Ngelmu.co – Menteri Pemuda dan Olahraga (Menpora), hingga Senin (18/10) siang, masih trending di media sosial Twitter.
Sayangnya, belasan ribu cuitan yang berasal dari warganet itu berisi kritikan untuk yang bersangkutan.
Penyebabnya tak lain karena pelarangan munculnya bendera Merah Putih di Thomas Cup 2020, saat tim RI berhasil menyabet gelar juara.
Executive Committee World Anti-Doping Agency’s (ExCo WADA), menyetujui empat keputusan Compliance Review Committee (CRC), sebagai hukuman bagi Indonesia.
- Tidak dapat hak istimewa, termasuk pendanaan;
- Tak bisa menjadi anggota dewan;
- Tidak dapat menjadi tuan rumah ajang internasional;dan
- Bendera nasional tak boleh berkibar.
Netizen tak dapat menghindari amarah karena kecewa terhadap Kementerian Pemuda dan Olahraga (Kemenpora).
Termasuk editor olahraga Jawa Pos, Ainur Rohman.
“Dunia begitu terbuka. Informasi sangat transparan. Masih saja ngeles,” ujarnya.
“Mbok mending minta maaf saja, terbuka ke rakyat Indonesia. Lalu bertekad benar-benar kerja serius,” sambung Ainur.
“Enggak menggampangkan masalah, dan memperbaiki diri. Miris,” imbuhnya lagi.
Ainur juga bilang, pada artikel 9.4.5 International Standard for Code Compliance by Signatories, WADA, mengirim surat ke LADI [Lembaga Anti Doping Indonesia].
“Pada 15 September. WADA memberi waktu 21 hari kepada Indonesia untuk konfirmasi,” tuturnya.
“Hasilnya, sampai tenggat, Indonesia tak menjawab formal dan membela diri. Hasilnya: bendera PBSI berkibar,” beber Ainur.
Ia pun mengkritik Menpora Zainudin Amali, yang mengatakan bahwa saat ini masih masa klarifikasi.
Sehingga, menurutnya, bendera memang tidak boleh muncul, tetapi Indonesia Raya tetap terdengar.
“Basi!,” kata Ainur, “madingnya sudah siap terbit!,” lanjutnya menyindir.
Menpora latar belakangnya murni pengusaha dan politikus partai !!! Indonesia sedari dulu… pic.twitter.com/5iSLFBTGRc
— Adito (@adito_panji) October 17, 2021
‘Kalau Saya Menpora…’
Di sisi lain, pemilik akun @fim_mifta, bahkan memberi pernyataan lugas.
“Kalau saya Menpora, maka pagi ini saya akan menghadap presiden, dan menyatakan mengundurkan diri.”
Demikian cuitan Miftakhul, Senin (18/10) pagi, yang langsung mendapat beragam respons dari sesama pengguna Twitter.
“Sikap!,” balas akun @ngi_rich. “Namun, sayang mereka tak pernah sadar diri dan tak tahu malu,” imbuhnya.
Sementara menurut Asih Suwarsono, “Itu hanya terjadi di pemerintahan luar negeri, Om. Kalau di negeri ini, boro-boro. Muktem semua.”
Baca Juga:
- Merah Putih Dilarang Berkibar Meski Indonesia Raya Terdengar di Thomas Cup: Kemenpora Wajib Muhasabah
- Indonesia Sabet Emas Thomas Cup Usai Sukses Taklukkan Cina 3-0
Apa Persoalan yang Menyeret Menpora?
Berbagai pihak begitu marah kepada pemerintah–khususnya Kemenpora–karena bendera Merah Putih, tak dapat berkibar di Thomas Cup 2020.
Lagu Indonesia Raya memang tetap berkumandang, tetapi tanpa penampakan bendera negara, sehingga para atlet harus meletakkan tangan mereka di dada.
Kemenangan 3-0 atas Cina di final Thomas Cup 2020, memang menjadi angin segar untuk badminton Indonesia.
Namun, persoalan yang kini ada, tak dapat dianggap remeh.
Mantan pebulu tangkis Tanah Air, Taufik Hidayat, bahkan melayangkan kritik keras kepada pemerintah.
Sebelumnya, melalui akun Instagram pribadi, @taufikhidayatofficial, ia mengucapkan selamat kepada tim Thomas Cup Indonesia.
“Selamat, piala Thomas Cup kembali ke Indonesia. Terima kasih atas kerja kerasnya tim bulu tangkis Indonesia.”
Sama seperti masyarakat pada umumnya.
Taufik juga menyoroti bendera PBSI, yang mau tak mau, harus menggantikan bendera Merah Putih, ketika tim Thomas Cup Indonesia naik podium juara.
“Tapi ada yang aneh, bendera Merah Putih enggak ada? Diganti dengan bendera PBSI,” ujarnya.
“Ada apa dengan LADI [Lembaga Anti Doping Indonesia] dan pemerintah kita? Khususnya Menpora, KONI [Komite Olahraga Nasional Indonesia], dan KOI [Komite Olimpiade Indonesia]?” tanya Taufik.
“Kerjamu selama ini ngapain saja?” kritiknya. “Bikin malu negara Indonesia saja. Jangan ngarep jadi tuan rumah Olympic atau piala dunia.”
“Urusan kecil saja enggak bisa beres. Kacau dunia olahraga ini,” sentil Taufik di akhir.
View this post on Instagram
Nihil dan Suram
Ainur, sebelumnya telah menanggapi cuitan @KEMENPORA_RI, yang menjelaskan surat teguran dari WADA.
