Ngelmu.co – Komisi Perlindungan Anak Indonesia (KPAI) Jasra Putra dan Sittu Hikmawatty menyambangi keluarga korban anak kerusuhan Jakarta pada 22 Mei 2019 , yakni RF (16) tahun di Petamburan Tanah Abang. Sebelum ke lokasi rumah duka Tim KPAI telah lebih dulu menemui 2 (dua) orang korban anak luka parah yang sedang dirawat di Rumah Sakit Umum Daerah (RSUD) Tarakan Jakarta.
Dalam takziah yang dilakukan di rumah keluarga korban, KPAI dalam hal ini komisioner KPAI Jasra Putra dan Sitti Hikmawatty, menemui keluarga korban serta menyampaikan belasungkawa atas meninggalnya ananda RF dalam peristiwa kerusuhan 22 Mei. Menurut keterangan dari keluarga korban, RF bukanlah peserta aksi. Pada saat kejadian, sekitar pukul 02:30 dini hari, RF bersama teman-temannya seperti biasa hendak bersiap untuk membangunkan warga untuk sahur disekitaran mushola dekat rumahnya.
Pagi itu, ketika diluar jalan raya terdengar ada keramaian, maka RF bersama teman-temannya bermaksud mencaritahu kegaduhan yang sedang berlangsung itu. Namun nahas, begitu akan keluar gang, RF justru terkena peluru nyasar tepat di pelipis mata sebelah kiri, peluru tersebutlah yang akhirnya membuat korban roboh. Kemudian, warga dengan segera mengevaluasi RF dan beberapa temannya yang lain ke mushola.
Karena luka RF sangat parah, kemudian RF segera dilarikan ke RS Angkatan Laut Mintoharjo. Namun sayangnya, sesampainya di rumah sakit, nyawanya tak dapat tertolong lagi dan akhirnya korban mengembuskan nafas terakhirnya. RF merupakan putra ke-2 dari 3 bersaudara, orangtuanya berada di luar Jakarta, sementara RF murid kelas 3 SMP itu sedang tinggal berlibur di rumah pamannya karena ada keperluan untuk mengurus lanjutan sekolah.
Selanjutnya, KPAI takziah ke kediaman ke dua korban kerusuhan 22 Mei yakni Ananda MHR. Korban lahir pada tanggal 14 Februari 2004. Melalui informasi yang didapat, bahwa terakhir kali orangtuanya bertemu dengan MHR sekitar pukul 13 siang, pada saat itu, yang bersangkutan meminta uang untuk membeli layangan. Awalnya, orangtua dari korban tidak memiliki rasa curgia apapun, karena MHR sudah biasa bermain seperti. Namun, firasat buruk telah dirasakan ayahnya sejak siang hari hingga menanyakan keberadaan sang anak. Sepulang bekerja, ayahnya berinisiatif mencari putranya ke rumah teman bermainnya, namun sayangnya ia taidak mendapatkan informasi sedikitpun tentang keberadaan putra satu-satunya itu.
[su_box title=”Baca Juga” style=”glass”]
Ini Kisah Lengkap Reyhan, Remaja yang Meninggal Saat Rusuh 22 Mei
[/su_box]
Melalui WhatsApp grup kemudian disebarkan informasi kehilangan anaknya, orang tua MHR kemudian mendapatkan jawaban untuk mengidentifikasi seorang korban yang sedang berjuang dalam sakaratul maut, yang ternyata adalah benar putranya. Saat itu, korban berada dalam ambulans menuju RS Darmais, namun karena sampai RS tersebut korban telah menghembuskan nafas terakhir, maka korban langsung dilarikan ke RS Bhayangkari. Dalam kunjungan tersebut, KPAI mendapatkan informasi bahwa masih ada beberapa orang tua yang belum bisa menemukan putra putri mereka.
Berdasarkan data dan informasi awal lapangan yang diperoleh maka:
Pertama, KPAI menyayangkan peristiwa kerusuhan yang terjadi sehingga menimbulkan kekerasan dan korban terhadap anak. Data awal anak yang meninggal sebanyak 3 orang dan korban luka yang sedang dirawat di RS Tarakan sebanyak 2 orang dan puluhan korban anak yang mengalami luka pada tanggal 22 Mei sudah pulang dari RS Tarakan. Selain itu, KPAI terus melakukan pemantauan di rumah sakit lain yang sedang merawat anak korban kerusuhan tersebut, juga masukan dari laporan masyarakat termasuk laporan teman-teman media.
Kedua, KPAI mendesak Polri untuk melakukan pengusutan secara tuntas terhadap 3 korban anak yang meninggal termasuk yang sedang dirawat di Rumah Sakit. KPAI terus melakukan koordinasi dengan kepolisian untuk mengetahui penyebab tindakan kekerasan terhadap anak sehingga terjadi kematian pada korban anak.
Ketiga, KPAI membuka posko pengaduan terkait kekerasan kerusuhan 22 Mei, terutama karena masih ada dugaan anak-anak yang hilang dan belum ditemukan oleh keluarga.
Keempat, kerusuhan 22 Mei titik lokasinya sebagian berada disekitar pemukiman penduduk dimana banyak anak-anak yang menyaksikan dan merasakan situasi yang mencekam pada hari tersebut. KPAI meminta kepada Kementerian Sosial dan Kementerian Pemberdayaan Perempuan dan Perlindungan Anak bersama Pemerintahan Daerah Jakarta untuk melakukan pendampingan psikologis terhadap trauma yang dialami oleh anak-anak disekitaran titik-titik kerusuhan tersebut. Hal ini perlu dilakukan agar anak-anak tidak merasakan ketakutan serta bisa menjalankan aktifitas sosialnya anak secara baik.
Kelima, KPAI menghimbau pada seluruh pihak apabila menemukan anak-anak berada di dekat lokasi kerusuhan (apapun) agar segera mengevakuasi / membawa anak-anak tersebut ke zona aman, agar anak-anak ini terhindar dari kegiatan yang membahayakan diri mereka.
Komisioner KPAI