Ngelmu.co – Muslimah yang juga merupakan atlet cabang olahraga anggar, dari Amerika Serikat (AS), Ibtihaj Muhammad, berhasil membuktikan jika dirinya mampu menyabet medali di Olimpiade Rio de Janeiro 2016, tanpa menanggalkan hijabnya. Ia memperlihatkan kepada dunia, jika hijab bukanlah penghalang.
Pretasi itu, juga menjadikan Ibtihaj, sebagai atlet Muslim pertama di AS, yang sukses meraih medali di olimpiade dengan mengenakan hijab.
Wanita 34 tahun yang berhasil membawa pulang medali perunggu itu, tak meninggalkan pendidikannya di Duke University, meski sudah menjadi atlet profesional.
Ia mendapat dua gelar di Jurusan Hubungan Internasional dan Studi Afrika, pada 2014 lalu.
Sebelum turun di olimpiade, Ibtihaj, sudah menjadi penggawa tim nasional (timnas) anggar AS, sejak 2010; dengan lima medali kejuaraan dunia.
Majalah Time pun menobatkannya sebagai orang paling berpengaruh, tahun 2016 lalu.
Perjuangan hidupnya itu, ia tuangkan ke dalam buku berjudul ‘The Proudest Blue: A Story of Hijab and Family’; sempat dinobatkan buku paling laris, versi The New York Times, pada 2019.
Bagi Ibtihaj, orang tua merupakan sosok yang paling berpengaruh dalam kehidupannya.
Sebab, sejak masih kecil, ayah ibunya meminta Ibtihaj, untuk tak mengubah gaya berpakaian. Jangan menanggalkan hijab.
Namun, karena paham pakaian bernuansa agama rentan membentur berbagai halangan, orang tuanya menyarankan Ibtihaj, menekuni anggar.
Mengapa? Pasalnya, olahraga itu memang mewajibkan para atlet mengenakan baju pengaman yang sepenuhnya tertutup.
“Anggar mengakomodasi kepercayaan saya dalam beragama. Kelihatannya mudah, tapi saya sempat kesulitan hingga pada 2010 saya menembus timnas AS,” kata Ibtihaj, seperti dilansir Hypebae.
“Saya wanita berkulit hitam Muslim pertama, yang memenangkan medali olimpiade. Petualangan hidup saya sangat sulit untuk mengubah persepsi orang atas latar belakang saya dalam dunia anggar,” sambungnya.
Baca Juga: Aminatus Sadiyah Ikhlas Ajarkan Warga Pedalaman Papua Mengaji Meski Tak Digaji
Ibtihaj, membagikan tips bagaimana dirinya bisa tetap percaya diri di arena.
Kekuatan ibadah menjadi jawabannya. Sebelum beraktivitas, ia selalu menunaikan sholat Subuh.
Konsisten. Ibtihaj, berhasil melalui setiap proses kehidupannya hingga saat ini.
Menurutnya, seorang atlet memang wajib menjaga kondisi fisik serta mental, agar senantiasa siap, baik latihan pun kompetisi.
“Lolos ke olimpiade adalah hal tersulit yang pernah saya dapatkan dalam hidup,” akuannya.
“Dedikasi, kemauan, dan pengorbanan sudah tak terhitung. Ada banyak tekanan fisik dan mental yang harus saya hadapi untuk bisa berada di titik saat ini,” imbuh Ibtihaj.
“Tapi berpentas di olimpiade, merupakan hal paling membanggakan,” lanjutnya lagi.
Selama karier-nya, Ibtihaj mengakui, kerap menemui rintangan berupa diskriminasi, baik karena agama pun ras.
Meskipun menjadi minoritas di negerinya, ia tak ingin merasa rendah diri.
Sembari berkarier di dunia olahraga, Ibtihaj, juga mengembangkan bisnis bersama keluarganya di bidang mode; Louella.
Ia membangun bisnis, demi bisa meningkatkan pemberdayaan wanita di AS.
“Kami mempekerjakan pegawai wanita untuk berkomitmen meningkatkan kualitas mode, dengan gaya yang autentik,” kata Ibtihaj.
Melalui olahraga dan mode, Ibtihaj, ingin mengampanyekan bahwa Muslimah, dapat bersuara dan didengar dunia, tanpa meninggalkan syariat agama.