Ngelmu.co – Enam anak yatim di Desa Branti, Kecamatan Natar, Lampung Selatan, mencari cara agar dapat berkurban di Idul Adha 1441 Hijriah. Mengutip munashoroh.org, mereka adalah Zaskia, Dani, Aditya, Ina Safira, Mutia, dan Barkah.
Usai berpikir, akhirnya, keenam anak itu memutuskan untuk berpatungan, dengan menabung Rp1.000 per hari, selama beberapa bulan.
Bahkan, anak-anak yang sudah tak lagi merasakan kasih sayang ayah, sejak kecil itu, kerap menabung dari uang santunan yatim yang diterima.
“Aku ingin ikutan kurban, Bunda,” kata mereka kepada Bunda Yani, pengasuh di Rumah Qur’an Yayasan Munashoroh Indonesia (YMI).
Mendengar permintaan yang berulang kali, akhirnya Yani, membelikan celengan besar untuk anak-anak yang sebagian sudah duduk di bangku SMP.
Jelang Idul Adha, keenamnya menyerahkan celengan mereka ke Yani. Hasilnya? Uang logam dan kertas nominal Rp1.000; lecek, jadi satu.
Namun, setelah dihitung, jumlahnya masih kurang.
Yani pun terus berpikir, bagaimana caranya agar keinginan anak-anak tercapai.
Pasalnya mereka menabung bersama bukan untuk membeli mainan, bukan juga karena ingin jalan-jalan, senang-senang, tapi karena ingin berkurban.
Yani pun teringat dengan anak dan menantunya yang gemar berinfak.
Tak butuh waktu lama, sebuah kambing kurban resmi dibeli, dengan harga Rp1.950.000; hasil patungan enam anak asuh YMI, ditambah uang Citra, putri Yani.
Hari tasyrik terakhir, 13 Dzulhijjah 1441, kambing kurban mereka pun disembelih di Rumah Qur’an.
“Allahu Akbar… Allahu Akbar… Allahu Akbar…”
Takbir bersenandung haru. Saat menyembelih kambing kurban mereka, Gurunda Ustaz Zainal Abidin, tak kuasa menahan air mata.
Baca Juga: Kisah Haru Mahasiswa IPB yang Menghilang Selama 15 Tahun
Kurban memang ibadah perorangan. Tetapi bagi mereka yang latihan berkurban, tentu ada pahala kebaikan yang mengalir.
Apalagi mereka yang berlatih adalah anak-anak yang sudah ditinggal wafat ayahnya.
Semoga kebaikan Zaskia, Dani, Aditya, Ina Safira, Mutia, dan Barkah, mengalir pula untuk sang ayah.
“Nabi Shallallahu ‘Alaihi wa Sallam, menyembelih dua ekor kambing kurban yang gemuk bertanduk. Yang pertama untuk umatnya, dan yang kedua untuk diri beliau dan keluarganya,” (HR. Ibnu Majah).
Semoga Allah Subhanahu wa Ta’ala, merahmati orang tua keenam anak desa ini.
Semoga Allah, juga melapangkan kubur ayah mereka, menerangi dengan cahaya, dan mengumpulkan kembali mereka, di surga kelak. Aamiin.