Ngelmu.co – Percekcokan di Bandara Soekarno-Hatta, Ahad (21/11/2021), menambah deret kontroversi politikus PDIP, Arteria Dahlan.
Berikut beberapa di antaranya:
‘Anggota Dewan yang Terhormat’
Masih ingat dengan pernyataan Arteria di gedung DPR Senayan, Jakarta, Senin (11/9/2017) lalu, saat Komisi III DPR rapat dengan KPK?
Ia bilang, “Ini mohon maaf, ya. Saya kok enggak merasa ada suasana kebangsaan di sini?”
“Sejak tadi, saya tidak mendengar kelima pimpinan KPK, memanggil anggota DPR dengan sebutan ‘yang Terhormat’.”
“Saya menunggu dari lima saudara-saudari komisioner, tidak pernah terucap ‘anggota dewan yang terhormat’.”
“Kami, Pak Jokowi sendiri kalau ketemu, walaupun Arteria masih bangsat, dia katakan ‘yang terhormat’.”
“Pak Kapolri mengatakan ‘yang mulia’,” begitu protes Arteria, yang juga mengeklaim bahwa selama ini, DPR selalu membela KPK.
“Selama ini kita pembela KPK. Tidak pernah terucap apa yang dilakukan KPK melenceng. Ini sudah enough-lah,” tuturnya.
Panjang lebar Arteria, bicara soal benda sitaan KPK dari hasil korupsi.
KPK, katanya, harus melaporkan itu, sesuai aturan Undang-undang yang berlaku.
Lalu, Arteria kembali menyinggung. “Saya saja mau ngomong KPK yang dihormati, KPK enggak mau,” ujar anggota Komisi VIII [yang masuk Pansus Angket KPK F-PDIP alias diperbantukan dari fraksinya].
Ajak Keluarga Naik Kapal Polairud
Berikutnya adalah soal unggahan Instagram Arteria. Ia membagikan momen saat dirinya dan keluarga selesai menaiki kapal milik Polairud [Kepolisian Perairan dan Udara] Polda Sumatra Barat.
“Alhamdulillah, masih dalam rangkaian acara keluarga ulang tahun ibu.”
“Sekaligus mengajak om, tante, sepupu, serta tim ADC keliling melihat indahnya pantai yang ada di Sumatra Barat.”
“Menggunakan kapal Polisi Air,” begitu pernyataan Arteria yang tertera pada unggahan Instagram-nya.
“Tak lupa mengucapkan terima kasih kepada Direktur Polairud Polda Sumbar Kombes Pol Sahat M Hasibuan, beserta jajarannya.”
“Atas partisipasi bantuannya untuk memperbolehkan kami sekeluarga menggunakan kapal tersebut,” sambung Arteria.
Warganet pun protes. Mereka menilai Arteria, tidak selayaknya menggunakan fasilitas negara bersama keluarga.
Responsnya? Arteria membantah. Ia mengaku hanya mencoba sekaligus mengamati.
Seberapa layak sih kapal jenis C2 milik Polairud tersebut untuk digunakan dalam mengamankan wilayah perairan di sekitar Sumbar.
“Saya hanya melihat Polairud Sumbar, sekaligus melihat dan mencoba Kapal C2 yang baru.”
“Tidak ada maksud lebih dari itu, dan itu pun baru kali ini,” jelas Arteria, Ahad (24/10/2021).
Tuding KPK Terlibat Korupsi
Arteria dengan September 2017, bukan cuma soal ‘yang terhormat’, karena ia juga pernah menuding KPK.
Ia bilang, KPK terlibat kasus korupsi pengadaan alat berat di Dinas Bina Marga DKI Jakarta 2015, dengan nilai proyek Rp36,1 miliar.
Saat itu, Ketua KPK Agus Rahardjo merupakan Kepala Lembaga Kebijakan Pengadaan Barang Jasa Pemerintah.
“Kami temukan indikasi penyimpangan di internal LKPP yang saat itu pimpinannya adalah Agus Rahardjo,” kata Arteria.
Bukan hanya menyerang KPK, ia juga pernah menyebut, eks Mendagri Gamawan Fauzi, pasti tahu soal korupsi e-KTP.
Menurut Arteria, tidak mungkin seorang atasan tidak mengetahui apa yang bawahannya perbuat.
Sebut Kemenag ‘Bangsat’
Belum setahun berselang, yakni 28 Maret 2018, Arteria kembali cetak kontroversi.
Kala itu, ia mengaku kesal dengan sikap Menteri Agama yang dinilai menyalahkan korban penipuan travel bodong [seperti First Travel dan Abu Tours].
