Ngelmu.co – Polemik yang dibuat oleh Rektor Insitut Teknologi Kalimatan (ITK), Prof Budi Santosa Purwokartiko, masih terus menjadi perbincangan.
Budi dilaporkan kepada Menteri Keuangan Sri Mulayani Indrawati dan Dirut LPDP, Andin Hadiyanto. Ia dilaporkan karena dinilai telah melakukan ujaran bersifat SARA dan pecelecan secara verbal.
Pasalnya, pada status Facebook yang ia tulis, Budi menyebut bahwa seseorang yang mengenakan hijab atau penutup kelapa adalah menusia gurun.
Disinggung oleh Imam Shamsi Ali
Hal ini pun kemudian disinggung oleh Imam Shamsi Ali dalam postingan Twitternya @ShamsiAli2, dengan menyertakan sebuah video seorang wanita berhijab, yang diketahui adalah seorang insinyur yang saat ini bekerja di Space-X, perusahaan milik Elon Musk.
“Profesor itu bisa melamar kerja di perusahaan Elon Musk, bisakah? Ini wanita berkerudung yang otaknya lebih terbuka dari seorang rektor ITK…”
Profesor itu bisa melamar kerja di perushaan Elon Musk, bisakah?. Ini wanita berkerudung yang otaknya lebih terbuka dari seorang rektor ITK… pic.twitter.com/XVNqS2Mjp7
— Imam Shamsi Ali (@ShamsiAli2) May 6, 2022
Dalam video berdurasi 2.15 menit tersebut, memperlihatkan seorang wanita Muslimah berhijab asal Indonesia yang bernama Ars-Vita Alamsyah.
“Meski tak banyak perempuan atau Muslim yang bisa dijadikan contoh, bukan berarti mustahil bagi kita untuk bisa kontribusi dan menyelesaikan.” tutur Vita dalam video tersebut.
Vita sudah hampir setahun bekerja di Space-X, perusahaan transportasi ruang angkasa milik Elon Musk. Meski demikian, ia tak pernah menyangka jika dirinya dapat bekerja di perusahaan tersebut.
“Sejujurnya nggak nyangka, bekerja di sini bukan sesuatu yang saya targetkan sejak awal.”
Terinspirasi dari Sang Kakek
Namun, sejak kecil wanita berhijab ini, memang sangat suka merakit sesuatu. Hal ini ia lakukan karena terinspirasi dari sang kakek yang dulunya seorang insinyur mesin.
“Saat kecil saya suka belajar gimana cara merakit sesuatu. Saya sangat terinspirasi oleh Alm. kakek saya, yang dulunya seorang insinyur mesin.” ungkap Vita ketika diwawancari oleh VOA Indonesia.
Vita meraih gelar sarjananya dari Universitas of Maryland, College Park, Amerika Serikat pada 2017. Ia juga sempat mendalami dunia aerospace dan rantai pasokan global. Kemudian, ia melanjutkan studi S-2 di Massachusetts Insttitute of Technology (MIT).
“Saya ingin menjadi bagian dari inovasi besar mencoba menyelesaikan masalah yang kompleks melihat perkembangan teknologi maju, itulah sebabnya saya ada di sini (Space-X)” terangnya.
Walaupun pekerjaan yang ia geluti lebih didominasi oleh kaum pria, tapi sekalipun ia tak pernah mendapatkan diskriminasi. Bahkan, dengan bangga, Vita memperkenalkan hijab di lingkungannya. Kadang, kesempatan tersebut pun dimanfaatkannya untuk menjelaskan tentang Islam.
“Seorang rekan kerja bertanya, ‘mengapa kamu memakai itu (hijab) setiap hari?’. Saya bilang, ‘oh ini adalah jilbab, sebuah kain yang harus dipakai perempuan Muslim’.”
“Saya menjelaskan sedikit tentang (jilbab). Jadi, saya mengajarkan tentang Islam pada orang-orang, yang mungkin belum pernah terpapar oleh ajaran Islam.”
Selain itu, wanita berhijab ini juga membagikan kunci suksenya. Menurutnya, yang terpenting adalah terus membangun keyakinan akan kemampuan diri.
“Saya pikir salah satu tantangan yang mungkin kita hadapi adalah untuk meyakinan dan membuktikan bahwa kita bisa memberikan hasil. Jadi, punya kepercayaan diri, untuk memastikan pekerjaan kita setara dengan karyawan pria amatlah penting.”
Tanggapan Warganet
Video singkat yang dibagikan oleh imam di Islamic Center of New York itupun mendapatkan respons yang beragam dari warganet.
@Ihyaudin15: “Orang-orang Indonesia itu sebenarnya banyak yang jenius/pintar, tapi sayangnya bangsa ini kurang menghargai kejeniusan mereka, dan negara luar lebih menghargai itu.”
@fadlier: “Kasih tau ke akun sosmednya !itk_official_, kerudung/hijab bukanlah keterbelakangan, malah salah satu bentuk kemajuan. Kalo kerudung/hijab adalah keterbelakangan, maka binatang sudah mencapai puncak peradaban.”
@alamanda_maroon: “Mana bisa orang yang berpikiran cupet, bisa bekerja di perusahaan yang membutuhkan kecerdasan. Orang bisa meraih gelar profesor, belum tentu bisa berpikir cerdas. Profesor tidak lagi identik dengan orang pintar, karena ada profesor yang hanya mengira orang pintar itu tak berhijab.”
@tososantosoroc1: “Beda dong kalo mbak itu mempunyai kecerdasan lengkap, sedangkan rektor ITK cederdasaan spiritualnya nol koma.”
Baca Juga: Pengamat Pendidikan Dukung Pencopotan Jabatan Rektor dari Tangan Budi Santosa