Ngelmu.co – Undang-undang Kewarganegaraan India—Citizenship Amendment Bill (CAB)—menjadi pangkal kerusuhan antara umat Hindu dengan umat Muslim di sana. Jurnalis Washington Post, Rana Ayyub, mengabarkan korban meninggal dunia dalam peristiwa berdarah tersebut, sudah mencapai 35 orang.
CAB menjadi akar masalah, karena undang-undang tersebut akan memberi status kewarganegaraan bagi imigran yang menerima persekusi di negaranya.
Tepatnya, kepada kelompok agama minoritas dari tiga negara tetangga mayoritas muslim, yakni Bangladesh, Pakistan, dan Afganistan.
Namun, syaratnya yang bersangkutan justru harus beragama Hindu atau Kristen.
Agama minoritas lainnya juga akan dibantu pemerintah India, tetapi tidak demikian dengan mereka yang Muslim.
Beleid yang di-sahkan oleh pemerintahan Perdana Menteri India, Narendra Modi—sayap kanan—itulah yang membuat publik menuding, ia dan partai pengusungnya, Bhratiya Janata Party (BJP), diskriminatif terhadap Muslim.
Bahkan, tak hanya warga negaranya yang protes, dunia juga ikut meneriakkan #ShameOnYouIndia, di media sosial, khususnya Twitter.
Hayyi_ViRaDaisy: “Ketika Donald Trump disambut di India, beberapa serangan kekerasan sedang dilakukan terhadap Muslim.
Sebuah masjid dibakar di ibu kota India, Delhi, dan gerombolan massa menyerang toko-toko milik Muslim. #ShameOnYouIndia”
Ya Robbana…selamatkanlah saudara2 muslim kami di India…π pic.twitter.com/7J9W9KZXYk
β Hilmi Firdausi (@Hilmi28) February 26, 2020
Twitpos: Saat Donald Trump dan Modi berpawai ke seluruh negeri, massa secara terbuka menyerang Muslim, menjarah bisnis mereka, dan menodai rumah-rumah ibadah. Dilakukan oleh ekstrimis Hindu, di negara tersebut #ShameOnYouIndia.
David Haris: Ini yang terjadi jika Muslim hidup sebagai minoritas. Bahkan di ibu kota India. #ShameOnYouIndia.
Rizki: Kenapa PBB kok diem aja yaa, padahal sudah jelas di depan mata ada kejadian brutal di India #ShameOnYouIndia #ShameOnIndia.
Baca Juga:Β Bentrok Usai UU ‘Anti Muslim’ Disahkan, 2 Warga India Tewas Tertembak
Selain berkomentar soal diskriminasi terhadap Muslim yang terjadi di India, sebagian publik menyuarakan untuk memboikot produk India.
Sarbono: Boikot produk India di indonesia.
Yos: Gimana kalau kita list produk-produk India, terus mulai boikot dan gak beli produk India?
Baca Juga:Β PKS Desak Pemerintah India Hentikan RUU Kewarganegaraan yang Dinilai Diskriminatif
Dilansir Al Jazeera, selama empat hari, sudah lebih dari 200 orang yang terluka di daerah berpenduduk Muslim, timur laut Delhi.
Pihak kepolisian juga dituduh menutup mata, ketika gerombolan mengamuk, membunuh, dan merusak properti, termasuk masjid, pada Ahad (23/2).
Saat kekerasan berlanjut, Perdana Menteri India Nasionalis Hindu, Narendra Modi, memang sedang menjamu Presiden Amerika Serikat, Donald Trump. Sikapnya itu langsung menuai kritik.
Several dead and dozens injured amid violent clashes over controversial new citizenship law in Indian capital, Delhihttps://t.co/7muZDF5SHK pic.twitter.com/IHeDlEXOuy
β BBC News (World) (@BBCWorld) February 25, 2020
Modi pun menjawab, dengan bersuara atas kekerasan yang terjadi di Delhi.
“Saya mengimbau saudara dan saudari saya di Delhi, untuk senantiasa menjaga perdamaian dan persaudaraan. Penting untuk memulihkan ketenangan dan keadaan seperti sedia kala,” cuit @narendramodi.
Cuitannya itu pun langsung mendapat tanggapan.
“Sebagai PM, mengapa Anda tidak mengunjungi daerah-daerah yang dilanda kerusuhan ini, keluarga korban tewas dan berbicara dengan para pemimpin masyarakat sehingga perdamaian terjaga?” balas @srivatsayb.
Diketahui, kerusuhan terjadi di tiga wilayah mayoritas Muslim di India, sekitar 18 kilometer dari ibu kota Delhi, Ahad (23/02).
Kelompok yang mendukung RUU kontroversial itu, memprotes blokade yang dilakukan oleh mereka yang menentang.
Pemimpin BJP, Kapil Mishra, dituding terlibat dalam kerusuhan, karena sebelumnya ia mengancam kelompok yang menentang RUU.
Mishra menyebut, penentang akan diusir secara paksa, begitu Donald Trump meninggalkan India.
Usai kerusuhan, kota itu terus diselimuti kegelisahan, sebab kini, bentrok bukan lagi tentang hukum kewarganegaraan baru.
This is from Mustafabad, Delhi.
Muslim residents are leaving the area with their belongings.
Cc @UNHumanRights @hrw@mehdirhasan#GenocideInDelhi
#DelhiViolence #DelhiRiots pic.twitter.com/Z1Pjqqw7lMβ Md Asif Khanβββββββ Ψ’Ψ΅ΩΩ (@imMAK02) February 26, 2020
Media setempat mengatakan, kekerasan sudah berubah menjadi sektarian, dengan laporan orang diserang berdasarkan agama mereka.
Wartawan BBC dari India, Faisal Mohammed, mengatakan jika setidaknya dua masjid dirusak dalam kerusuhan, dengan lembaran Al-Qur’an yang berserakan di tanah.
People collecting burnt pages of Quran outside a vandalised mosque in Ashok Nagar, North East Delhi.@BBCIndia @BBCHindi pic.twitter.com/QaAxDorZFr
β Pritam Roy (@pritamroy_) February 26, 2020