Ngelmu.co – Presiden Joko Widodo (Jokowi) menegaskan, tidak akan ada beras impor yang masuk ke Indonesia, hingga Juni 2021 mendatang.
Pernyataan Presiden Jokowi soal Impor Beras
Jokowi juga mengeklaim, bahwa sudah hampir tiga tahun, pemerintah tidak mengimpor beras.
“Saya pastikan bahwa sampai bulan Juni 2021, tidak ada beras impor yang masuk ke negara kita, Indonesia.”
“Kita tahu, sudah hampir tiga tahun ini, kita tidak mengimpor beras.”
Demikian pernyataan Jokowi, Jumat (26/3) kemarin, mengutip kanal YouTube Sekretariat Presiden.
Namun, bagaimana dengan faktanya?
Berdasarkan data Badan Pusat Statistik (BPS), di tahun 2019, Indonesia, tercatat melakukan impor beras.
Jumlahnya sebanyak 444,5 ton, dengan nilai US$ 184,2 juta.
Dari tahun 2000-2019, Indonesia, tercatat melakukan impor beras dari sejumlah negara.
Seperti Vietnam, Thailand, Tiongkok, India, Pakistan, Amerika Serikat, Taiwan, Singapura, hingga Myanmar.
Berikut datanya lebih lanjut:
- 1,35 juta ton impor beras di tahun 2000, dengan nilai US$ 319,1 juta;
- 644,7 ribu ton impor beras di tahun 2001, dengan nilai US$ 134,9 juta;
- 1,8 juta ton impor beras di tahun 2002, dengan nilai US$ 342,5 juta;
- 1,4 juta ton impor beras di tahun 2003, dengan nilai US$ 291,4 juta;
- 236,86 ribu ton impor beras di tahun 2004, dengan nilai US$ 61,75 juta;
- 189,6 ribu ton impor beras di tahun 2005, dengan nilai US$ 51,49 juta;
- 436,1 ribu ton impor beras di tahun 2006, dengan nilai US$ 132,6 juta;
- 1,4 juta ton impor beras di tahun 2007, dengan nilai US$ 467,7 juta;
- 289,68 ribu ton impor beras di tahun 2008, dengan nilai US$ 124,1 juta;
- 250,47 ribu ton impor beras di tahun 2009, dengan nilai US$ 108,1 juta;
- 687,58 ribu ton impor beras di tahun 2010, dengan nilai US$ 360,78 juta;
- 2,75 juta ton impor beras di tahun 2011, dengan nilai US$ 1,5 miliar;
- 1,8 juta ton impor beras di tahun 2012, dengan nilai US$ 945,6 juta;
- 472,66 ribu ton impor beras di tahun 2013, dengan nilai US$ 246 juta;
- 844,16 ribu ton impor beras di tahun 2014, dengan nilai US$ 388,17 juta;
- 861,6 ribu ton impor beras di tahun 2015, dengan nilai US$ 351,6 juta;
- 1,28 juta ton impor beras di tahun 2016, dengan nilai US$ 531,8 juta;
- 305,27 ribu ton impor beras di tahun 2017, dengan nilai US$ 143,6 juta;
- 2,25 juta ton impor beras di tahun 2018, dengan nilai US$ 1,03 miliar; dan
- 444,5 ribu ton impor beras di tahun 2019, dengan nilai US$ 184,2 juta.
‘Hanya untuk Jaga-jaga’
Kembali ke pernyataan Presiden Jokowi. Mengenai impor beras, ia mengakui, bahwa pemerintah telah menandatangani nota kesepahaman atau MoU [Memorandum of Understanding] dengan Thailand dan Vietnam.
“Itu hanya untuk jaga-jaga, mengingat situasi pandemi yang penuh ketidakpastian,” tutur Jokowi.
“Saya tegaskan sekali lagi, berasnya belum masuk,” sambungnya.
Baca Juga: Harga Gabah Petani Anjlok
Meski memastikan tak ada importasi beras sampai Juni 2021, tetapi Jokowi, tidak menyatakan akan sepenuhnya membatalkan.
Dalam kata lain, selepas Juni 2021, peluang impor beras masih terbuka.
Pada kesempatan itu, Jokowi, juga meminta agar jajarannya segera menyelesaikan persoalan di lapangan.
