Ngelmu.co – Israel melakukan genosida di Gaza, Palestina. Akibatnya, berdasarkan data Euro-Med Human Rights Monitor, sekitar 24.000-25.000 anak di sana menjadi yatim piatu.
Israel terus membombardir berbagai wilayah di Palestina, terutama Gaza.
Laporan awal Euro-Med Human Rights Monitor, menyoroti bahwa 10.000 anak telah terbunuh akibat bom Israel.
Lalu, sekitar 25.000 anak kehilangan salah satu atau kedua orang tua mereka.
Belum lagi 640.000 anak lainnya kehilangan tempat tinggal, karena rumah mereka juga hancur; sebagian ataupun seluruhnya.
Masa depan ratusan ribu anak-anak itu masih belum diketahui.
Sebab, sudah 217 sekolah di Jalur Gaza, rusak bahkan hancur akibat serangan Israel.
Jelas, ini akan berdampak buruk terhadap proses pendidikan di Jalur Gaza.
Euro-Med Human Rights Monitor, mengatakan, 23.012 warga Palestina, telah terbunuh dalam serangan udara dan artileri Israel yang intens di Jalur Gaza.
Ini termasuk 9.077 anak-anak, sementara ratusan anak-anak lainnya masih terjebak di bawah reruntuhan bangunan.
Kecil kemungkinannya untuk mereka bisa bertahan hidup.
Dengan demikian, jumlah total kematian anak-anak juga akan lebih dari 10.000 jiwa.
“Anak-anak Gaza, menjadi sasaran serangan tanpa pandang bulu Israel di tengah genosida yang telah berlangsung selama tiga bulan berturut-turut.”
Demikian pernyataan Euro-Med Human Rights Monitor dalam situs resminya.
Bahkan, sebagian besar anak-anak tidak diberi akses terhadap makanan dan juga air bersih.
Banyak dari anak-anak yang terpaksa mengungsi di bawah serangan.
Ini jelas memperburuk kondisi psikologis mereka yang sudah genting.
Lebih dari 1,8 juta warga Gaza, menjadi pengungsi internal.
Hal ini menyebabkan banyak keluarga dengan anak-anak, tinggal di fasilitas yang sesak; tidak cocok dijadikan tempat berlindung.
Anak-anak di Jalur Gaza, berada pada risiko kelaparan dan kematian yang sangat besar.
Khususnya di Kota Gaza dan wilayah utara Jalur Gaza.
Euro-Med Human Rights Monitor juga menyebutkan munculnya mekanisme penanggulangan yang berbahaya.
Seperti anak-anak yang menggunakan metode berisiko dan tidak sehat yang menyalakan api untuk memasak.
Baca juga:
Selain itu, anak-anak di Gaza juga menghadapi risiko terkena epidemi dan penyakit menular.
Akibat dari berbagai krisis, seperti kurangnya air minum yang aman, penghentian pompa limbah.
Begitu juga kurangnya layanan kesehatan dan kurangnya kebersihan pribadi di pusat penampungan yang sangat padat.
Anak-anak di bawah usia 18 tahun yang mencakup 47 persen dari 2,3 juta orang yang tinggal di Jalur Gaza, sudah lama mengalami masalah kesehatan mental.
Sebelum genosida terjadi, empat dari tiap lima anak melaporkan bahwa mereka mengalami depresi, kesedihan, atau ketakutan.
Bahkan, penelitian sebelumnya mengungkapkan bahwa jumlah masalah kesehatan mental, lebih tinggi.
Euro-Med Human Rights Monitor pun mendesak komunitas internasional untuk secepatnya mengambil tindakan.
Guna menghentikan upaya Israel untuk mengubah Jalur Gaza menjadi kuburan nyata bagi anak-anak.
Euro-Med Human Rights Monitor juga mendorong negara Barat untuk mengakhiri kebijakan standar ganda yang mencolok, yang memungkinkan impunitas Israel.
Euro-Med Human Rights Monitor, menekankan bahwa Israel, harus bertanggung jawab atas pelanggaran jelas terhadap hukum humaniter internasional.
Ini dibuktikan dengan pembunuhan dan penargetan anak-anak di Palestina.
Termasuk pengabaian terhadap kebutuhan khusus mereka akan vaksin, makanan, pakaian, dan tempat tinggal.
Semua jelas diakui dalam Konvensi Jenewa dan Protokolnya pada 1977.