Ngelmu.co – Presiden Indonesia yang ketiga, Prof. Bacharuddin Jusuf Habibie telah meninggal dunia. Beliau almarhum semasa hidupnya cukup disegani para pemimpin dunia.
Masih terkenang saat beliau menjadi key note speakerpada sebuah acara seminar ‘Demokrasi dan Islam’ di Kota Berlin.
Saat itu beliau secara tegas menolak tuduhan bahwa Islam mengandung ajaran kekerasan dan melatarbelakangi aksi-aksi teror.
Pada forum tersebut, Habibie menyampaikan argumen kuat bahwa Islam sama sekali tidak identik dengan perilaku kekerasan serta terorisme, justru Islam sangat selaras dengan nilai-nilai demokrasi yang tela diyakini di banyak belahan dunia.
Habibie mengatakan dengan tegas, “Para pelaku teror itu tidak ada kaitan dengan Islam. Mereka adalah pelaku tindak kriminal.”
Dengan gayanya yang khas saat berbicara, pada acara yang diselenggarakan oleh Harris Seidel Siftung, beliau memaparkan detail-detail ajaran Islam sangatlah sesuai dengan nilai demokrasi di Indonesia dan negara lain di dunia.
Kompatibelnya Islam yang berjalan beriringan di Indonesia dari zaman ke zaman, menurut Habibir tentu bisa menjadi referensi best practice dan menjadi pelajaran penting bagi umat Muslim di Jerman, yakni tentang bagaimana mereka bisa bersatu dengan masyarakat lokal.
“Walaupun Indonesia menjadi negara berpenduduk Muslim terbesar di dunia, dengan 221,8 juta umat Islam, tapi tidak harus serta merta menjadi negara Islam” demikian lanjut Prof. Habibie.
Indonesia sangat majemuk, dala, sejarah sosiologisnya sudah terbiasa dengan kondisi pluralitas. Berbagai latar belakang manusia yang berbeda agama, etnis, suku dan budaya tetap bisa berjalan beriringan dalam sebuah kerangka persatuan.