Ngelmu.co – Tokoh Nahdlatul Ulama (NU) Nadirsyah Hosen (Gus Nadir), mempertanyakan cuitan Komisaris Independen PT Pelni Kristia Budiyarto (Kang Dede).
“Ini kok Kang Dede main framing sih. Gak elok-lah, Kang,” tuturnya, melalui akun @na_dirs, Rabu (30/6).
Pertanyaan itu muncul, setelah Dede, mengetwit, “Ok yah dek @Leon_Alvinda lanjutkeun!”
Di mana pada cuitan tersebut, Dede, melampirkan hasil tangkapan layar dari kicauan Ketua BEM UI Leon Alvinda Putra.
Pada 21 Oktober 2019 lalu, Leon, menyampaikan pendapatnya.
“Untuk pertama kalinya gue berdoa supaya PKS dan PAN tetap teguh dan berjuang sebagai oposisi pemerintahan,” ujarnya.
“Koalisi yang gemuk,” sambung Leon, “menguasai legislatif dan eksekutif, merupakan alarm buruk bagi jalannya demokrasi kita.”
Dede, membagikan tangkapan layar dari cuitan Leon, dengan menggarisbawahi bagian PKS.
Namun, Gus Nadir, sepakat dengan pernyataan Leon, bahwa demokrasi memang butuh oposisi.
“Mendukung ‘keberadaan’ oposisi, bukan otomatis setuju dan mendukung partai-partai yang berada di barisan oposisi,” jelasnya.
“Jangan sampai logikanya lompat. Tanpa oposisi, jadinya otoriter. Mau gitu emangnya?” tanya Gus Nadir.
Peneliti dari Northwestern University, Yoes C Kenawas, juga berdiri di barisan Leon.
“Lah, harapan @Leon_Alvinda tepat banget. Indonesia kayak gini hari ini, salah satunya karena partai-partai yang harusnya jadi oposisi, lemes kayak ayam sayur,” tegasnya pada Dede.
“Sedangkan partai lain udah abis dikartel. Jadi, @Leon_Alvinda, lanjutkan!” imbuhnya, mendukung.
Sebelumnya, Gus Nadir juga heran dengan gelagat para penyerang mahasiswa–dalam hal ini BEM UI.
“Setelah akunnya dicoba diretas, kini jejak digital mulai digali. Oh ternyata anak HMI, pernah ke istana ketemu bu Ani, pernah menolak pembubaran FPI tanpa pengadilan, dan seterusnya,” kata Gus Nadir.
“Kalau Presiden saja kalem dikritik BEM UI, kenapa kalian gak bisa kalem sih? Sama kritikan mahasiswa saja kok takut,” imbuhnya mengkritik.
Direktur Eksekutif IPI Burhanuddin Muhtadi pun menyahut, “Gara-gara mereka, saya justru tahu bahwa sikap Leon itu correct.”
“Menolak pembubaran FPI, tanpa pengadilan, memompa ‘ban kempes’ ala Cak Nur, agar PAN dan PKS teguh sebagai kekuatan oposisi,” sambungnya.
“Semakin mereka buka Leon, semakin orang tahu bahwa Leon, berada di jalan shiratol mustaqim dalam politik,” jelas Burhan.
Sebar Luas Status
Dede sendiri, sebelum menyeret pendapat soal oposisi, juga menyebarluaskan tangkapan layar dari status akun Facebook milik Leon.
Status tersebut Leon tulis, pada 25 Juni 2013. Tepatnya saat ia masih duduk di bangku sekolah.
“Alhamdulillah, dapat kesempatan berkunjung ke Istana Negara, dan bertemu dengan Bu Ani,” tulis Leon.
Dede pun bertanya, “Kapan ke Istana lagi dek @Leon_Alvinda?”
Cuitan itulah yang mengundang respons dari banyak pihak, @mritewan, salah satunya.
“@Leon_Alvinda tahun 2013, masuk Istana, masih SMP, karena berprestasi ikut Jambore sanitasi dari kemenPU,” tuturnya.
“Lah elu, tahun segitu masih jualan jam KW,” sambung akun tersebut, sembari melampirkan barang jualan Dede yang dimaksud.
Sedangkan bagi Direktur Eksekutif ICJR Erasmus Napitupulu, sikap Dede ini berbahaya.