Ngelmu.co – Desain Masjid Raya Sumatra Barat (Sumbar) menjadi yang terbaik di dunia, usai memenangkan Abdullatif Al-Fozan Award.
Berlokasi di Padang, masjid tersebut muncul di ajang penghargaan yang menampilkan karya serta desain masjid dari negara-negara berpenduduk muslim dunia.
Rizal Muslimin sebagai perancang desain Masjid Raya Sumbar, menjadi penerima penghargaan tersebut.
Rizal, berasal dari Urbane Indonesia (UI); kantor arsitektur kenamaan asal Bandung buatan Ridwan Kamil (Emil), sebelum terjun ke dunia politik.
“Jadi, yang mendapat penghargaan itu ada tiga kategori. Satu arsitek pemenang sayembara namanya Kang Rizal Muslimin.”
Demikian kata Emil yang kini menjabat sebagai Gubernur Jawa Barat (Jabar), pada Selasa (21/12/2021) kemarin.
“[Rizal] Arsitek saya dulu, yang di-backup oleh kantor saya, namanya Urbane Indonesia, dan PT Penta yang menggambar teknisnya.”
Sambung Emil menjelaskan, di Gedung Sate, Kota Bandung, seperti Ngelmu kutip dari Republika.
Lebih lanjut, ia mengaku bangga atas pencapaian Rizal. “Kebanggaan, karena masjid Sumbar, diakui sebagai salah satu karya arsitektur terbaik di dunia.”
Sementara penghargaan untuk Emil, diterima oleh Konsulat Jendral RI di Jeddah.
Ia tidak dapat hadir, karena waktu karantina yang terlalu lama.
“Karena kerepotan proses terbang ke Saudi-nya, khususnya saya,” jelas Emil.
“Karena harus karantina 5 hari, pulangnya 10 hari, sangat tidak memungkinkan,” sambungnya.
“Akhirnya diwakili oleh Konjen RI di Jeddah, kira-kira begitu,” imbuhnya lagi.
Baca Juga:
Reza Achmed Nurtjahja selaku principal di Urbane Indonesia, mengatakan bahwa panitia Abdullatif Al-Fozan Award menghubungi pihaknya.
Lalu, meminta mereka untuk mengirimkan desain masjid yang sudah dibangun dari tahun 2010.
“Kami dikontak oleh panitia, dan diminta menyerahkan desain masjid dari tahun 2010,” ujar Reza.
“Mungkin mereka pernah melihat artikel yang membahas masjid Al Irsyad, di sebuah majalah arsitektur Asia,” sambungnya.
Akhirnya, Reza dan tim mengirimkan sembilan desain masjid yang pernah mereka kerjakan.
Tiga di antaranya pun berhasil menjadi nominator, bersama puluhan karya lain.
“Dari 200-an desain, dipilih 27, dengan konteks kategorinya yang berbeda-beda,” kata Reza.
“Desain gambar, kerjanya dikerjakan oleh konsultan lain, karena merupakan proyek pemerintah daerah,” imbuhnya.
Reza juga menjelaskan desain atap Masjid Raya Sumbar yang bentuknya bukan semata-mata menduplikasi model atap bangunan lokal.
Namun, juga karena terinspirasi dari peristiwa peletakan batu Hajar Aswad oleh Nabi Muhammad Shallallahu Alaihi wa Sallam.
Filosofi desain itu menggambarkan bentuk bentangan kain yang digunakan untuk mengusung batu.
Di saat itu, empat kabilah suku Quraisy berselisih pendapat, mengenai siapa yang berhak memindahkan batu Hajar Aswad ke tempat semula.
Nabi Muhammad Shallallahu Alaihi wa Sallam, kemudian membentangkan selembar kain.
Beliau meletakkan batu tersebut, sehingga dapat diusung bersama oleh tiap perwakilan.
“Jadi, bentuknya seperti kain, terus dibentangkan. Filosofinya, berarti keadilan dan tidak ada yang menang sendiri,” jelas Reza.
Mengutip situs Abdullatif Al-Fozan Award, ajang penghargaan yang pertama kali diselenggarakan pada 2011.
Lalu, penghargaan itu mulai mencakup desain masjid yang ada di negara-negara Teluk.
Pada tahun ketiga (2017), cakupan pesertanya juga meluas, hingga ke negara-negara berpenduduk muslim lainnya.
Masjid Raya Sumbar
Desain merupakan karya arsitek Rizal Muslimin; yang memenangkan sayembara desain Masjid Raya Sumbar.
“Desain gambar kerjanya dikerjakan oleh konsultan lain, karena itu proyek pemerintah, jadi langsung dari Pemda Sumbar-nya.”
“Tim hanya diminta untuk meneruskan, sebagai design advisor. Jadi, gambar detailnya bukan oleh Urbane.”
Mengutip Kompas, selain sebagai design advisor, Rizal juga menjadi principal architect.
Ia dibantu oleh tim desain, yakni M Yuliansyah Akbar dan Mulyana Diwangsa, dengan consultant, Penta Architecture.