Ngelmu.co – Lelaki terpuji dan pantas untuk dipuji. Allahumma Shalli ‘Ala Sayyidina Muhammad.
Rasulullah takkan pernah marah bila pribadinya yang dihina. Jangankan itu, dilempari saja, dia balas dengan doa, dibentak saja, dia balas dengan senyuman.
Pantas nama Muhammad dan Ahmad disematkan padanya.
Dia lelaki terpuji, dan pantas untuk dipuji-puji. Bukan hanya manusia, bahkan malaikat dan Tuhan-Nya, memujinya.
Tapi jangan jadikan itu sebagai alasan untuk menghinanya.
Sebab, para pengikutnya pasti akan membelanya, dengan apa pun yang mereka punya dan ada.
Sebab cinta pengikutnya, tak akan membiarkan yang dicintai untuk disakiti, meski yang dicintai tak akan membalas apa pun yang diperlakukan kepadanya.
Seharusnya, bulan ini adalah bulan untuk mengingatnya, bukan bulan untuk menyakitinya.
Harusnya, bulan ini untuk belajar darinya, bukan membandingkannya. Apalagi memojokkan dirinya, seolah dirinya tak berjasa apa pun.
Padahal, milyaran manusia dan ribuan tahun peradaban, berhutang padanya.
Bahkan, tak berhenti sampai dunia, keperluan kita kepadanya, sampai pada akhirat.
Kerinduannya pada kita, bahkan sebelum kita menghirup napas di dunia.
Bila tak tahu cinta, jangan kau mencela.
Bila tak suka dengan jalannya, jangan namanya didera.
Tak cukup benderanya, tak cukup warisannya, kini namanya kau nista.
Ketahui, setiap nama yang dulu menentangnya, kini dilupakan dunia.
Yang dahulu memerangi risalahnya, kini binasa.
Yang mengejek-ejeknya meski dalam hati, terputus dari karunia.
Bila yang diucap lisan sudah berbisa, apalagi racun yang tersimpan di dalam dada.
Asal tahu saja, ujung dari dengki itu adalah celaka di dunia, dan di akhirat sengsara.
Ini bukan menakut-nakuti, hanya nasihat bagi diri sendiri, yang mengkhawatirkan, bahwa ia berhenti mencintai, pada Nabi yang lebih utama dari apa pun yang ada di bumi.
Oleh: Ustadz Felix Siauw
Baca Juga: Tanggapan Ustadz Felix Siauw soal Tuhan Tak Perlu Dibela