“Pada 15 September, WADA kirim formal notice soal status Indonesia yang non-compliance,” cuitnya.
“WADA memberikan kesempatan selama 21 hari pada Indonesia untuk membantah,” imbuh Ainur.
“Nihil. WADA, akhirnya menetapkan status non-compliance untuk Indonesia pada 7 Oktober. Tanggal 8 Oktober, baru koordinasi,” sambungnya lagi.
Ainur pun menanyakan pernyataan Kemenpora, yang mengeklaim langsung gerak cepat berkoordinasi dengan LADI.
“Dari semua klarifikasi Kemenpora dan LADI, aku tidak membaca apa yang terjadi antara turunnya formal notice sampai fase 21 hari itu,” bebernya.
Ainur juga mencontohkan pihak yang benar-benar bergerak cepat, sehingga tak bernasib sama dengan Indonesia.
“German Community of Belgium, Montenegro, dan Rumania, tidak dihukum,” tuturnya.
Status ketiganya juga diubah dari non-compliance menjadi watchlist, “Karena [mereka] gerak cepat di masa itu,” tegas Ainur.
Ia juga prihatin dengan sikap Menpora Zainudin, yang menyebut BWF [Badminton World Federation], mengambil keputusan sendiri soal Merah Putih di Thomas Cup 2020.
“Ini lebih lucu lagi. Malah terkesan menyalahkan BWF. Menpora ini enggak dapat info, ya, kalau WADA sudah menetapkan sanksi non-compliance pada LADI per 7 Oktober,” kata Ainur.
“Kalau BWF mengizinkan Merah Putih berkibar di podium Thomas Cup, justru mereka yang melanggar aturan. Syuram-syuram,” pungkasnya.
Pd 15 September WADA kirim formal notice soal status Indonesia yg non-compliance. WADA memberikan kesempatan selama 21 hari pd Indonesia utk membantah.
Nihil. WADA akhirnya menetapkan status non-compliance utk Indonesia pd 7 Oktober. Tgl 8 Oktober baru koordinasi.
Gerak cepat? https://t.co/rdtrRHGP3p
— A. Ainur Rohman (@ainurohman) October 18, 2021
Soal Fajar/Rian
Bukan hanya itu. Zainudin juga membuat warganet gemas atas pernyataannya saat wawancara dengan salah satu stasiun televisi swasta.
“Menpora di TV: ‘Fajar-Rian, ya, kita tidak begitu kenal dengan mereka…’,” cuit @wita_desandri.
“Oh my God, mereka sudah beberapa kali memenangkan Indonesia di turnamen, Pak,” imbuhnya.
Pemilik akun @andar_sihombing, pun menimpali. “Bagaimana Pak Menteri @KEMENPORA_RI mau urus hal besar, membedakan mana pemain tunggal dan ganda saja gagal.”
Demikian ujarnya, saat mengunggah video berdurasi 22 detik, berisi pernyataan Zainudin.
“Lagian, Fajar/Rian itu ganda peringkat 7 dunia, Pak Menteri, sudah lama terkenal, bapak saja yang gak kenal,” tegasnya mengakhiri.
Pada video tersebut, terdengar bagaimana Zainudin bilang, “Ada tunggal putra kita yang baru, Fajar dan Rian, ya.”
“Yang sebelum-sebelumnya ‘kan publik kita tidak begitu kenal dengan mereka.”
“Dan kali ini mereka ditampilkan, dan bahkan menang dua gim langsung. Itu satu hal yang juga bagi saya menggembirakan…”
Itu mengapa pengguna Twitter @OghieMPurnomo, menyarankan agar Zainudin bertanya kepada Ketua DPR RI Puan Maharani.
“Coba Pak Menteri tanya Bu Puan, doi pernah foto bareng [Fajar/Rian] pas Asian Games,” twit-nya, sembari mengunggah foto yang dimaksud.
Coba pak menteri tanya bu Puan, doi pernah foto bareng pas asian games pic.twitter.com/foFFnZ39T8
— gigs (@OghieMPurnomo) October 18, 2021
Indonesia Taklukkan Cina
Terlepas dari kisruh ini, Indonesia, berhasil menyabet emas di Thomas Cup 2020, setelah berhasil menaklukan Cina, 3-0.
Anthony Sinisuka Ginting berhasil merebut poin pertama untuk Indonesia. Ia mengalahkan Lu Guangzu dengan 18-21, 21-14, dan 21-16.
Kemenangan kedua Indonesia dapat dari Fajar Alfian/Muhammad Rian Ardianto, yang berhasil menang dari He Jiting/Zhou Haodong, dengan 21-12 dan 21-19.
Pertandingan ketiga yang sekaligus menjadi penentu kemenangan untuk Indonesia, berlangsung antara Jonatan Christie melawan Li Shifeng.
Jojo–begitu Jonatan biasa dipanggil–menang dengan tiga gim dari Shifeng, 21-14, 18-21, dan 21-14.
Laga final Thomas Cup 2020 di Ceres Arena, Aarhus, Denmark, berlangsung Ahad (17/10/2021) malam waktu Indonesia.
Sebelum melaju ke final, Indonesia, mengalahkan Malaysia di perempat final, dan menghentikan langkah tuan rumah, Denmark, di semifinal.
Sementara Cina, menang dari Thailand di perempat final, dan menyudahi perjuangan Jepang di semifinal.
Ini menjadi angin segar, karena sudah hampir dua dekade, Indonesia puasa kemenangan di Thomas Cup.