Arteria yang saat itu duduk di Komisi VIII DPR, menilai, Kementerian Agama tidak sanggup menangani persoalan tersebut.
“Mengenai masalah travel yang bodong tadi, Pak, yang dicari jangan kayak tadi Bapak lakukan, inventarisasi.”
“[Tetapi] Pencegahannya, Pak. Ini Kementerian Agama bangsat, Pak. Semuanya, Pak.”
Begitu kata Arteria ketika menanggapi kasus, dalam rapat kerja dengan Jaksa Agung di Komisi III, gedung DPR, Senayan, Rabu (28/3/2018).
‘Tidak Boleh di-OTT’
Belum lama, ocehan Arteria yang kembali menjadi kontroversial adalah soal operasi tangkap tangan alias OTT.
Di saat sesi tanya jawab, peserta webinar bertanya ke Arteria, tentang Bupati Banyumas Achmad Husein yang takut akan OTT KPK.
Achmad pun meminta agar KPK memanggil terlebih dahulu kepala daerah, sebelum OTT.
Lalu, Arteria menjawab bahwa secara pribadi, ia tidak mendukung OTT terhadap penegak hukum.
Baik kepada jaksa, hakim, pun polisi. “Saya pribadi, saya sangat meyakini, yang namanya polisi, hakim, jaksa itu tidak boleh di-OTT.”
Demikian tutur Arteria dalam webinar ‘Hukuman Mati Bagi Koruptor, Terimplementasikah?’, yang diselenggarakan oleh Fakultas Hukum Unsoed [Universitas Jenderal Soedirman] dengan Kejaksaan Agung, Kamis (18/11/2021).
“Bukan karena kita pro koruptor, karena mereka adalah simbol-simbol negara di bidang penegakan hukum.”
“Bisa dibedakan, tafsirnya jangan ditafsirkan beda, kita mendukung atau apa, ya.”
“Saya sampaikan banyak sekali instrumen penegakan hukum di samping OTT,” jelas Arteria.
Lebih lanjut, ia menilai jika penindakan hukum tidak harus melulu lewat OTT, apalagi kalau terhadap penegak hukum.
Arteria bilang, penegakan hukum dengan cara case building, misalnya, lebih mendapat keadilan.
Sebab, dapat diuji oleh semua pihak, berbeda dengan OTT.
Cekcok di Bandara
Teranyar adalah percekcokan antara Arteria, sang ibu, dengan seorang wanita di Bandara Soekarno-Hatta, Ahad (21/11/2021).
Terjadi ketika Arteria dan keluarga, baru pulang dari Bali. Mereka tiba di Terminal 2 Bandara Soetta.
Lalu, terjadilah adu mulut antara Arteria dengan seorang wanita yang mengaku anak Jenderal TNI bintang 3.
Arteria bilang, saat itu stafnya tengah berusaha mengambil barang di kabin atas, sesaat setelah pesawat mendarat.
Namun, menurutnya, sebelum memaki sang ibu, wanita itu langsung marah, karena menganggap Arteria, menghalangi jalannya.
“Saya lagi menurunkan bagasi [kabin atas], dianggap menghalangi jalan. Pertama, pintu saja belum terbuka.”
“Walaupun saya di ekonomi, ‘kan ketemu tuh bagasinya dipindahin ke bisnis.”
“Orang yang bisnisnya saja enggak keberatan, dan mempersilakan staff saya nurunin barang.”
“Nah [wanita itu] di ekonomi, sama dengan saya. Tiba-Tiba merasa terhambat, sudah mulai ngomel-ngomel.”
“Pintu belum dibuka sudah bicara, ‘Mana protokol?’, kita ‘kan diam saja.”
Baca Juga:
Lebih lanjut, Arteria mengaku wanita itu sempat menendang tasnya, ketika ibunda menegur, yang bersangkutan malah marah.
Setelah pintu pesawat terbuka, wanita itu masih mengomel, bahkan sampai mereka turun dari pesawat.
“Ya, sudah ‘kan, naik bus tuh [pas turun], begitu keluar bus, lagi jalan, dia itu makin-makin, ‘Eh, lu jangan rese, ya’.”
“Suaminya juga ngomong gitu. Terus saya bilang, ‘Enggak, Mas. Saya cuma ngomong, ‘kan enggak sopan kayak gitu’, terus istrinya ngelabrak saya.”
“Ngomong macam-macam, dari lorong keluar bus, sampai depan bagasi, disaksikan semua penumpang.”
Saat menunggu bagasi keluar, Arteria bilang kalau wanita itu kembali melabraknya. Bahkan sampai memaki dan menunjuk-nunjuk sang ibu.
