Ngelmu.co – Pengamat gerakan radikalisme yang juga menjabat sebagai Sekretaris Pengurus Wilayah Nahdlatul Ulama (PWNU) Jawa Timur, Akhmad Muzakki menyebut perlunya pendampingan seiring munculnya fenomena hijrah yang terjadi di kalangan masyarakat pun artis. Karena jika tidak, menurut Akhmad, hal tersebut bisa menjadi salah satu pintu masuknya terorisme dengan cara jihad versi mereka.
“Betul, itu jalan masuk ke terorisme. Karena tadi ada iman, hijrah, dan jihad. Jadi jika mereka tidak mendapatkan pendampingan yang baik di wilayah (saat) hijrah, mereka akan sedikit masuk ke wilayah jihad versi mereka. Contohnya sudah banyak, bahkan artis-artis saat ini,” ujarnya, Selasa (28/5), seperti dilansir dari Detik.
Akhmad menjelaskan, pendampingan yang dimaksud adalah dilakukan oleh ulama atau kiai akademis. Salah satunya dengan mengajak berkomunikasi mereka-mereka yang sudah hijrah.
“Menurut saya, level pendampingannya harus dari kiai yang akademisi. Karena itu yang bisa berkomunikasi dengan mereka. Ini soal problem komunikasi saja. Kira-kira komunikasi yang membuat mereka nyaman, mereka akan terbuka. Kalau enggak, maka akan sedikit terjerumus jihad versi mereka,” tuturnya.
[su_box title=”Baca Juga” style=”glass”]
Di Hijrah Fest, Ustadz Adi Hidayat Lakukan Sedekah Menakjubkan
[/su_box]
Salah satu solusi untuk mencegah radikalisme keagamaan, menurut Akhmad, para ulama atau kiai harus aktif menyampaikan gagasan lewat media sosial (medsos). Karena ia menganggap selama ini dunia medsos sudah lebih banyak dikuasai oleh kelompok radikalis.
“Solusinya, para kiai akademisi ke wilayah sosial media harus turun. Produksilah gagasan melalui sosmed. Jangan hanya melalui karya penelitian. Karena tidak akan banyak yang mengonsumsi. Maka, kiai akademisi harus turun melalui sosmed sebagai pintu masuk,” tegasnya.
“Kiai yang bermain sosmed saya kira penting, karena tiga kategori di akhir itu orang miskin, ahistoris (berlawanan dengan sejarah), dan anak muda, konsumsinya tidak hanya pada pengajian pada umumnya, tapi ke sosmed. Konten-konten sosmed kita ‘kan lebih banyak didominasi oleh kelompok mereka. Karena mereka lebih dahulu masuk ke sosmed. Nah, oleh karena itu jangan telat, yang punya kapasitas untuk paham ber-sosmed, turunlah,” pungkasnya.
Terkait pernyataan tersebut, tokoh muda Muhammadiyah yang juga menjadi Juru Bicara capres-cawapres 02, Dahnil Simanjutak memberikan tanggapannya.
“Mereka yang berhijrah pasti didampingi Ustadz yang baik, sehingga mampu membuat mereka hijrah. Tidak dan bukan didampingi para pemburu rente deradikalisasi,” tandasnya.