Ngelmu.co, JAKARTA – Pemerintah melalui Kementerian Perdagangan (Kemendag) telah mengeluarkan izin impor gula sebanyak 1,1 juta ton.
Izin impor diberikan kepada tiga anak perusahaan PT Rajawali Nusantara Indonesia (RNI), tujuh BUMN industri gula yakni tiga anak perusahaan PT Perkebunan Nusantara (PTPN), PTPN X, XI, dan XII, serta PT Gendhis Multi Manis (GMM).
Menteri Perdagangan Enggartiasto Lukita mebeberkan alasan soal impor gula yang disepakati dalam rapat koordinator antar menteri. Alasan pertama adalah karena kualitas gula nasional belum bisa memenuhi kebutuhan gula industri.
“Ya kembali lagi kalau kita produksi di dalam negeri tidak bisa memenuhi ya apa yang harus dilakukan? Ya sekarang kalau kita bicara industri makanan dan minuman tertentu dia punya ICUMSA ( International Commission For Uniform Methods of Sugar Analysis). Maka ya karena kita tidak bisa memenuhi (kualitasnya), ya harus impor,” kata dia kepada detikFinancedalam wawancara khusus di, Lantai 24 Menara Bank Mega, Jakarta Selatan, Kamis (13/9/2018).
Ia menjelaskan gula yang ia impor merupakan jenis raw sugar atau gula mentah yang nantinya akan diolah di dalam negeri sebagai gula rafinansi kebutuhan industri. “Impornya bukan impor gula kristal rafinasi. Tapi impor raw sugar yang diolah menjadi gula yang bisa dipergunakan sebagai bahan baku industri,” jelas dia.
Selain kualitas, secara volume atau jumlah, produksi gula nasional juga dianggap belum memenuhi. Enggar menjelaskan mengapa Indonesia belum bisa memenuhi kebutuhan gula industri yang begitu tinggi.”Bisa, tapi kalau gula mentah itu bisa menjadi bahan baku untuk gula kristal putih. Lah wong untuk gula kristal putihnya(gula konsumsi) aja kita nggak cukup (apalagi industri),” kata dia.
Sebelumnya, Direktur Utama Perum Bulog, Budi Waseso, mengatakan bahwa kuota impor gula terlalu banyak. Gula lokal tak mampu bersaing dengan gula impor yang punya kemasan dan tampilan lebih menarik.
“Kita ini negara. Petani sebagai produsen pangan, kita harus berpihak pada petani. Sekarang kenapa gula petani tidak laku dijual? Karena kita berhadapan dengan gula impor. Ini yang harus ditata kembali, gula impor ini berlebihan. Sekarang enggak mungkin produksi dalam negeri ini bersaing dengan impor. Gula impor dilihat saja lebih bagus, kemasannya, bentuknya, warnanya, tapi belum tentu sehat. Tapi masyarakat senang dengan tampilannya,” ujarnya kepada kumparan, Rabu (8/8/2018).