Ngelmu.co – Baru-baru ini mulai beredar viral di media sosial mengenai rencana dari Universitas Trisakti yang hendak menganugerahi Presiden Jokowi sebagai ‘Putera Reformasi’ melalui sebuah surat keputusan yang akan ditetapkan. Sontak pihak Istana negara pun melontarkan tanggapannya.
Surat tersebut ramai diperbincangkan di media sosial yang tentu juga memancing pro dan kontra. Banyak pihak kemudian mempertanyakan kira-kira dasar apa yang dijadikan Universitas Trisakti saat hendak memberi gelar ‘Putera Reformasi’ ke Jokowi.
Ali Mochtar Ngabalin dari Kantor Staf Presiden (KSP) menyebut pihak Universitas sebaiknya segera merespon pandangan dari masyarakat yang beraneka ragam tersebut. Ngabalin memaparkan bahwa Jokowi bukan tipe orang yang ingin selalu mendapat pujian.
“Tentu nanti yang menjawab itu adalah Trisakti karena Presiden Joko Widodo sendiri itu kalau orang Jawa bilang, nyuwun sewu ya, mohon maaf, nyuwun sewu, tidak pergi ke sana-kemari, cari-cari muka untuk dihormati, dipuja, dipuji, Presiden Jokowi tidak begitu karakternya,” demikian ungkap Ngabalin saat dihubungi wartawan pada hari Minggu (22/9/2019), seperti dikutip oleh detik.com
“Jokowi itu wong ndeso, alami, hidupnya tak terpisahkan dari hidup sebagai seorang masyarakat biasa yang dianugerahi Allah SWT dengan otorita sebagai presiden. Jadi kalau Jokowi itu penampilannya ya begitu, makannya seadanya, tidak ke sana-kemari untuk disanjung-sanjung, dipuji. Jokowi wong Solo, wong ndeso, jadi biasa-biasa saja ya,” tambah Ngabalin menjelaskan.
Surat Universitas Trisakti bernomor 339/AK.15/USAKTI/R/IX/2019 yang beredar di media sosial menunjukkan bahwa surat itu ditujukan kepada Menteri Sekretaris Kabinet. Saat ditanya apakah surat tersebut sudah diterima pihak Istana Negara, Mochtar Ngabalin mengatakan akan mengeceknya terlebih dahulu.
“Nanti Senin saya cek ya, nanti saya kasih kabar,” imbuhnya. Sementara respon dari Istana mulai terlontar, di jagad media sosial pun semakin ramai yang pro dan kontra.