- 844,16 ribu ton impor beras (2014), dengan nilai US$ 388,17 juta;
- 861,6 ribu ton impor beras (2015), dengan nilai US$ 351,6 juta;
- 1,28 juta ton impor beras (2016), dengan nilai US$ 531,8 juta;
- 305,27 ribu ton impor beras (2017), dengan nilai US$ 143,6 juta;
- 2,25 juta ton impor beras (2018), dengan nilai US$ 1,03 miliar; dan
- 444,5 ribu ton impor beras (2019), dengan nilai US$ 184,2 juta.
Di akhir kritik, BEM Yarsi, melampirkan kutipan pesan penyair Willibrordus Surendra Broto Rendra (WS Rendra), “Perjuangan adalah pelaksanaan kata-kata.”
[KATANYA BEGINI, FAKTANYA BEGITU] pic.twitter.com/c1Vbpyi6wa
— BEM YARSI – Kabinet Renjana (@BEMYARSI) June 29, 2021
Jokowi: Tak Perlu Halangi Mahasiswa Berekspresi
Presiden Jokowi sendiri, telah menanggapi kritik yang berasal dari BEM Universitas Indonesia (UI), yakni ‘The King of Lip Service’.
Ia menekankan, agar pihak kampus, tidak perlu menghalangi para mahasiswanya untuk berekspresi.
Berikut selengkapnya, Ngelmu kutip dari kanal YouTube Sekretariat Presiden, Selasa (29/6):
Itu ‘kan sudah sejak lama, ya, dulu ada yang bilang saya ini kelemar-kelemer. Ada yang bilang juga saya itu plonga-plongo.
Kemudian ganti lagi, ada yang bilang saya ini otoriter, kemudian ada juga yang ngomong saya ini bebek lumpuh.
Dan baru-baru ini ada yang ngomong, saya ini ‘Bapak Bipang’, dan terakhir ada yang menyampaikan mengenai ‘The King of Lip Service’.
Ya, saya kira ini… bentuk ekspresi mahasiswa, dan ini negara demokrasi, jadi kritik itu boleh-boleh saja.
Dan, universitas tidak… apa… tidak perlu menghalangi mahasiswa untuk berekspresi.
Tapi juga ingat, kita ini memiliki budaya tata krama, memiliki budaya kesopansantunan.
Ya, saya kira biasa saja, mungkin mereka sedang belajar mengekspresikan pendapat.
Tapi yang saat ini penting, ya, kita semuanya memang bersama-sama fokus untuk penanganan pandemi Covid-19.
Baca Juga: