Ngelmu.co – Dalam salah satu kajiannya, Ustaz Bachtiar Nasir (UBN), membagikan kisah hancurnya suatu negeri. Penyebabnya adalah lima pilar tirani kekuasaan yang tumbuh di dalamnya.
UBN, berkaca pada kisah Fir’aun di era Nabi Musa ‘Alaihis Salam.
“Catat baik-baik. Ada lima pilar tirani kekuasaan yang saya ambil dari perkataan seorang ulama dalam tadabburnya.”
“Kediktatoran, kekejaman, akan merajalela kalau yang lima ini ada pada suatu kaum.”
Demikian ujar UBN, mengutip sebuah video di kanal YouTube AQL Islamic Center, yang diunggah pada Jumat (25/1/2019) lalu.
1. Penguasa Zalim
“Penguasa ini berlaku semena-mena, tidak mengindahkan kepentingan rakyatnya, dan semata-mata mengikuti hawa nafsu dan emosi kekejamannya.”
Fir’aun adalah sosok yang mewakili penguasa jenis itu.
“Kalau kekuasaan sudah sampai pada puncak tirani kekuasaan, kadang [penguasa yang zalim] menantang Tuhan.”
“Bukan cuma melawan, tetapi penguasa ini menantang Tuhan… kalaupun azab Allah menimpanya, tetap saja ia meremehkannya.”
“Apakah bencana alam, ataukah kebanyakan utang, atau penindasan dari negara lain akibat kebanyakan utang.”
Penguasa zalim, kata UBN, tidak mampu merasakannya.
“Pertentangan di antara masyarakat, serangan kepada penguasa, ia, tetap dengan segala kebebalannya.”
2. Menteri yang Kejam
“Adanya orang kedua yang bisa menerjemahkan keinginan-keinginan si penguasa. Biasanya menteri.”
Dengan berbagai cara, mereka akan merealisasikan keinginan si penguasa.
Bahkan, kadang kejamnya melebihi si penguasa itu sendiri.
“Dalam kisah Musa dan Fir’aun, Haman, mewakili sosok ini.”
3. Pemodal di Balik Penguasa
Keberadaan sekelompok orang kaya yang membiayai penguasa.
“Karena orang-orang kaya ini juga takut pada penguasa tersebut, dan memiliki kepentingan bisnis, menunggangi penguasa zalim tersebut.”
Baca Juga: Ketika Fir’aun Berkuasa…
Qarun adalah sosok yang mewakili bagian ini.
“Kalau ini sudah bekerja sama, maka semakin kacaulah satu negeri itu.”
“Orang miskin akan bertambah miskin, karena ini terkait dengan regulasi.”
“Tetapi kekejaman yang lebih parah lagi adalah kalau keserakahan si penguasa masuk ke dalamnya.”
4. Penjilat
Bukan sekadar penjilat, UBN, menjelaskan bagian ini dengan, “Agamawan yang penjilat. Orang yang kelihatannya beragama, tetapi sesungguhnya, tidak beragama.”
Orang tersebut tidak menjalankan agamanya, ia, hanya sedang merealisasikan hawa nafsunya atas nama agama.
Tukang-tukang sihir Fir’aun-lah yang mewakili sosok ini.
“Buktinya, ia tidak ber-amar ma’ruf nahi munkar kepada penguasa.”
Sosok ini hanya menggunakan senjata agama untuk membenarkan penguasa.
“Dan biasanya agamawan seperti ini penjilat dan pengecut [takut] untuk berlidah tajam kepada penguasanya.”
5. Media yang Menipu Rakyat
Pilar tirani kekuasaan, disempurnakan dengan adanya media pendukung penguasa tersebut.
“Media-media ini tidak pernah mau meliput kepentingan rakyat, dan biasanya, baik jurnalis maupun lembaga medianya, terdiri dari orang-orang yang ‘melacur’ secara intelektual.”
Penakut secara nyali, jelas UBN, dan bukan pembawa kebenaran. Apa yang mereka sampaikan pun hanya tipuan belaka.
“Dalam kisah Musa dan Fir’aun, bagian ini diwakili dengan kata-kata ‘Al-Hasyirun’,” pungkas UBN, pada video berdurasi 3 menit 51 detik itu.