Ngelmu.co – Bismillah… kemarin, 5 Januari 2020, dapat tugas mendokumentasikan kegiatan para relawan pasca bencana di lokasi terdampak banjir yang paling parah, yaitu di daerah Perum. Pondok Gede Permai dan Perum. Kemang Ifi Jati Asih.
Hampir dari seluruh lembaga kemanusiaan, tumpah ruah membantu para korban, khususnya di Perum PGP, ini menjadi Isu Nasional, ternyata.
Subhanallah, melihat kondisi tempat tinggal para korban terdampak bencana, membuat hati terenyuh, sejenak lemas.
“ini sampai kapan bisa selesai untuk bersih-bersih ya Allah, bantu mereka,” dalam hati bergumam.
Rasa syukur bertambah, mengingat di rumah hanya banjir di sekelilingnya.
Tanggul-tanggul yang melindungi perumahan, tak sanggup lagi membendung limpahan volume air sungai beserta lumpur yang dikumpulkan dari curah hujan ekstrem.
Sebagian rumah-rumah dilumat habis oleh air bah dari sungai, akibatnya perabotan dan barang-barang yang berada di dalamnya, ‘ambyar’ semua.
Mud All Over the Areas. Semuanya lumpur. Hampir tidak ada yang luput dari terjangan lumpur.
“Ya Allah, ini kapan selesainya ya,” seorang ibu korban banjir, sedang memilah barang-barang rumahnya yang sudah berwarna cokelat semua.
Baca Juga: Dahsyatnya Kalimat “Dari PKS”
Kegiatan para relawan pun terkonsentrasi pada pemberian bantuan logistik dan layanan kesehatan ringan.
Namun, ada yang unik dari setiap kali turun ke lapangan untuk hunting beberapa gambar.
Lagi-lagi mereka, yang mencoba masuk dalam frame hunting. Mereka ini, bapak-bapak berseragam kaos lengan panjang, berwarna cokelat seperti lumpur, dengan aksen hitam di bahu mereka.
‘Pandu Keadilan’, tulisan sablon di punggung mereka.
“Memang keluarga mereka gak kebanjiran ya?” gelitik dalam hati.
Mereka ini warga sipil biasa, tetapi aksinya tanpa pandang bulu. Selidik punya selidik, ternyata mereka ini kepengin dibayar.
Dibayar dengan pahala dan ridho Allah, ya bapak-bapak soleh. Aamiin.
Oleh: Rama Yudhistira