Ngelmu.co – Malaysia akan mengirimkan bantuan sebesar 1.000.000 ringgit (RM) atau sekitar Rp3,3 miliar untuk membantu rakyat Palestina.
Dana tersebut akan mulai disalurkan pada hari ini, Selasa, 10 Oktober 2023.
“Bentuk bantuannya kita bahas di luar sidang parlemen,” tutur Wakil Perdana Menteri (PM) Malaysia Ahmad Zahid Hamidi.
Pernyataan ini disampaikan dalam sidang parlemen yang diikuti secara daring di Kuala Lumpur, Senin (9/10/2023) kemarin.
Zahid juga mengatakan, Kementerian Luar Negeri Malaysia, telah setuju untuk menyalurkan dana 1.000.000 RM.
Dana yang terkumpul dari rekening Amanah Rakyat Palestina itu merupakan bentuk bantuan kemanusiaan dan sumbangan rakyat Malaysia.
Lebih lanjut, Zahid mengajak anggota parlemen yang hadir di persidangan hari itu untuk ikut menyalurkan bantuan kemanusiaan mereka di luar ruang sidang.
Ia mengangkat isu ketegangan yang sedang terjadi di Palestina dalam sidang parlemen kali ini.
Zahid pun mendapat dukungan dari anggota oposisi di parlemen atas sikap pemerintah Malaysia.
Begitu juga kebijakan luar negerinya yang mendukung perjuangan untuk membebaskan tanah dan hak-hak rakyat Palestina.
Baca juga:
Zahid kemudian meminta dukungan anggota parlemen atas sikap yang diambil oleh pemerintah Malaysia.
Ia memberikan beberapa alasan atas pengambilan sikap tersebut.
Pertama, Malaysia khawatir dengan ketegangan yang makin memuncak di Palestina.
Di mana ribuan nyawa melayang selama ini, termasuk masyarakat awam yang tidak berdosa.
Begitu juga sejumlah orang yang terluka dan jumlahnya terus meningkat; menyebabkan kehilangan harta benda yang tidak ternilai.
Kedua, Perserikatan Bangsa-Bangsa (PBB), perlu mengambil tindakan segera untuk memastikan semua pihak menghentikan segala tindakan kekerasan.
Termasuk pertempuran, demi menghormati dan melindungi masyarakat awam.
Ketiga, masyarakat internasional perlu meningkatkan tekanan ke semua pihak untuk menghentikan pertempuran dengan segera; demi keamanan dan kestabilan kawasan regional.
Keempat, hak mutlak untuk rakyat Palestina, bebas dari pendudukan Israel, harus diupayakan.
Tanah yang dirampas Israel, dan hak untuk membentuk negara Palestina yang merdeka serta berdaulat; dengan Baitul Maqdis sebagai ibu kota negara.
Baca juga:
Anggota Parlemen Indera Mahkota Dato’ Sri Saifuddin Abdullah–yang juga mantan Menteri Luar Negeri Malaysia–mengatakan, ada dua perkara yang harus ditegaskan.
Dua hal tersebut adalah rakyat Palestina mempunyai hak dari sudut mana pun untuk mempertahankan diri, dan seluruh dunia harus menerima itu.
Sekaligus harus memberikan solidaritas dengan menafikan pandangan pihak tertentu, khususnya yang ada di belakang Israel.
“Masalahnya, apabila orang Palestina, mempertahankan diri dengan menggunakan cara-cara ketentaraan, maka mereka disebut teroris.”
“Kita tidak boleh panggil mereka teroris! Saat mereka tidak menggunakan kekerasan, mereka justru dituduh melakukan kekerasan.”
“Kita tidak boleh menuduh mereka menggunakan kekerasan,” tegas Saifuddin.
“Ketiga, ketika mereka bersuara, mereka disebut memprovokasi. Kita tidak boleh menyebut mereka memprovokasi!”
“Keempat, bila orang seperti kita yang ada di luar Palestina mendukung perjuangan Palestina dan menentang zionis, kita dituduh antisemetik.”
“Kita tidak boleh menyebut kita atau menuduh sebagai antisemetik,” tegasnya lagi.
“Kelima, Bila Yahudi ada yang menentang kekejaman zionis Israel, mereka disebut ‘self hating jewis’.”
“Kita tidak boleh mengatakan mereka seperti itu! Sebab, mereka adalah pendukung perjuangan rakyat Palestina.”
“Kita akan dukung mereka,” jelas Saifuddin yang juga menekankan harus adanya penyelesaian segera untuk menghentikan pertempuran.
Namun, penyelesaiannya tidak boleh berbalik pada status quo, karena itu yang terjadi selama 75 tahun di Palestina.
Penyelesaian hanya dengan syarat pendudukan haram dan dasar apartheid Israel diselesaikan. “Baru kita setuju,” tegas Saifuddin.
Gelar Salat Hajat
Tiga masjid di Malaysia yang berada di bawah naungan Departemen Pembangunan Islam (Jakim) Malaysia juga menggelar salat Hajat.
Hal ini dilakukan untuk mendoakan kesejahteraan umat Islam di Palestina.
Upaya solidaritas ini dilakukan usai pelaksanaan salat Isya pada Senin (9/10/2023) malam.
Tiga masjid tersebut adalah Masjid Nasional di Kuala Lumpur, Masjid Putra dan Masjid Tuanku Mizan Zainal Abidin di Putrajaya.
Pengajian Qunut Nazilah juga digelar.
Menteri Agama di Departemen PM Datuk Mohd Na’im Mokhtar, mengatakan, semua masjid dan surau di bawah lingkup Departemen Agama Islam Wilayah Federal (Jawi), telah diminta untuk mengadakan salat Hajat pada waktu yang bersamaan.
“Saya menyerukan kepada seluruh umat Islam untuk menunaikan salat hajat dan membaca Qunut Nazilah.”
“Serta mendoakan saudara saudari muslim kita di Gaza, Palestina,” tutur Datuk Mohd Na’im Mokhtar, mengutip Malay Mail, Selasa (10/10/2023).
Ia juga meminta, departemen dan dewan agama negara bagian untuk memperhatikan seruan mengadakan salat di masjid dan surau di wilayah mereka.
Teranyar, Kementerian Kesehatan Palestina, melaporkan, sedikitnya 413 warga Palestina gugur, dan 2.300 lainnya terluka.
Ini merupakan akibat dari bentrokan terbaru Palestina-Israel di Jalur Gaza yang pecah pada 7 Oktober lalu.
Di sisi lain, Malaysia juga akan terus mendesak semua badan regional dan internasional untuk mengadakan sesi atau pertemuan khusus; sesegera mungkin.
Malaysia juga mengapresiasi dukungan penuh dan solidaritas para anggota parlemen selama sesi debat.
Dalam membela dan mengadvokasi hak-hak rakyat Palestina untuk mendapatkan kembali hak-haknya yang selama ini teringkari.
“Hari ini, sekali lagi kita bersatu, menyuarakan hak-hak rakyat Palestina.”
“Semangat, inilah yang diharapkan masyarakat dari para anggota parlemen, dalam memperjuangkan isu-isu kemanusiaan global,” tegas Wakil PM Malaysia Ahmad Zahid Hamidi.