Ngelmu.co – Jokowi, melakukan kunjungan ke Universitas Islam Malang (UNISMA). Ratusan Kader HMI gelar aksi menolak kedatangan Jokowi di UNISMA tersebut.
Dilansir oleh Kumparan, Nalfy selaku Kordinator Lapangan (Korlap) mengatakan aksi ini digelar sebagai protes pada rezim Jokowi yang dinilai tidak becus mengurus Negara. Pada rezim Jokowi terlalu banyak polemik kebangsaan yang mencederai masyarakat. Pengesahan UU MD3 telah menjadikan rezim Jokowi anti kritik. Hal tersebut mencederai semangat demokrasi yang telah dibangun selama ini.
“Disamping itu hutang luar negeri yang terus membengkak telah menghisap darah rakyat. Pemerintah tidak mampu menjaga kestabilan perekonomian Indonesia apalagi dari yang ditargetkan ekonomi tumbuh 7% hanyalah omong kosong, pemerintah tidak benar-benar serius dalam mengurus Negara,” ujar Nalfi.
Nalfi menambahkan bahwa di pemerintahan rezim Jokowi rakyat dibuat semakin menjerit karena terlalu banyak kebijakan yang tidak pro rakyat ditambah lagi BBM semakin hari semakin naik. Kenaikam BBM ini mengakibatkan masyarakat bingung “Jokowi ini President Rakyat atau President pemilik modal” karena selama ini kebijakan Jokowi banyak pro terhadap korporat dan pemilik modal.
Miftahul Arifin selaku Ketua HMI Cabang Malang Bidang Perguruan Tinggi Kemahasiswaan dan Kepemudaan menyatakan bahwa rezim Jokowi adalah rezim yang menghisap darah rakyat kecil dengan kebijakan yang tidak pro rakyat. Rezim Jokowi adalah rezim kapitalis yang dikemas dengan pencitraan yang seolah-olah merakyat. Kita harus berani menyuarakan aspirasi masyarakat.
“Lebih lanjut kalau rezim Jokowi telah membungkam suara rakyat hal ini terbukti dengan keluarkannya Perppu Ormas dan disahkannya UU MD3 yang telah merampas hak hak suara rakyat dan tidak sesuai dengan semangat demokrasi,” ujar Miftah.
Dalam orasinya Nalfi mengatakan ini adalah aksi pemanasan untuk menolak Jokowi hadir di bumi arema khususnya di Universitas Islam Malang, hari pada tanggal 29 Maret 2018. Untuk aksi massa yang lebih besar lagi, HMI mengajak seluruh element mahasiswa untuk menyuarakan kebenaran.
