Ngelmu.co – Jangan jadi Finhash… Dahulu, di zaman Nabi Muhammad Shallallahu ‘Alaihi wa Sallam, ada seorang pria bernama Finhash (فِنْحَاصٌ).
Salah satu tokoh intelektual kaum Yahudi yang menjadi panutan. Ucapannya begitu didengar.
Suatu hari, Abu Bakar menasihatinya agar masuk Islam. Namun, ia menanggapi dengan kurang ajar, kira-kira seperti ini:
“Hai Abu Bakar, Tuhanmu itu, dalam Al-Qur’an itu ‘kan bilang mau pinjam uang kepada orang-orang beriman. Kalau Ia pinjam uang, berarti Ia miskin dong?”
Finhash bicara soal Qur’an surah Al-Baqarah ayat 245.
مَنْ ذَا الَّذِي يُقْرِضُ اللَّهَ قَرْضًا حَسَنًا فَيُضَاعِفَهُ لَهُ أَضْعَافًا كَثِيرَةً
“Siapakah yang mau memberi pinjaman kepada Allah, pinjaman yang baik [menafkahkan hartanya di jalan Allah], maka Allah akan melipatgandakan pembayaran kepadanya dengan lipat ganda yang banyak…”
Ayat yang sebenarnya sangat jelas, dalam cita rasa bahasa Arab, dengan kualitas sastra tinggi.
Bermakna anjuran berinfak di jalan Allah. Ini bahasa majasi atau metafora.
Di mana para ulama tafsir, sudah biasa mengulasnya dengan sangat baik.
Lalu, Finhash memutarbalikkan maknanya, dengan tujuan yang busuk.
Memutarbalikkan kata-kata!
Inilah Sifat Finhash
Sifat kurang ajar Finhash ini, sampai diabadikan dalam Qur’an surah Ali ‘Imran ayat 181.
لَقَدْ سَمِعَ اللَّهُ قَوْلَ الَّذِينَ قَالُوا إِنَّ اللَّهَ فَقِيرٌ وَنَحْنُ أَغْنِيَاءُ ۘ سَنَكْتُبُ مَا قَالُوا وَقَتْلَهُمُ الْأَنْبِيَاءَ بِغَيْرِ حَقٍّ وَنَقُولُ ذُوقُوا عَذَابَ الْحَرِيقِ
“Sesungguhnya Allah telah mendengar perkatan orang-orang yang mengatakan: ‘Sesunguhnya Allah miskin dan kami kaya’. Kami akan mencatat perkataan mereka itu, dan perbuatan mereka membunuh nabi-nabi tanpa alasan yang benar, dan Kami akan mengatakan [kepada mereka]: ‘Rasakanlah olehmu azab yang membakar’.”
Rupanya, di zaman sekarang, kecondongan menyimpang dalam din seperti Finhash ini, pelan-pelan, banyak menginfeksi orang.
Secara tidak sadar, mulai banyak yang terjangkiti finhashiyyah, dan celakanya, yang terkena justru banyak kalangan [yang dianggap] kaum intelektual dan tokoh.
Korbannya? Selalu orang awam.
Contoh ungkapan memutarbalikkan kata-kata:
- “Tuhan tidak perlu dibela, karena Ia Maha Kuasa. Bukankah Ia Raja alam semesta?”;
- “Islam tidak perlu dibela, karena sudah mulia. Islam itu rusak karena pemeluknya.”;
- “Nabi Muhammad tidak perlu dibela, beliau sudah mulia. Penghinaan tidak mengurangi keagungan beliau.”; dan sebagainya.
Sungguh, ungkapan di atas adalah pemutarbalikan kata-kata.
Akrobat intelektual. Mirip seperti cara argumentasi ‘selengean’, ketika orang mengatakan:
“Istri orang, sebenarnya adalah istri kita juga, karena kita adalah orang.”
Orang yang berpengetahuan, akan mudah mengidentifikasi kebatilan ucapan tersebut. Namun, orang awam, bisa jadi ada yang terfitnah.
Baca Juga:
Orang beriman membela Allah, itu jangan membayangkan bahwa yang dibela adalah lemah, sehingga butuh perlindungan.
Membela Allah adalah bahasa metafor. Maknanya adalah tidak terima penghinaan terhadap Allah, dan itu adalah bukti cinta.
Allah tidak menuntut kita melindungi-Nya, tetapi menuntut kita menyembah-Nya.
Aksi terpenting penyembahan kepada-Nya adalah menjadikan puncak cinta hanya kepada-Nya.
Cinta menjadi palsu, jika diam saja saat yang dicintai, dihinakan.
Membela Islam itu jangan dibayangkan, Islam seperti makhluk hina yang perlu dilindungi.
Membela Islam adalah bahasa metafor. Maknanya, menjalankan perintah Allah, sebagai bentuk ketaatan untuk meninggikan kalimat-Nya.
Membela Nabi Muhammad itu bukan karena dengan penghinaan, maka keagungan beliau menjadi berkurang.
Menjaga kehormatan Nabi Muhammad adalah tuntutan iman, dan konsekuensi cinta kepada Allah.
Dusta besar jika ada orang yang mengaku cinta Allah, tetapi tidak cinta kepada Nabi Muhammad.
Bahasa majasi dalam Al-Qur’an itu banyak, dan untuk memahaminya, perlu bahasa Arab yang cukup.
Ilmu balagah [retorika], pengetahuan syair jahiliah, dan penjelasan ulama yang otoritatif.
Contoh yang sering didengar adalah Qur’an surah Muhammad ayat 7.
يَا أَيُّهَا الَّذِينَ آمَنُوا إِنْ تَنْصُرُوا اللَّهَ يَنْصُرْكُمْ وَيُثَبِّتْ أَقْدَامَكُمْ
“Hai orang-orang mukmin, jika kamu menolong (agama) Allah, niscaya Ia akan menolongmu, dan meneguhkan kedudukanmu.”
Betapa rusaknya, jika ayat ini dipahami bahwa Allah itu lemah, sehingga perlu ditolong.
Memutarbalikkan kata-kata adalah sunahnya kaum Yahudi. Firman Allah dalam Al-Qur’an:
يُحَرِّفُونَ الْكَلِمَ عَنْ مَوَاضِعِهِ
“…mereka mengubah perkataan-perkataan dari tempatnya…,” (QS. An-Nisa’: 46).
Maka waspada dengan para Finhash di zaman sekarang.
Maka jika mengagumi tokoh atau mendengarkan ucapan kaum intelek, tetapi mereka memiliki kecenderungan finhashiyyah, segera tinggalkan.
Ganti panutan, agar tidak salah jalan.
Wallahu a’lam.