Ngelmu.co – Pejabat pajak bernama Rafael Alun Trisambodo adalah ayah dari pelaku penganiayaan terhadap Cristalino David Ozora, yakni Mario Dandy Satrio.
Usai diperiksa selama sembilan jam oleh Komisi Pemberantasan Korupsi (KPK), Rafael menolak diwawancara wartawan.
“Sudah, ya, permisi. Saya sudah lelah dari pagi sampai ini. Tolong kasihan saya, ya, saya sudah lelah,” tuturnya, Rabu (1/3/2023).
Diperiksa memang melelahkan. Diteliti satu per satu, dikorek, dicari kesalahannya, pasti lelah fisik, lelah mental.
Itu baru dikorek soal harta, padahal kelak di yaumul hisab, seluruh amal kita akan dihisab.
Bukan cuma Rafael Alun Trisambodo, tetapi kita semua. Ya, kita semua.
Di yaumul hisab kelak, tidak hanya harta yang diteliti oleh Allah dan para malaikat-Nya. Namun, seluruh amal kita.
Sampai yang terkecil ataupun yang tersembunyi, meski itu hanya sekadar rasa keberatan dalam hati kita; terhadap syariat-Nya.
Semua diteliti satu per satu, ditulis titik demi titik, huruf demi huruf, kata demi kata, kalimat demi kalimat, paragraf demi paragraf, bab demi bab.
Sampai jadi satu buku tebal, berisi seluruh catatan amal lengkap. Tercatat rapi. Tidak satu pun terlewat.
Berapa lama prosesnya? Sembilan jam, seperti KPK memeriksa Rafael Alun Trisambodo? Tidak!
Bayangkan saja, seluruh amal kita sejak balig, sampai napas terakhir.
Rekamannya diputar dan disaksikan seluruh manusia.
Malu, lelah, takut.
Boleh jadi, butuh waktu bertahun-tahun untuk sekadar menghisab seluruh amal. Belum mempertanggungjawabkannya.
Ya, yaumul hisab pasti datang pada waktunya. Mau tidak mau. Siap tidak siap. Muslim atau kafir.
Saat hari itu datang, apa yang kita lakukan, serasa baru berlalu kemarin sore.
Kenikmatannya sudah lewat, kemewahannya sudah sirna, tapi hisab dan pertanggungjawabannya menunggu di depan.
Hari ini, sebelum yaumul hisab datang dan kita menyesal–semenyesal-menyesalnya–mari kita memperbaiki diri; untuk meringankan hisab kita kelak.
Ringan karena kita tunduk dan patuh pada perintah dan larangan Allah.
Meski perintah itu bertentangan dengan kesepakatan leluhur, atau bertentangan dengan hak asasi manusia versi Barat.
Meski perintah itu juga bertentangan dengan piagam PBB yang didesain oleh orang-orang yang tidak percaya Allah dan Rasul-Nya.
PS: Saduran tulisan Doni Riw
Baca Juga: