia pernah terpecah-pecah, yaitu saat menjadi Republik Indonesia Serikat (RIS) setelah keputusan deklarasi meja bundar dengan Belanda. Beruntung ada tokoh seperti Mohammad Natsir, Ketua Fraksi Partai Masyumi, yang mengeluarkan mosi integral pada 3 April 1950. Berkat mosi integral Natsir, pada 17 Agustus 1950 Bung Karno memproklamasikan Indonesia menjadi negara kesatuan kembali.
“Ini penting sekali diketahui. Karena kalau tidak ada terobosan dari tokoh partai Islam ini, tak akan ada NKRI. Kalau tidak ada tokoh dari Sumatera Barat ini, NKRI masih serikat,” katanya, mengingatkan.
Hidayat menambahkan ada sejumlah hal yang bisa menjadi penyebab NKRI bubar dan terpecah. Di antara, perbuatan yang tidak sesuai Pancasila dan UUD 1945, tidak adanya keadilan, ketimpangan, korupsi, terorisme, radikalisme, sampai paham lesbian, gay, biseksual, dan transgender (LGBT). Untuk menghilangkan penyebab itu, Hidayat mengajak semua pihak kembali ke Pancasila.