Wanita tersebut juga sempat memerintahkan salah satu ajudannya untuk ‘mengurus’ Arteria.
“Ya, sudah, selesaikan di kantor polisi saja, saya bilang. Dalam perjalanan [wanita itu] nyuruh ajudannya [yang] pakai pakaian sipil, untuk ngurus saya, dalam artian yang enggak beres lah.”
“[Wanita itu bilang] ‘Eh, ini urusin ini orang, ya’. Pas dia mau ‘ini’ saya, saya juga ancang-ancang mau ribut ‘kan, tapi saya ‘kan dalam posisi santai.”
“Akhirnya, dia juga bingung, ajudannya cuma nanya, ‘Ada apa si, Bang?’, pas dia lagi ngomong, ditarik lagi itu, katanya, ‘Sudah, lu enggak usah ngomong-ngomong sama ini’,” tutup Arteria.
Percekcokan pun berbuntut saling lapor antara Arteria dan wanita [yang kemudian diketahui merupakan istri dari Brigjen TNI M Zamroni].
‘Prof Sesat’
Peristiwa bandara juga membuat warganet kembali teringat akan sikap politikus PDIP itu terhadap ekonom senior Emil Salim, Rabu (9/10/2019) lalu.
Tepatnya di acara Mata Najwa, bertajuk ‘Ragu-ragu Perpu‘, yang tayang di stasiun televisi Trans7.
Dari ribuan komentar, tampak bagaimana warganet tidak membenarkan perilaku wanita yang memaki ibunda Arteria.
Namun, mereka juga menjadi ingat kembali dengan sikap Arteria kepada Prof Emil Salim.
Pengguna Twitter @echoPiR, misalnya. Ia bilang, “Kelakuan ibu-ibu yang mengaku istri TNI tersebut tidak bisa dibenarkan.”
“Begitu juga kelakuan Arteria Dahlan yang pernah nunjuk-nunjuk Prof Emil Salim,” imbuhnya.
“Kaya karma, ya,” sambungnya, yang kemudian mengingat bahwa beberapa hari lalu, Arteria juga membuat gaduh.
“Bikin rame, bilang penegak hukum tidak perlu di-OTT,” sentil warganet tersebut.
Pemilik akun @echoPiR, tidak sendirian. Pengguna media sosial lainnya juga menyoroti hal yang sama.
“Saya tidak membenarkan perilaku wanita ini ke orang yang lebih tua,” kata @Mulya093.
“Tapi di sini, saya ingin mengigatkan gimana rasanya lihat orang tua dimaki-maki begini,” imbuhnya.
“Prof Emil juga punya keluarga, sebagaimana dulu Anda pernah maki-maki beliau,” lanjutnya mengkritik Arteria.
Pemilik akun @irzayanwar, menimpali. “Arteria Dahlan juga pernah nunjuk-nunjuk ke wajahnya Prof @emilsalim2010.”
“Belum lagi, hampir semua lawan debatnya juga mendapatkan perlakuan yang sama dari dia,” sambungnya.
“Balasan yang setimpal diterimanya, bahkan menimpa ibunya sendiri,” ujar @irzayanwar, miris.
Baca Juga:
Dalam tayangan Mata Najwa, Arteria tampak emosi sembari menunjuk-nunjuk ke arah Emil Salim.
Awalnya, ia menyoroti harta rampasan yang diambil oleh KPK dari hasil korupsi.
Menurutnya, harta yang KPK ambil dari koruptor itu tidak masuk kas negara.
“Ini gunanya Dewan Pengawas, itu ada buktinya, ke mana uang itu,” kata Arteria.
Arteria kemudian mengatakan, ada sejumlah kasus yang tidak pernah muncul ke permukaan.
Di Sumatra Barat, misalnya, kata Arteria, ada kasus Rp6 triliun dana bencana.
“Kita hargai capaian KPK, tapi kita enggak boleh tutup mata kalau harus ada perbaikan,” tuturnya.
“Enggak pernah dikerjakan. Mana, Prof? Saya di DPR, enggak boleh begitu, Prof.”
“Saya di DPR, saya yang tahu, Prof. Mana? Prof sesat. Ini namanya sesat, sesat Prof,” kata Arteria.
Sikap itulah yang kemudian menuai protes dan kecaman dari warganet. Mereka menganggap Arteria, arogan dan tidak sopan.
Namun, Arteria justru mengaku tidak mempermasalahkan berbagai kritikan tersebut. Alasannya, ia hanya menyampaikan hal yang benar.
“Enggak apa-apa, saya mewakafkan diri saya untuk menyatakan yang benar, walau terkesan tidak populer sekalipun.”