Ngelmu.co – Media sosial–khususnya Twitter–pada Selasa (8/9), ramai membicarakan soal munculnya logo PDIP, saat pembahasan sila keempat Pancasila, dalam program belajar daring yang disiarkan oleh salah satu stasiun televisi lokal di Surabaya, Jawa Timur, yakni Suroboyo (SBO) TV.
Setelah membicarakan permasalahan ini dengan tim internal mereka, pihak SBO TV, pun buka suara.
“SBO ‘kan memfasilitasi untuk penayangan, tapi untuk materi dari mereka (Dinas Pendidikan),” kata Produser Guruku SBO, Widi Kurniawan seperti dilansir jatimnow.com, Selasa (8/9) malam.
“Guru-guru ini ‘kan kita tahu kondisinya, jadwalnya juga pontang-panting, masalah kesehatan, jadi yang bersangkutan ini ‘kan jadwalnya pengganti saja,” sambungnya.
“Itu murni kesalahan teknis, human error, tapi tidak ada maksud tertentu yang dari partai A, B, C, untuk ditayangkan,” lanjutnya lagi.
Program yang sampai detik ini masih terus jadi bahan perbincangan publik itu merupakan kerja sama antara SBO dengan Dindik Surabaya.
“Tadi itu, kerja sama kita ‘kan SBO sama Dinas Pendidikan Surabaya, ya,” jelas Widi.
“Tadi sudah dikonfirmasi yang bersangkutan, (pemberi materi) juga sudah di-klasifikasikan nanti rencananya sama dinas untuk konfirmasi,” imbuhnya.
Dindik Surabaya, juga berjanji akan menjelaskan masalah ini ke publik.
Kepala Dindik Kota Surabaya, Supomo, menyatakan akan menggelar konferensi pers.
Sebab menurutnya, materi yang digunakan itu berasal dari pusat.
“Materinya ngambil dari buku tema, buku tema itu buku dari kementerian,” jelas Supomo.
“Ya sudah sama dengan buku pelajaran biasanya. Besok kita ketemu jam 09.00 WIB, di Humas Pemkot,” lanjutnya, Selasa (8/9) malam.
“Sudah memanggil yang bersangkutan (pembuat materi) untuk diklarifikasi, besok kita konferensi pers,” sambungnya lagi.
“Nanti gurunya saya suruh untuk ketemu dengan sampean-sampean (wartawan), untuk apa yang sebenarnya terjadi,” pungkas Supomo.
Baca Juga: Politikus PDIP Ragukan Data IDI 100 Dokter Meninggal COVID-19, Warganet Marah
Sebelumnya, potret keliru ini dibagikan oleh akun Twitter, @chandra_ds, pada Selasa (8/9) siang.
Pada cuitan pertama ini, akun tersebut menampilkan screenshot program yang dimaksud, lengkap dengan logo PDIP yang terpampang, beserta gambar materi.
Sementara cuitan kedua, @chandra_ds, menyampaikan, “Kesalahan sangat fatal pada materi program pembelajaran GURUku untuk kelas 1 SD, disiarkan @sbotv pagi ini tanggal 8 September 2020.”
“Lambang sila 4 kepala banteng, tapi gambarnya lambang PDI-P. @e100ss @dispendiksby1 @BanggaSurabaya @SapawargaSby.”
Pada cuitan itu pun, ia menyertakan bukti video program dari SBO TV.
Di mana nampak jelas, muncul logo PDIP, saat pembawa acara belajar daring sedang menjelaskan sila ke-4 Pancasila.
Sayangnya, cuitan @chandra_ds, yang dimaksud ini sudah tak dapat diakses.
Presenter wanita itu menjelaskan:
“Sila ke-4 pancasila, yang berbunyi kerakyatan yang dipimpin oleh hikmat kebijksanaan dalam permusyawaratan perwakilan, yang dilambangkan dengan kepala banteng.
Nah, anak-anak kepala banteng ini, kenapa kepala banteng Bu Vita? Karena banteng itu merupakan hewan yang suka berkelompok, seperti warga Indonesia, anak-anak.
Kita suka bekerja sama, kita suka bermusyawarah, meskipun dalam masa pandemi seperti ini, tapi kita juga tetap bermusyawarah, berdiskusi melalui media sosial, seperti itu ya anak-anak.”
Dilansir Detik, pada kanal YouTube-nya, SBO TV, mengunggah video lengkap berdurasi 29 menit 5 detik.
Di mana saat pembahasan sila keempat, lambang dalam video itu sudah bukan logo kepala banteng PDIP.
Tetapi logo kepala banteng yang sebenarnya, sesuai dengan lambang sila keempat, seperti gambar di dada Pancasila.
Mengapa bisa berbeda?
Jika dilihat dengan teliti, pada video yang beredar di media sosial, logo banteng PDIP, ada di sebuah layar, di belakang wanita yang sedang menyampaikan materi.
Sementara pada video di kanal YouTube SBO TV, logo kepala banteng sila keempat, ukurannya lebih besar dari logo PDIP, yang pada suatu kesempatan, menutupi badan pemberi materi.
Dosen Teknik Informatika Institut Teknologi Sepuluh Nopember (ITS) Surabaya, Hadziq Fabroyir, ikut berkomentar.
Ia menilai, video yang ada di YouTube itu merupakan gambar yang sudah di-edit.
“Kasar banget editannya. Harusnya ada garis pembatas televisi,” kata Hadziq.
Sedangkan video asli yang viral di media sosial, merupakan cuplikan siaran langsung SBO TV.
“Kayaknya, memang SBO terpaksa merespons segera dengan video editan tersebut,” ujar Hadziq.
“Kalau tidak begitu, bisa ramai. Politis banget soalnya, walaupun mungkin itu gurunya gak sengaja,” sambungnya.
Menurut Hadziq, sebenarnya, pengeditan video di YouTube, tak perlu dilakukan.
Permasalahan ini cukup di-respons dengan permintaan maaf, karena memang adanya kesalahan teknis.
“Sebenarnya ada respons alternatif yang bisa dipilih SBO, yaitu dengan minta maaf dan menjelaskan ada kekeliruan teknis,” kata Hadziq.
“Habis di-edit begitu, malah jadi diskusi massal,” tutupnya.