Ngelmu.co – Presiden Joko Widodo (Jokowi), menegaskan jika fokus utama pemerintah dalam menangani pandemi COVID-19 saat ini adalah kesehatan serta keselamatan masyarakat.
Menurutnya, penanganan sektor kesehatan yang baik menjadi kunci untuk ekonomi dapat berjalan dengan baik pula.
“Agar ekonomi kita baik, kesehatan harus baik. Ini artinya, fokus utama pemerintah dalam penanganan pandemi ialah kesehatan dan keselamatan masyarakat.”
“Jangan sampai urusan kesehatan ini belum tertangani dengan baik, kita sudah me-restart ekonomi. Kesehatan tetap nomor satu.”
Demikian dikutip Ngelmu, dari akun Twitter resmi, @jokowi, Senin (7/9).
Agar ekonomi kita baik, kesehatan harus baik. Ini artinya, fokus utama pemerintah dalam penanganan pandemi ialah kesehatan dan keselamatan masyarakat.
Jangan sampai urusan kesehatan ini belum tertangani dengan baik, kita sudah me-restart ekonomi. Kesehatan tetap nomor satu. pic.twitter.com/wJ08tM37lE
— Joko Widodo (@jokowi) September 7, 2020
Cuitan itu pun mendapat ribuan respons berbeda, mulai dari kekecewaan, hingga harapan.
Saya berharap yang terbaik untuk Negeri ini Pak, semoga semuanya baik baik saja
— kecebong dunia (@teaerayaa) September 7, 2020
Namun, ada yang menarik perhatian sesama pengguna Twitter, yakni balasan dari @dita_moechtar.
Pasalnya, Dita, membalas pernyataan Jokowi, dengan pantun.
“Ada karet di atas ember. Kasus mulai Maret, baru sadar September,” tulisnya.
Ada karet di atas ember.
Kasus mulai Maret, baru sadar September. https://t.co/LuFYUv8jD7— Dita Moechtar (@dita_moechtar) September 7, 2020
Diketahui, kasus pertama COVID-19 di Indonesia, terungkap pada 2 Maret lalu.
Cuitan itu pun langsung menyita perhatian warganet, hingga di-retweet hingga 2.400 kali, dan di likes oleh lebih dari 3.600 akun.
Tak sedikit pula yang membalas pantun itu dengan pantun juga.
“Cuci tangan sampai bersih, cukup sekian dan terima kasih,” kata @AbiFebrian6.
“Banyak lunau di tepi bandar. Semoga beliau benar-benar sadar!” saut @HadithFajri.
“Ada bawal di atas genteng, karena dari awal di anggap enteng,” kritik @st_leman93.
“Burung betet pergi piknik. Baru kepepet jadinya panik,” tulis @kurniaasp.
“Ada karet di atas ember. Embernya di atas peti. Kasus mulai Maret baru sadar September. Sadarnya setelah banyak yang mati,” balas @rch35707679.
Namun, ada pula yang menanggapai cuitan Dita, dengan nada serius.
“Kalau ditarik lebih ke belakang, kita ada waktu sekitar dua bulan untuk persiapan dan simulasi, jikalau breakout di Indo, preventif gencarkan edukasi ke masyarakat,” kata @sanuuur_.
“Tapi malah dikeluarkan narasi ‘Jangan panik, santai aja kaya di pantai, bisa sembuh sendiri’,” sambungnya.
Baca Juga: Politikus PDIP Ragukan Data IDI 100 Dokter Meninggal COVID-19, Warganet Marah
Selain melalui cuitan, saat membuka Sidang Kabinet Paripurna untuk Penanganan Kesehatan dan Pemulihan Ekonomi Tahun 2021 melalui akun YouTube Sekretariat Presiden, Senin (7/9) kemarin, Jokowi menyampaikan hal yang sama.
“Kunci dari ekonomi kita agar baik adalah kesehatan yang baik. Kesehatan yang baik akan menjadikan ekonomi kita baik,” tuturnya.
“Artinya, fokus kita tetap nomor satu adalah kesehatan,” imbuh Jokowi.
Maka itu, Jokowi meminta, agar jajarannya fokus pada upaya penanganan pandemi COVID-19.
Sebab, ia meyakini, dengan penanganan pandemi yang baik, kegiatan perekonomian pun akan membaik.
“Sekali lagi saya ingin perintahkan, jajaran komite penanganan covid dan pemulihan ekonomi, Menkes, TNI/Polri, betul-betul agar yang berkaitan dengan urusan covid menjadi fokus kita, ekonomi akan mengikuti,” tegas Jokowi.
“Jangan sampai kita urusan kesehatan, urusan covid belum tertangani dengan baik, kita sudah men-starter, restart di bidang ekonomi. Ini sangat berbahaya,” lanjutnya.
Hingga Senin (7/9), diketahui jumlah kasus positif COVID-19 di Indonesia, telah mencapai 196.989 orang.
Di mana 140.652 dinyatakan sembuh, sementara 8.130 lainnya meninggal dunia.
Sebelumnya, Jokowi, mengingatkan para jajaran dan kepala daerah, agar menerapkan gas juga rem dalam menangani pandemi COVID-19.
Gas dan rem ini dilakukan dengan tetap mempertimbangkan data kasus yang ada di suatu wilayah, sebelum membuka sektor-sektor tertentu.