Ngelmu.co – Partai Komunis China bongkar kubah Masjid, hingga melarang praktik Islam secara sistematis, mengekang para Muslim beribadah. Hal ini terjadi, di wilayah barat laut China.
Partai Komunis China Bongkar Kubah Masjid
Instruksi pembongkaran masjid yang disuarakan oleh pemerintah China, merambah ke desa-desa kecil dekat Linxia, yakni Little Mecca (Mekkah Kecil).
Di Mongolia Dalam, Henan, dan Ningxia yang merupakan tanah air bagi etnis minoritas Muslim terbesar di China, Hui, pun terjadi pembongkaran.
Sementara di provinsi selatan Yunnan, sudah ada tiga masjid yang ditutup.
Sedangkan dari wilayah Beijing ke Ningxia, para pejabat telah menegaskan pelarangan penggunaan aksara Arab untuk umum.
Dilansir New York Times, pihaknya telah melakukan investigasi, Sabtu (21/9) lalu.
Di mana kampanye terbaru Partai Komunis China adalah menyuarakan pengekangan kebebasan beragama, diawali dengan Muslim Uighur, di Xinjiang.
Hal ini terjadi, karena Partai Komunis China takut, kepatuhan para Muslim terhadap kepercayaannya dapat berubah menjadi ekstremisme agama, hingga pembangkangan aturan.
Di seluruh China, saat ini sudah memberlakukan pembatasan baru pada kebiasaan dan praktik Islam, sejalan dengan arahan rahasia partai tersebut.
[su_box title=”Baca Juga” style=”glass”]
China Menghancurkan Puluhan Masjid di Xinjiang
[/su_box]
Jelas, kampanye ini menimbulkan kekhawatiran, akan terjadinya penindasan Muslim Uighur, di wilayah barat Xinjiang, dan menyebar ke bagian lain di China.
Hui dan Muslim lainnya yang telah lebih terintegrasi menjadi target, daripada Uighur. Karena tahun lalu, seorang pejabat partai top dari Ningxia, memuji pemerintah Xinjiang.
Selama kunjungan di sana, pihaknya berjanji untuk meningkatkan kerja sama antara kedua wilayah, dalam masalah keamanan.
Tanggapan Seorang Profesor Muslim
Seorang profesor Muslim Hui di Frostburg State University di Maryland, Haiyun Ma mengatakan, tindakan keras itu menjadi lanjutan sejarah panjang permusuhan terhadap Islam di China, yakni mengasingkan orang-orang beragama.
“Republik Rakyat Cina telah menjadi pemasok ideologi dan kebencian anti-Islam terkemuka di dunia,” tulisnya dalam sebuah esai baru-baru ini untuk Institut Hudson.
“Ini, pada gilirannya, telah diterjemahkan ke dalam dukungan publik luas untuk penindasan intensif Muslim pemerintah Beijing di wilayah Xinjiang, dan di tempat lain di negara itu,” sambungnya.
Sejauh ini, tidak ada langkah-langkah baru yang mendekati kebrutalan penahanan massal Xinjiang dan pengawasan invasif terhadap warga Uighur.
Namun, mereka tetap menimbulkan kecemasan di kalangan Hui, yang jumlahnya lebih dari 10 juta jiwa.
“Kami sekarang mundur lagi,” ujar seorang penyair Muslim Hui, Cui Haoxin (An Ran), dalam sebuah wawancara di Jinan, selatan Beijing, tempat ia tinggal.
Bagi Cui, metode penindasan yang membekap masyarakat Uighur, Xinjiang saat ini, menjulang di seluruh China.
“Suatu hari, model ini tidak hanya akan menargetkan Muslim. Semua orang akan dirugikan olehnya,” tuturnya.
Di China sendiri, selama berabad-abad, hingga saat ini, sudah ada 22 hingga 23 juta Muslim, minoritas kecil di negara berpenduduk 1,4 miliar.
Dan di antara mereka, Hui pun Uighur merupakan kelompok etnis terbesar. Uighur berada di Xinjiang, sedangkan Hui tinggal di daerah-daerah yang tersebar di seluruh negara.
Sinoisasi Islam
Sedangkan praktik keagamaan yang mereka hadapi sekarang, bisa ditelusuri sampai tahun 2015, saat Xi Jinping pertama kali mengangkat masalah tentang “Sinoisasi Islam”.
Dengan mengatakan semua agama harus tunduk pada budaya dan Partai Komunis China.
Tahun lalu, pemerintah Xi mengeluarkan arahan rahasia, memerintahkan pejabat setempat untuk mencegah Islam masuk ke dalam kehidupan sekuler dan fungsi negara.
Arahan “Memperkuat dan Meningkatkan Pekerjaan Islam dalam Situasi Baru”, dikeluarkan oleh Dewan Negara, kabinet China, pada bulan April 2018, dan diklasifikasikan setelah menjadi rahasia selama 20 tahun.
Memberi peringatan pada “Arabisasi” tempat-tempat Islam, mode dan ritual di China, serta pengaruh Arab Saudi. Alasannya? Khawatir.
Arahan pelarangan penggunaan sistem keuangan Islam juga berlaku untuk melarang masjid atau organisasi Islam swasta lainnya, menyelenggarakan taman kanak-kanak atau program setelah sekolah.
Sekolah berbahasa Arab untuk mengajar agama atau mengirim siswa ke luar negeri untuk belajar pun dilarang.
Bagian yang paling terlihat dari arahan Partai Komunis China adalah menjadikan masjid yang dibangun dengan kubah, menara, dan detail arsitektur lainnya (ciri khas Asia Tengah atau Arab), sebagai target.
Dalam skala nasional, Cui menyebut, kampanye paling keras memang melawan keyakinan beragama.
Terjadi sejak akhir Revolusi Kebudayaan, tepatnya saat pasukan Garda Merah Mao Zedong menghancurkan masjid yang ada di seluruh China.