Ngelmu.co – Dikatakan masih ribuan warga belum diketahui keberadaannya. Walaupun data terakhir yang dihimpun BNPB pada Minggu pukul 13.00 WIB mencatat korban meninggal dunia akibat bencana ini sudah mencapai 1.763 orang.
Jumlah 1.763 orang yang tercatata meninggal itu tersebar di Kabupaten Donggala 159 jiwa, Palu 1.519 jiwa, Sigi 69 jiwa, Parigi Moutong 15 jiwa, dan Pasar Kayu sebanyak 1 orang.
Saat ini, Tim SAR gabungan terus mencari korban hilang pascagempa dan tsunami yang melanda Donggala, Palu, dan sejumlah wilayah di Sulawesi Tengah. Hingga Sabtu (6/10) kemarin, Badan SAR Nasional (Basarnas) kembali menemukan 111 korban meninggal dunia. Sebagian besar dari korban meninggal itu berasal dari Balaroa dan Petobo, Palu.
“Dengan rincian, di Hotel Roa-roa 1 orang, Balaroa 83 orang, Petobo 16 orang, Mercure 4 orang dan Jalan Kartini 2 orang. Korban lainnya ditemukan di Kota Sigi, tepatnya di Biromaru, sebanyak 5 orang,” ujar Kepala Pusat Data, Informasi, dan Humas Badan Nasional Penanggulangan Bencana (BNPB) Sutopo Purwo Nugroho di Kantor BNPB, Jakarta Timur, Minggu (7/10), dikutip dari Kumparan.
Baca juga: Pilu! Untuk Mendapatkan Air, Korban Gempa dan Tsunami Palu Harus Lakukan ini
Berdasarkan data yang berhasil diperoleh BNPB, hingga saat ini, korban hilang di Petobo dan Balaroa mencapai 165 orang. Namun, dalam konferensi pers kali ini, Sutopo juga mengutip laporan kepala desa di Balaroa dan Petobo. Kepala desa melaporkan bahwa masih ada 5.000 warganya yang belum ditemukan. Namun, menurut Sutopo, angka tersebut masih harus kembali dikonfirmasi.
“Laporan dari kepala desa terdapat 5.000 orang yang belum ditemukan, ribuan rumahnya di Balaroa, di Petobo 2.050 unit. Tentu banyak juga jumlah penduduknya. Dan berdasarkan penuturan (kepala desa), ada 5.000 orang yang belum ditemukan,” jelas Sutopo.
Sutopo mengatakan bahwa petugas masih terus melakukan konfirmasi, pendataan. Menurutnya, tidak mudah untuk mendata berapa pasti korban yang tertimbun oleh material longsoran maupun likuifaksi (tanah bergerak) lumpur. Selain itu, evakuasi terus dilakukan
Diketahui bahwa perumahan Petobo dan Balaroa memang menjadi wilayah yang rusak parah akibat gempa 7,4 magnitudo. Hal itu dikarenakan kondisi tanah di kawasan Balaroa yang fluktuatif dan terletak di atas jalur sesar Palu Koro, membuat wilayah itu lenyap. Sementara itu, wilayah Petobo amblas ditelan lumpur lantaran mengalami likuifaksi.
Menurut Sutopo, daerah-daerah tersebut masih berlumpur dan membutuhkan alat yang lebih besar. Untuk membantu proses penanganan dan evakuasi, sudah ada 8.223 personel yang terjun langsung ke lapangan. Sutopo mengatakan bahwa pihaknya membutuhkan 51 alat berat dan 6 unit ekskavator amfibi untuk membersihkan puing-puing dan longsor. Khususnya, di wilayah yang terdampak likuifaksi.