Ngelmu.co – Merenungkan pesan Nabi Ya’qub kepada anak-anaknya: Maa Ta’buduna Min Ba’di … Ini sungguh hari-hari yang berat bagi kita sebagai orang tua. Mendidik anak di tengah zaman yang kian tak bersahabat dengan agama (Islam).
Jika Islam diibaratkan buku, hampir semua halamannya telah tercabik-cabik. Robek. Lusuh. Berlubang. Nyaris tak ada yang utuh.
Mulai dari ulamanya. Lalu kalimat tauhid. Disusul film yang bisa membuat orang takut sholat tahajud. Dan yang mutakhir, sebuah disertasi di kampus Islam, membahas tentang bolehnya hubungan intim meski tak menikah.
Dengan kondisi ini, tidakkah kita khawatir terhadap kehidupan agama anak-anak kita? Mereka akan semakin jauh dari nilai-nilai Islam. Mencampakkannya. Meninggalkannya.
Sementara itu, mungkin masih ada di antara kita yang lebih khawatir apa yang akan dimakan anak-anaknya kelak. Di mana kerjanya. Berapa gajinya. Seluas apa rumahnya. Sebagus apa mobilnya.
Maa Ta’buduna Min Ba’di
Ingatlah sepenggal kisah di ujung hayat Nabi Ya’qub a.s.
Beliau mengumpulkan anak-anaknya. Berwasiat soal tauhid kepada Allah Subhanahu wa Ta’ala. Bukan dunia.
Allah Subhanahu wa Ta’ala, mengabadikan peristiwa itu dalam firman-Nya di surah Al-Baqarah ayat 133.
أَمْ كُنتُمْ شُهَدَاء إِذْ حَضَرَ يَعْقُوبَ الْمَوْتُ إِذْ قَالَ لِبَنِيهِ مَا تَعْبُدُونَ مِن بَعْدِي قَالُواْ نَعْبُدُ إِلَهَكَ وَإِلَهَ آبَائِكَ إِبْرَاهِيمَ وَإِسْمَاعِيلَ وَإِسْحَقَ إِلَهًا وَاحِدًا وَنَحْنُ لَهُ مُسْلِمُونَ
“Apakah kalian menyaksikan tatkala Nabi Ya’qub kedatangan tanda kematian, dia berkata kepada anak-anaknya, ‘Apakah yang kalian sembah sepeninggalku?’ Mereka menjawab, ‘Kami akan menyembah Tuhanmu dan Tuhan nenek moyangmu, Ibrahim, Ismail dan Ishaq, yakni Tuhan yang Esa dan kami hanya tunduk patuh kepadanya,”.
Nabi Ya’qub berkata kepada anak-anaknya: “Maa ta’buduna min ba’di?”, bukan “Maa ta’kuluna min ba’di?”
“Apa yang akan kalian sembah sepeninggalku nanti, dan bukan apa yang akan kalian makan setelah aku meninggal nanti?”
Erwyn Kurniawan
Sekolah Shibghah Akhlak Qur’an (Sakura)
Cikunir, Bekasi