Salah satunya berkaitan dengan serapan beras petani.
“Saya pastikan, beras petani akan diserap Bulog, dan saya akan segera memerintahkan Menkeu, agar membantu terkait anggarannya,” kata Jokowi.
“Saya tahu, kita memasuki masa panen, dan harga beras tingkat petani belum sesuai [dengan yang] diharapkan,” imbuhnya.
Maka itu, Jokowi berharap, masyarakat bisa menyudahi perdebatan soal impor beras.
“[Perdebatan] Ini justru bisa membuat harga jual gabah di tingkat petani turun atau anjlok,” imbaunya.
Bulog Tolak Rencana Impor
Sebagai informasi, MoU dengan Thailand adalah kerja sama kedua negara dengan skema antar pemerintah [Government to Government].
Beredar informasi, importasi yang disepakati adalah sebanyak lebih dari 1 juta ton.
Sebelumnya, MoU dengan Vietnam juga telah menjadi pembahasan di media-media internasional pun lokal.
Melalui Perum Bulog, Indonesia, disebut-sebut berencana kembali mengimpor beras dari negara tersebut, dalam waktu dekat.
Namun, Perusahaan Umum Badan Urusan Logistik (Perum Bulog) menolak rencana tersebut.
Pasalnya, Direktur Utama Perum Bulog Budi Waseso (Buwas), mengaku, masih memiliki persediaan beras di gudang.
Jumlahnya juga tidak sedikit, yakni mencapai 883.585 ton per 14 Maret 2021.
“Dengan rincian 859.877 ton merupakan stok Cadangan Beras Pemerintah (CBP), dan 23.708 ton stok beras komersial.”
Demikian kata Buwas, dalam keterangan tertulisnya, Selasa, 16 Maret 2021.
Bahkan, 275.811 ton beras sisa impor tahun 2018 juga masih tersedia di gudang Bulog.
Di mana, 106.642 ton di antaranya, mengalami penurunan mutu.
“Kesalahan pada impor beras tahun 2018, dikarenakan rata-rata jenisnya merupakan jenis beras pera yang tidak sesuai dengan selera masyarakat Indonesia,” kata Buwas.
Ia juga menjelaskan, bahwa pada Maret 2020, beras impor tahun 2018 itu masih tersisa sekitar 900 ribu ton.
Mutu Beras Sisa Impor 2018 Menurun
Lalu, beras tersebut digunakan untuk penyaluran bantuan sosial dari Kementerian Sosial, dan bantuan langsung dari Presiden.
Dibagikan kepasa masyarakat yang terdampak ekonomi akibat pandemi COVID-19.
Namun, sisa beras hanya tersalurkan sekitar 450 ribu ton, dan sisanya, sampai saat ini [sebanyak 275.811 ton] masih tersimpan di gudang Bulog.
Perlu diketahui, wacana impor beras ini diputuskan dalam rapat koordinasi terbatas, dengan alasan Bulog perlu memiliki iron stock.
Menko Bidang Perekonomian Airlangga Hartarto dan Menteri Perdagangan M Lutfi, hadir dalam kesempatan itu.
Pada 2021 ini, pemerintah berencana mengimpor beras sebanyak 1.000.000 ton.
Terdiri dari 500.000 ton cadangan beras pemerintah (CBP), dan 500.000 ton sesuai kebutuhan Bulog.
Mendag Lutfi, bahkan sempat mengeklaim stok Bulog saat ini adalah yang terendah sepanjang sejarah.
Bahkan, mungkin di bawah 500.000 ton, dari batas minimum yakni 1.000.000 ton.
Perlu digarisbawahi, rencana impor beras ini menuai penolakan dari petani hingga akademisi.
Mereka menilai, impor adalah hal yang tidak perlu, karena produksi beras 2021, akan surplus.
Sebagaimana perkiraan BPS, produksi beras Januari-April 2021 mencapai 14,54 juta ton.
Angka ini naik 26,84 persen, dari 11,46 juta ton di Januari-April tahun lalu.
Maka itu, keputusan impor beras dikhawatirkan dapat menyebabkan kelebihan stok [seperti tahun 2018], dan membuat harga gabah petani tidak terserap Bulog.