Ngelmu.co – Perdebatan ‘Atas Nama Pancasila’ pada acara televisi Mata Najwa, Rabu (2/6) lalu, berlanjut hingga luar studio.
‘Debat soal KPK Belum Behenti, Pintu Jadi Saksi’, demikian takarir unggahan video di akun Instagram @matanajwa, Kamis (3/6) malam.
Sudah 800 ribu lebih warganet yang menyaksikan video berdurasi 6 menit 10 detik itu.
Semakin menarik perhatian, karena lidah politikus PDI Perjuangan yang ikut berdiskusi di belakang layar, yakni Kapitra Ampera, ‘terpeleset’ di awal.
Kurang lebih begini, “Pak Jokowi menyampaikan, bahwa dia peduli dengan KPK, dan dia bagian dari pemberantas KPK,” tuturnya.
Menyadari ada yang janggal, pembawa acara, Najwa Shihab (Nana), langsung mengoreksi.
“Pemberantas korupsi [maksudnya]? Kok memberantas KPK?” tanya Nana, tertawa.
Ketua YLBHI Asfinawati yang juga belum pamit dari perbincangan malam itu langsung menimpali, “Memang iya, sih.”
Ia, Nana, dan Direktur Pusat Studi Konstitusi (PUSaKO) Universitas Andalas Feri Amsari, pun melanjutkan tawa ke arah Kapitra.
“Oh, aku salah, ya?” tanya Kapitra, tak menyadari kekeliruan ucapannya.
“Jangan-jangan maksudnya itu? Memberantas KPK?” selak Nana.
Baca Juga: Nilai BKN Cipta Bahaya Lewat TWK Calon ASN KPK, PKS Tuntut 3 Hal
Kapitra pun berupaya menjelaskan maksud dari pernyataannya. Namun, lagi-lagi penjelasannya harus terhenti.
“Ada istilah orang Minang, kata pertama itu yang tepat, yang kedua dicari-cari,” ujar Feri.
Kapitra langsung mengeklaim, “Maksudnya itu, orang-orang yang akan meruntuhkan KPK, Pak Jokowi, sudah di tempatnya.”
“Mencegah. Gitu, lho, maksudnya,” ujarnya, mencoba kembali meluruskan kalimat yang sebelumnya lari dari maksud.
Pada kesempatan itu juga nampak pegawai Komisi Pemberantasan Korupsi (KPK) yang tidak lolos TWK [tes wawasan kebangsaan], March Falentino.
Begitu juga pengamat politik Universitas Pelita Harapan, Emrus Sihombing.
Mereka membahas betapa kontroversialnya berbagai pertanyaan yang pegawai KPK terima saat TWK.
Asfi, Feri, juga March, yang hadir langsung di studio, satu suara mendebat Kapitra dan Emrus.
Feri pun terdengar gemas dengan pernyataan Emrus, “Mereka ini misalnya, mengangkat pertanyaan tertentu, yang lain tidak diangkat.”
“Karena pertanyaan itu sensitif dan melanggar konstitusi dan Pancasila,” tegas Feri.
Simak selengkapnya, di sini:
View this post on Instagram
Sebagai informasi, dari 1.349 pegawai KPK yang mengikuti TWK, 75 di antaranya dinyatakan tidak lolos.
Dengan catatan lebih lanjut, 51 diberhentikan karena mendapat penilaian merah, sedangkan 24 lainnya akan kembali dibina.
Ada 22 nama pegawai KPK yang tak lolos TWK, tidak ditampilkan, demi alasan keamanan. Sementara 53 orang lainnya adalah:
- Sujanarko,
- Ambarita Damanik,
- Arien Winiasih,
- Chandra Sulistio Reksoprodjo,
- Hotman Tambunan,
- Giri Suprapdiono,
- Harun Al Rasyid,
- Iguh Sipurba,
- Herry Muryanto,
- Arba’a Achmadin Yudho Sulistyo,
- Faisal Djabbar,
- Herbert Nababan,
- Afief Yulian Miftach,
- Budi Agung Nugroho,
- Novel Baswedan,
- Novariza,
- Budi Sokmo Wibowo,
- Sugeng Basuki,
- Agtaria Adriana,
- Aulia Postiera,
- Praswad Nugraha,
- March Falentino,
- Marina Febriana,
- Yudi Purnomo,
- Yulia Anastasia Fu’ada,
- Andre Dedy Nainggolan,
- Ahmad Fajar,
- Airien Marttanti Koesniar,
- Juliandi Tigor Simanjuntak,
- Nurul Huda Suparman,
- Rasamala Aritonang,
- Andi Abdul Rachman Rachim,
- Nanang Priyono,
- Qurotul Aini,
- Hasan,
- Rizki Bayhaqi,
- Rizka Anungnata,
- Candra Septina,
- Waldy Gagantika,
- Abdan Syakuro,
- Ronald Paul,
- Panji Prianggoro,
- Damas Widyatmoko,
- Rahmat Reza Masri,
- Benydictus Siumlala Martin Sumarno,
- Adi Prasetyo,
- Ita Khoiriyah,
- Tri Artining Putri,
- Christie Afriani,
- Rieswin Rachwell,
- Samuel Fajar Hotmangara Tua Siahaan,
- Wisnu Raditya Ferdian, dan
- Teuku Rully.