Ngelmu.co – Teranyar, Menko PMK Muhajir Effendy, menyebut bahwa hasil akhir pendataan korban tragedi Kanjuruhan adalah 448 orang.
“Hasil akhir dari korban yang sudah diverifikasi, semua pihak, termasuk Polri dan penyelenggara, ada 448 korban.”
Demikian tuturnya usai melakukan rapat koordinasi di Pendopo Panji, Kepanjen, Malang, Ahad (2/10/2022).
Muhajir kemudian merinci, bahwa sebanyak 302 orang di antaranya mengalami luka ringan, 21 orang luka berat, dan 125 orang meninggal.
Terlepas dari jumlah korban, warganet mengecam pihak kepolisian yang menggunaan gas air mata saat bertindak di Stadion Kanjuruhan Malang, Jawa Timur.
Awalnya, setelah wasit meniup peluit panjang tanda berakhirnya pertandingan antara Arema FC vs Persebaya (2-3), beberapa suporter turun ke lapangan.
Aparat keamanan yang berada di dalam Stadion Kanjuruhan, langsung berupaya membubarkan; salah satunya dengan menembakkan gas air mata.
Penggunaan gas air mata itulah yang kemudian dipertanyakan oleh warganet, mengingat dalam aturan, FIFA jelas melarangnya.
🚨BREAKING: Penggunaan Gas Air Mata di dalam Stadion ternyata merupakan pelanggaran kode keamanan FIFA. (Pasal 19) ❌❌❌
Pasal 19 itu berbunyi “No firearms or “crowd control gas” shall be carried or used.” pic.twitter.com/tyvo40Txbp
— Fakta Bola ⚽ (@FaktaSepakbola) October 1, 2022
Soal gas air mata (dalam hal ini ditulis "crowd control gas"), FIFA jelas melarang penggunaanya di dalam stadion.
FIFA juga sudah menulis aturan/imbauan terkait bagaimana cara mengantisipasi invasi suporter ke area lapangan. pic.twitter.com/Qhh7n94rKd
— The Flanker (@theflankerID) October 1, 2022
Pola kejadian malam ini di kanjuruhan yang melibatkan arema dengan polisi ini bukan baru pertama, apakah polisi tidak belajar dari kasus kasus sebelumnya? Andai tidak perlu sampai disemburkannya gas airmata, mungkin tidak sampai separah ini keadaanya. Turut berduka untuk arema🥀 pic.twitter.com/Nswv1ctim4
— nadul (@nadhiraqn) October 1, 2022
126 orang meninggal di pertandingan Arema vs Persebaya?? Ini tragedi besar teman2. Gila ini. Ratusan nyawa melayang. Gas air mata ditembakan, pdhl melanggar kode keamanan FIFA. Jam pertandingan minta diubah ke sore, tp ttp jam 8 mlm. Negara ini emang gak bs jd negara sepakbola. pic.twitter.com/Q6fWWGkgOo
— Ahmad Kemal Palevi (@kemalpalevi) October 2, 2022
Padahal udah jelas, regulasi dari FIFA penggunaan gas air mata di stadion itu dilarang. Kok yo bisa-bisanya gunain itu di stadion dengan masa banyak dan pintu keluar yang kecil. pic.twitter.com/vYFVSO2vpM
— arya (@calledarya) October 1, 2022
Gas air mata untuk membubarkan massa❎
Gas air mata untuk membunuh massa✅#Arema #Kanjuruhan pic.twitter.com/F9AQ1M5tVT— hah? (@INyomanSwnd) October 1, 2022
Apa kata kepolisian?
Kapolda Jawa Timur (Jatim) Irjen Nico Afinta, bilang, penyebab korban meninggal adalah karena penumpukan massa.
“Terjadi penumpukan di dalam, proses penumpukan itulah, terjadi sesak napas, kekurangan oksigen.”
Demikian kata Nico saat memberikan keterangan di Mapolres Malang, Ahad (2/10/2022), mengutip Detik.
Adapun mengenai ratusan korban luka, “Oleh tim medis dan tim gabungan ini dilakukan upaya pertolongan.”
“Yang ada di dalam stadion, kemudian juga dilakukan evakuasi ke beberapa rumah sakit,” sebut Nico, kemarin.
Baca Juga: