Ngelmu.co – Hanya yang menaruh hati, yang bisa sakit hati. Sedang yang berdakwah dari hati, balasannya itu abadi. Mungkin ini saat paling tepat untuk melihat dan mengamati.
Motif manusia itu berbeda-beda, dari popularitas sampai ke harta, dari jabatan sampai cari aman. Tapi mereka yang karena Allah, timbangannya hanya Kitabullah dan Sunnah.
Pembohong bisa mencari dalih, pengkhianat bisa beralasan sedang berstrategi. Lihatlah bagaimana kakek kita Adam diperdaya, sebab Iblis mengaku sebagai penasihatnya.
Manusia itu lemah, kadang tak bisa membeda, mana yang dibuat karena ketamakan, mana yang memang pengorbanan. Karena itulah, kita dipinta Allah ikuti para ulama.
Sebab Allah ridha pada ulama, apalagi dalam keadaan mereka bersatu, dalam keadaan bersepakat. Allah memberi bimbingan pada hamba-hamba-Nya, lewat mereka.
Tak perlu pusing dengan manuver, yang sudah tak ada beda dengan pemabuk. Jangankan orang lain yang heran melihat langkahnya, dia sendiri pun tak tahu langkahnya.
Dari awal, selalu saya mengingatkan diri sendiri, bahwa sebab Islam saya menulis, bicara, berpikir, hidup. Bukan sebab nama tertentu, apalagi angka tertentu. Semua karena Allah.
Tiap-tiap perjalanan ada yang selalu menarik untuk dilihat, padahal pengalih dari tujuan yang sebenarnya. Kita hanya diingatkan akan tujuan awal kita.
Jalur dakwah ini tak terkait dengan huru-hara manusia, tentang nama-nama, tentang jabatan-jabatan. Jalur dakwah ini abadi, sejak para Nabi hingga akhir hari-hari.
Jalur dakwah ini tak janjikan jabatan, tak membatasi waktu. Tapi meminta seluruh perhatianmu, hartamu, bahkan jiwamu. Tapi yang meminta, tak bisa ditolak para pencinta.
Ketika jalan dunia itu mungkin nikmat, tapi penuh tipu daya dan sementara. Maka jalan akhirat itu melelahkan, tapi dengan kejujuran dan keabadian.
Oleh: Ustadz Felix Siauw
[su_box title=”Baca Juga” style=”glass”]
Ustadz Felix Siauw: Amal yang Tertukar
[/su_box]