Ngelmu.co – Jika di luar negeri muncul kekhawatiran soal gelombang kedua penyebaran COVID-19, di dalam negeri, perhatian terfokus ke jumlah kasus konfirmasi positif di Jawa Timur, yang kian hari kian meningkat. Berada di nomor dua, setelah Jakarta.
“Ada gelombang kedua (penyebaran COVID-19) pasca-lockdown. Apa antisipasi kita? Kesadaran kolektif untuk bisa memahami,” kata Ketua Pelaksana Gugus Tugas Percepatan Penanganan COVID-19, Doni Monardo.
“Selama bangsa dunia belum berhasil menemukan vaksin, maka kita tak boleh kendor, tak boleh lengah,” sambungnya, usai mengikuti rapat terbatas via konferensi video, dengan Presiden Joko Widodo, seperti dilansir CNBC, Senin (11/5).
“Presiden ingatkan, jangan kendor, meski beberapa daerah mengalami penurunan kasus. Ini dibarengi kesadaran kolektif yang lebih tinggi,” lanjut Doni.
Permasalahan terkait pandemi virus Corona, menurutnya, tak hanya dapat ditangani pemerintah pusat.
Dibutuhkan kerja sama dari semua pihak, termasuk media, kolaborasi pentahelix berbasis komunitas.
Sementara soal Jawa Timur, Doni, membenarkan adanya peningkatan yang signifikan terkait kasus konfirmasi positif.
Mengutip data Gugus Tugas Percepatan Penanganan COVID-19, Ahad (10/5) siang, kasus konfirmasi positif di Jatim, mencapai angka 1.502 pasien.
Jatim, berada persis di bawah Jakarta, yang melaporkan 5.190 kasus.
“Perlu unsur Pangkogabwilhan (Panglima Komando Gabungan Wilayah Pertahanan) II untuk membantu Pemprov, kabupaten, kota, dalam rangka menata kembali, sehingga gugus tugas daerah, bisa mendapat dukungan penuh dari unsur TNI/Polri di daerah,” kata Doni.
Ia juga mengusulkan, pelibatan unsur marinir (TNI AL), agar tak perlu ada langkah hukum yang berlebihan, terhadap para pelanggar aturan Pembatasan Sosial Berskala Besar (PSBB).
“Karena diajak unsur-unsur TNI yang sangat dihargai, sehingga masyarakat bisa patuh dan sukarela menaati arahan, khususnya yang berhubungan dengan protokol kesehatan,” pungkas Doni.
Baca Juga: Dianggap Sedekah Berlebihan untuk COVID-19, Koh Steven, “Hanya Ikhtiar dan Berharap Allah Ridha”
Terlepas dari itu, Ketua Gugus Tracing Penanganan COVID-19 Jatim, dr Kohar Hari Santoso, menyebut ada 52 klaster penyebaran COVID-19 di Jatim.
Dari sana, terindentifikasi 592 kasus positif, sementara sisanya, belum terindentifikasi dari mana asal penularan.
“Ada total 52 klaster di Jatim. Klaster terbesar adalah klaster pelatihan Tenaga Kesehatan Haji Indonesia (TKHI), Asrama Haji Sukolilo Surabaya, dengan 167 kasus, klaster Ponpes Temboro Magetan 46 kasus,” kata Kohar, di Gedung Negara Grahadi, Surabaya, Ahad (10/5) kemarin.
Wilayah yang paling banyak ditemukan klaster penularan COVID-19, ada di Kota Surabaya. Berdasarkan data tim tracing, ditemukan 14 klaster Surabaya, yakni:
- Klaster Surabaya I-PGS (5 kasus),
- Klaster Surabaya II (2 kasus),
- Klaster Surabaya III (2 kasus),
- Klaster Surabaya IV-Pakuwon Mall (4 kasus),
- Klaster Surabaya V-TP (9 kasus),
- Klaster Surabaya VI-RRI (2 kasus),
- Klaster Surabaya VII-Jalan Gresik PPI (30 kasus),
- Klaster Surabaya VIII-RS Mitra Keluarga Satelit Surabaya (6 kasus),
- Klaster Surabaya IX-PT SORINI (2 kasus),
- Klaster Surabaya X-Jalan Gembong 5/7 (4 kasus),
- Klaster Surabaya XI-Tidak Ada Riwayat Perjalanan ke Manapun (37 kasus),
- Klaster Surabaya XII-PT HM Sampoerna (41 kasus),
- Klaster Surabaya XIII-Pasar Keputran (2 kasus), dan
- Klaster Surabaya XIV-Riwayat Perjalanan dari Surabaya (8 kasus).
Selain itu, Kohar, menyampaikan adanya beberapa klaster baru di Jatim, yakni klaster dari Pasar di Bojonegoro dan klaster Tenaga Kesehatan.
“Untuk klaster tenaga kesehatan, ini bukan karena pekerjaannya di RS, tapi mereka terkena di tempat praktik pribadinya,” ujarnya, seperti dilansir Detik.
Sementara itu, Gubernur Jatim, Khofifah Indar Parawansa, menjelaskan soal klaster baru di tiga pasar, di Bojonegoro.
Klaster itu memunculkan 168 orang dengan hasil rapid test yang reaktif.
“Kami sudah kirim tim tracing Gugus Tugas Jatim ke sana, untuk melakukan test swab kepada 71 orang. Insya Allah, besok 74 orang akan di-tes swab lagi,” kata Khofifah.
“Kami sudah sampaikan ke Ibu Bupati Bojonegoro, agar yang sudah terkonfirmasi reaktif rapid test, sebaiknya semua di-observasi,” sambungnya.
“Ada tempat BLK Disnaker Jatim dan UPT Dinso Jatim di Bojonegoro, yang bisa digunakan untuk percepatan layanan ruang observasi,” pungkas Khofifah.