Oleh : Yoandro Edwar, ST, MBA*
Hari ini, 4 April 2018, Presiden Joko Widodo membuka acara Industrial Summit 2018, sekaligus sebagai respon Indonesia sudah siap menghadapi Industri generasi keempat (Industri 4.0). Ini adalah generasi industri digitalisasi, yang menekankan pada pola digital economy, artificial intelligence, big data, robotic dan pendayagunaan internet (internet of things).
Menurut pemerintah, ada lima sektor prioritas yang masuk dalam roadmap industri 4.0, antara lain makanan minuman, elektronik, otomotif, tekstil, footwear, dan kimia. Ditargetkan kontribusi industri terhadap produk domestik bruto (PDB) dari 20% menjadi 25% pada tahub 2030.
Padahal, menurut data Badan Pusat Statistik (BPS) , di era Pak Joko Widodo, terjadi tren penurunan kontribusi industri manufaktur untuk Produk Domestik Bruto (PDB) , yakni senilai 20,97% pada tahun 2015, di tahun 2016 turun lagi menjadi 20,51% dan di tahun 2017 kemarin kembali turun menjadi 20,16%.
Di akhir jabatanya, Pak SBY memberikan kontribusi manufaktur untuk PDB senilai 21,07%. Di samping itu, anggaran untuk infrastruktur naik hampir 90%, dari Rp 206 Triliyun pada 2014, menjadi Rp 387 Triliyun. Akan tetapi, alokasi anggaran tersebut tidak menumbuhkan kontribusi manufaktur terhadap PDB. Pesatnya pembangunan infrastruktur masih belum menarik iklim investasi.
Dunia industri masih wait and see. Akibatnya, PDB hanya mencapai 5,07% di tahun 2017, dari yang ditargetkan 5,2% pada APBNP 2017. Berarti Pemerintahan Pak Joko Widodo tidak tepat sasaran dalam mengalokasi anggaran untuk infrastruktur yang mencapai Rp 4.200 Triliyun.
Oleh karena itu, ke depanya jika pemerintah ingin fokus kepada industri 4.0 ini, maka alokasi anggaran secara massif ditujukan untuk infrastruktur ini. Sangat dimungkinkan akan terjadi pergeseran yang cukup signifikan dalam pengelolaan anggaran, infrastruktur, dan khususnya industri.
Inovasi, kreativitas, penelitian dan pengembangan, serta ekosistem yang mendukung adalah unsur-unsur infrastruktur yang harus dibangun pemerintah dengan baik dan menjadi prioritas.
Sesuai dengan karakter generasi milenial, penyesuaian lapangan kerjapun tidak harus dipaksa untuk menjadi buruh pabrik manufaktur, karena ke depan pabrik pun bisa dilakukan dari rumah. Agar cita-cita 2030 industri memberikan sumbangsih 26% untuk PDB Indonesia bisa tercapai.
*Penulis adalah Juru Bicara PKS Muda Bidang Industri & Lingkungan Hidup