Ngelmu.co – Ada pelajaran yang bisa kita petik dari perbincangan Chef Haryo Pramoe, dengan Ustaz Fatih Karim, seperti dikutip Ngelmu, dari kanal YouTube Cinta Quran TV, Ahad (19/7). Tentang perjalanan hijrahnya, hingga alasan mengapa ia rela melepaskan kemapanan.
Ingatan Haryo, kembali ke peristiwa di tanggal 29 September 2019 lalu.
“Saya kolaps, saya di-hadapkan pada hidup dan mati,” tuturnya bercerita.
Saat itu, Haryo, yang mengidap sakit jantung, hanya memanjatkan dua permintaan kepada Allah Subhanahu wa Ta’ala.
“Mati dalam keadaan baik, atau kalau diberi kesempatan hidup, berikan kesempatan saya untuk berbuat baik. Sudah, tidak ada (pilihan) ketiga. Saya tidak mau lagi jadi abu-abu,” ujarnya.
“Dengan sedekah, dengan taubat, dengan bimbingan istri saya, saya bisa sembuh, tanpa operasi,” sambung Haryo.
Pasca hijrah pun, ia tak meninggalkan profesinya, “Dari dulu, saya punya moto, setia sama profesi, tapi jangan setia sama pekerjaan.”
“Saya meninggalkan yang haram-haramnya saja,” lanjut Haryo menjawab Ustaz Fatih.
Jika dulu sebagai koki yang bekerja di hotel, ia biasa menyajikan khamar sebagai welcome drink, hal-hal seperti itu yang kini ditinggalkan.
Lebih lanjut Haryo pun bercerita, soal dirinya yang belajar dan bekerja dengan keras di negeri orang.
“Saya belajar dengan keras, saya belajar dengan sangat baik dan berprestasi,” kenangnya.
“(Saya) Pintar dunia, tapi bodoh agama,” akuan Haryo.
Namun, apa yang membuat Haryo, benar-benar yakin menjauh dari dunianya yang sudah mapan?
“Guru-guru saya bilang, ketika antum hijrah, ada hal yang diambil oleh Allah, akan dimiskinkan secara ekonomi,” ucapnya.
“Betul, itu proses pembersihan. Saya mengalami itu, dan itu adalah konsekuensi syahadat ternyata,” imbuh Haryo.
“Kita pernah bersyahadat, lalu kita bermaksiat, kita zalim, maka Allah akan minta pertanggungjawaban syahadat kita,” sambungnya.
“Dengan apa? Dengan dibersihkan. Ini berlaku buat saya pribadi yang berhijrah. Insya Allah, Allah bersihkan itu,” lanjutnya lagi.
Baca Juga: Ditanya soal Hijrah, Dewi Sandra: Ini Keputusan Terbaik dalam Hidupku
Haryo, juga membagikan kisahnya yang pada tahun 2014, mengaku sangat ingin berangkat umrah.
“Ya Allah, aku ingin sekali umrah, tapi aku tidak punya ilmu,” ujarnya.
Tetapi ia yang saat itu meminta kepada Allah, agar bisa menabung Rp1 juta setiap bulannya, mengaku diberikan jalan lebih cepat.
“Allah percepat, tiga bulan saya bisa kumpulkan uang untuk umrah,” kata Haryo ke Ustaz Fatih.
“Saya gak ngerti sholat taubat, saya cuma tayamum di pesawat, ‘Ya Allah, aku bertobat, ingin ke rumah-Mu, bersujud minta ampun’,” sambungnya tak kuat menahan tangis.
Haryo yang mengaku sempat ditakut-takuti oleh kerabatnya soal Tanah Suci, menegaskan jika tidak satu pun ‘hal menakutkan’ itu ia alami, setibanya di sana.
“Saya bahagia sekali, saya melihat banyak kehidupan, kejadian luar biasa,” kata Haryo.
“Perjalanan umrah saya itu, trigger saya pertama kali, membuat saya ingin kembali (kepada Allah),” imbuhnya.
“Allah Maha Baik, Maha Menerima taubat. Di sana saya diberikan rasa yang rindu, adem, tidak mau pulang,” lanjutnya lagi.
Ketika Ustaz Fatih kembali bertanya, soal apa yang ia rasakan setelah hijrah, Haryo, menjawabnya sederhana, “Saya merasakan hidup itu simpel.”