Kabar mencengangkan tersaji pada hari terakhir pendaftaran calon anggota legislatif, Selasa, (17/07/2018). Juru Bicara Istana Kepresidenan Johan Budi dicalonkan oleh PDIP. Publik terkejut karena Johan mantan pejabat KPK dan partai bermoncong putih dikenal juara korupsi.
“Johan Budi kami calonkan dari Jawa Timur sana supaya partai juga membangun bahwa proses rekrutmen di luar kepemimpinan partai,” ujar Sekjen PDIP Hasto Kristiyanto, Selasa (17/7/2018) sebagaimana dikutip Detik.
Johan Budi akan bertarung di Dapil Jatim VII meliputi Pacitan, Ngawi, Ponorogo, Trenggalek, dan Magetan. Bagaimana tanggapan Johan Budi soal ini?
“PDIP menjadi pilihan saya karena saya menganggap PDIP adalah partai yang lebih banyak menyentuh dan bicara tentang rakyat kecil. Selain itu, konsep PDIP tentang Negara Kesatuan RI berdasarkan Pancasila serta paham nasionalis-religius yang diusung PDIP sesuai dengan prinsip saya dalam bernegara,” ujar Johan seperti diberitakan Detik.
Presiden Joko Widodo (Jokowi) sendiri sudah memberikan lampu hijau bagi Johan. Dia diminta mengajukan cuti selama berkampanye nanti.
“Ya, nanti statusnya sama dengan menteri (cuti), tidak ada perbedaan. Karena memang aturan main undang-undangnya seperti itu,” kata Sekretaris Kabinet Pramono Anung.
Johan Budi selama ini identik dengan Komisi Pemberantasan Korupsi (KPK). Maklum, namanya moncer saat menjabat juru bicara KPK setahun setelah bekerja di lembaga antirasuah itu. Johan masuk ke KPK pada 2005 ketika KPK dipimpin Taufiequrrachman Ruki. Sejumlah posisi pernah dirasakan Johan dengan posisi tertinggi pelaksana tugas (plt) pimpinan KPK.
Pada 2015, mimpi Johan jadi pimpinan KPK kandas. Dari hasil voting anggota Komisi III DPR di Senayan, Jakarta, 17 Desember 2015 malam, Johan berada di urutan keenam. Dia hanya memperoleh 25 suara. Setelah itu, Johan masuk Istana.
Soal korupsi, Johan begitu geram. Koruptor kata Johan, kini datang dari kalangan beragam dan berusia muda. Dari politikus, artis, pengusaha, sampai ustad dan pendeta. Bahkan kampus yang dulu penjaga moral mulai ikut terlibat korupsi, terbukti dari beberapa kasus yang ditangani KPK.
“Yang terjadi sekarang, istri berkolaborasi dengan suami. Ibarat bermain bola, suami gelandang kanan, istri penyerang kiri, tidak jarang lebih aktif istri untuk menggolkan korupsi,”papar Johan Budi dengan nada geram sebagaimana ditulis Tempo.
Johan mengaku prihatin melihatnya. “Betapa miris kalau melihat situasi korupsi saat ini. Untuk itu KPK melakukan upaya tidak hanya penindakan, tapi juga pencegahan yang dilakukan secara simultan,” kata Johan.
Sayangnya, kini langkah politik Johan justru berlabuh di PDIP, partai yang kadung dikenal sebagai juara korupsi. Seorang penggiat sosial media sekaligus Director Centre for Strategic and Policy Studies (CSPC), Prijanto Rabbani berkomentar atas tertangkapnya Tasdi, Bupati Purbalingga dalam Operasi Tangkap Tangan (OTT) oleh Komisi Pemberantasan Korupsi (KPK), Senin (4/6/2018).
“Partai juara korupsi tak kapok-kapok untuk terus melakukan korupsi, kadernya terus kena OTT @KPK_RI. Sebaiknya diapakan partai berperilaku koruptif seperti ini. Dibubarkan? #iDeasRabbani @titianggraini @sy_haris @satriohendri @mohmahfudmd @fahiraidris @ProfRoySembel,” tulisnya dalam akun twitternya @PrijantoRabbani.
Label juara korupsi sendiri tak dibantah oleh Ketua Umum PDIP Megawati Soekarnoputri. Dia mengakui banyak kadernya yang terjerat kasus korupsi.
“Kalau dikatakan bahwa itu dari PDI Perjuangan saya tidak membantah, dan saya akan mengatakan kalau mau diambil, proses hukum, tetapi bukan hanya tuduhan seperti itu saja, karena yang lain juga seperti begitu. Saya tidak pernah mengatakan, saya diam kalau ada dari lain partai diambil dan sebagainya,” kata Mega seperti dikutip dari Metro TV.
Inilah ironi Johan Budi, mantan jubir KPK yang justru akan berkiprah di partai juara korupsi.
Erwyn Kurniawan