Ngelmu.co – Kemendikbud [Kementerian Pendidikan dan Kebudayaan] menjawab pihak NU [Nahdlatul Ulama] Circle yang mempertanyakan soal menghilangnya nama KH Hasyim Asy’ari dari Kamus Sejarah Indonesia Jilid I.
“Buku Kamus Sejarah Indonesia Jilid I, tidak pernah diterbitkan secara resmi,” kata Dirjen Kebudayaan Kemendikbud Hilmar Farid, mengutip kemdikbud.go.id.
“Dokumen tidak resmi yang sengaja diedarkan di masyarakat oleh kalangan tertentu [itu] merupakan salinan lunak [softcopy] naskah yang masih perlu penyempurnaan,” imbuhnya.
“Naskah tersebut tidak pernah kami cetak dan edarkan kepada masyarakat,” jelas Hilmar, Selasa (20/4).
Penyusunan naskah Kamus Sejarah Indonesia Jilid I tersebut, sambungnya, sebelum Nadiem Makarim menjabat sebagai Mendikbud.
Namun, sampai detik ini, masih belum ada rencana penerbitan, “Naskah buku tersebut disusun pada tahun 2017.”
“Sebelum periode kepemimpinan Mendikbud Nadiem Anwar Makarim,” tutur Hilmar.
“Selama periode kepemimpinan Mendikbud Nadiem Anwar Makarim, kegiatan penyempurnaan belum dilakukan,” lanjutnya.
“Dan belum ada rencana penerbitan naskah tersebut,” jelasnya lagi.
Hilmar juga mengeklaim, bahwa dalam setiap pengambilan kebijakan, Kemendikbud, selalu bersandar kepada pemikiran para tokoh bangsa.
Termasuk pendiri NU KH Hasyim Asy’ari, “Museum Islam Indonesia Hasyim Asy’ari di Jombang, didirikan oleh Kemendikbud.”
“Bahkan, dalam rangka 109 tahun Kebangkitan Nasional, Kemendikbud, menerbitkan buku KH Hasyim Asy’ari: Pengabdian Seorang Kyai untuk Negeri,” sambung Hilmar.
Baca Juga: Jokowi Lebur Kemenristek ke Kemendikbud, Begini Kritik Pedas Akademikus Hingga Peneliti INDEF
Sebelumnya, Ketua Umum NU Circle R Gatot Prio Utomo (Gus Pu), memprotes Mendikbud Nadiem, karena menghilangnya nama KH Hasyim Asy’ari [dari Kamus Sejarah Indonesia Jilid I].
“Kami tersinggung dan kecewa atas terbitnya Kamus Sejarah Indonesia ini,” tuturnya, mengutip situs resmi NU Circle, Senin (19/4).
“Kamus itu memuat foto Hadratus Syekh Hasyim Asy’ari, tetapi tidak ada ‘entry’ nama beliau,” sambung Gus Pu.
“Sehingga berpretensi menghilangkan nama dan rekam jejak sejarah ketokohanya,” protesnya lagi.
Lebih lanjut, Gus Pu menegaskan, “Kami meminta kamus itu direvisi dan ditarik dari peredaran.”
Dalam pernyataan tersebut, NU Circle, berencana melayangkan surat resmi untuk memprotes Kemendikbud.
Sebab, Gus Pu menilai, kamus sejarah itu tidak dapat dijadikan rujukan pembelajaran di sekolah pun madrasah.
Ia juga khawatir, jika siswa mempelajarinya, akan menyebabkan generasi muda kehilangan tokoh-tokoh nasional yang telah berjuang demi kemerdekaan bangsa.
“Sejarah tidak boleh dihilangkan dengan cara-cara seperti ini,” tegas Gus Pu.
“Jangan sampai kamus seperti ini disebarkan ke sekolah-sekolah, dan menjadi rujukan pembelajaran,” imbuhnya.
“Hal ini bisa menyesatkan para siswa,” sambungnya lagi.
Persoalan semakin menjadi, karena dalam kamus tersebut, bukan hanya nama KH Hasyim Asy’ari yang menghilang.
Gus Pu mengaku, menemukan sejumlah nama tokoh asing seperti Gubernur Belanda HJ Van Mook.
Begitu juga dengan tentara serta intelijen Jepang Harada Kumaichi yang tertera dalam kamus sejarah tersebut.
Bahkan, Gus Pu juga menemukan nama tokoh komunis pertama di Asia, Henk Sneevliet, dalam kamus.
“Melihat isinya, bisa dikatakan para pejabat Kemendikbud saat ini, jauh lebih mengenal tokoh-tokoh penjajah Belanda dan Jepang,” kritik Gus Pu.
“Ini harus diluruskan. Hampir semua produk dan kebijakan Mendikbud saat ini bermasalah dan membuat kegaduhan,” sambungnya.
“Ini catatan penting buat mengevaluasi kinerjanya,” pungkas Gus Pu.