Ngelmu.co – Mengaku sebagai seorang pria, Erayani berani mempermainkan agama dengan menjadi imam; kala menjalankan salat di masjid.
Sintia–bukan nama sebenarnya–berupaya menguatkan mental dan hati, demi mendapatkan keadilan; usai ditipu oleh wanita bernama Erayani.
Erayani adalah warga Lahat, Sumatra Selatan, yang mengaku jika dirinya adalah pria, berprofesi dokter, sekaligus pengusaha batu bara.
Pada 31 Mei 2021, Sintia berkenalan dengan Erayani–kala itu mengaku bernama Gilbert Arrafif–melalui aplikasi Tantan.
Kepada Sintia, Erayani mengaku sebagai seorang mualaf yang hendak mencari istri. Mereka pun berkenalan.
Setelah kurang lebih dua pekan, Erayani berani ke Jambi, untuk mendatangi rumah Sintia.
Namun, ia yang berniat melamar Sintia, saat itu tidak membawa identitas.
Alasannya? Erayani sedang mengganti nama Ahnaf Arrafif, untuk menghilangkan nama baptisnya, sebelum menikahi Sintia.
Setelah berkenalan dengan keluarga Sintia, Erayani mengenalkan Sintia dan ibunya kepada ibu angkatnya yang bernama Syafni; lewat video call.
Di saat itu juga mereka membahas pernikahan.
Satu pekan di Jambi, Erayani kembali ke Lahat. Alasannya adalah untuk mengambil surat dan KTP dengan namanya yang baru.
Namun, pada awal Juli 2021, adik Erayani; Devita Sari, malah mengabari Sintia, untuk menyampaikan bahwa ibu mereka meninggal karena Covid-19.
@ngelmuco Irwan selaku Kasi Pidum Kejari #Jambi pun bicara soal #Erayani ♬ News, news, seriousness, tension(1077866) – Lyrebirds music
Itu adalah cara Erayani, agar dapat menunda kedatangannya bersama keluarga; menemui keluarga Sintia.
Harusnya, acara lamaran berlangsung pada 9 juli 2021. Namun, Erayani kembali ke Jambi, tiga hari setelah mengaku ibunya meninggal.
Ia tetap datang tanpa membawa identitas, dengan alasan ‘belum jadi’.
Sampai akhirnya, 18 Juli 2021, paman dan bibi Sintia, menyarankan keponakannya nikah siri terlebih dahulu.
Sintia kaget, tetapi paman dan bibinya terus berupaya membuatnya yakin.
Baca Juga:
Singkat cerita, Sintia pun bersedia nikah siri dengan Erayani, yang kala itu ia percaya sebagai seorang pria.
Sintia meminta izin kepada sang ibu, ibunya yang tengah sakit pun kaget, dan tidak dapat mendampingi Sintia.
Begitu juga dengan sang ayah yang memang sakit strok.
Pada Ahad (18/7/2021) malam, mereka melangsungkan akad nikah, dengan saksi dari pihak keluarga ayah Sintia, wali hakim, dan saksi imam.
Sedangkan Erayani, sebelumnya hanya melakukan video call dengan keluarganya.
Keluarga ikut berupaya meyakinkan, bahwa Erayani, benar-benar pria berprofesi dokter spesialis bedah syaraf, sekaligus pengusaha batu bara.
Bahkan mereka menyebutkan nama perusahaan, yakni PT Bomba Grup, PT BAU, dan PT PAMA.
Bukan cuma mengaku sebagai pria, mualaf, dokter, pengusaha, tetapi Erayani juga menipu Sintia, dengan meminta uang.
Alasannya untuk pengobatan ayah Sintia. Erayani bahkan juga meminta uang ibu Sintia, yang jika ditotal, ia merugikan keluarga Sintia hingga lebih dari Rp300 juta.
Lima bulan mereka tinggal di rumah ibu Sintia, sampai akhirnya November 2021, pindah ke rumah adik dari ayah Sintia.
Sebab, Erayani merasa mertuanya selalu mendesak kejelasan identitas yang memang tidak kunjung ia beri.
Awal Desember 2021, Erayani yang bukan dokter, bahkan berani menginfus sekaligus memasukkan obat untuk Sintia yang tengah sakit.
Erayani berupaya menghilangkan banyak barang bukti, seperti ponsel milik Sintia.
Kecurigaan ibu Sintia, makin besar.
Pada Jumat (3/12/2021) malam, ibu Sintia, memanggil warga, Ketua RT, dan Babinsa, untuk mendesak Erayani untuk menunjukkan identitasnya.
Namun, alasan Erayani, masih sama. Ia hanya berjanji akan menunjukkan identitas esok pagi. Janji tinggal janji.
Ia hanya melontarkannya untuk mengulur waktu, sembari bersiap membawa kabur Sintia, ke Lahat.
Sintia tidak menyadari bahwa ia akan dibawa kabur ke Lahat, karena pada 4 Desember 2021, pukul 06.00 WIB itu ia belum mandi, belum juga sarapan.
Setelah sampai di Lahat, Sintia tinggal di rumah ibu angkat Erayani yang bernama Syafni.
Sintia makin kaget, karena di sana ia bertemu Suryani, ibu Erayani yang sebelumnya disebut telah meninggal karena Covid-19.
Selama Desember 2021, Sintia dikurung di rumah Syafni, dan tidak boleh menghubungi ibunya.
Erayani hanya mengajak Sintia, beberapa kali ke air terjun di pelosok dusun Lahat, yang tidak terdapat sinyal.
Lagi-lagi, Sintia tidak memiliki kecurigaan, karena masih menganggap bahwa suaminya benar-benar pria.
Baca Juga:
Bersama bapak angkatnya, Suharto Malik, Erayani juga sempat mengajak Sintia, ke air terjun yang dekat dengan aliran Sungai Lematang.
Erayani menyuruh Sintia mandi di sana. Kini, Sintia baru sadar bahwa Erayani, hendak menghilangkan nyawanya yang tidak bisa berenang.
Erayani menyuruh Sintia, maju ke aliran sungai yang lebih dalam.
Sintia pun memegang tangan Erayani dengan kencang, agar ia tidak hanyut terbawa arus.
Ia punya bukti video, tetapi tidak dapat membagikannya secara luas, karena dirinya terekam jelas di sana.
Setelah kejadian itu, Sintia dikurung selama 4 bulan di rumah temannya, tanpa boleh berinteraksi dengan lingkungan sekitar.
Erayani terus menguras uang Sintia, bahkan memaksanya mencairkan deposito.
Ia juga berupaya membuat Sintia untuk membenci ibunya, dengan terus-menerus memfitnah yang bersangkutan.
Erayani menuduh ibu Sintia sebagai penunggang agama.
Selama 10 bulan, Sintia menikah dengan wanita yang menyamar sebagai pria, dan selama itu juga ia percaya.
Sintia berhasil kembali ke Jambi pada 2 april 2022, dengan pembuktian nyata.
Tim Polresta menyuruh Erayani untuk mengaku sekaligus membuka pakaiannya.
Di situlah, Sintia sadar bahwa Erayani benar-benar wanita.
@ngelmuco #Erayani ♬ Breaking News Background Music (Basic A)(1001538) – LEOPARD
Selama pernikahan, mereka memang berhubungan selayaknya suami istri.
Namun, Erayani selalu memaksa Sintia untuk menutup matanya dengan kain panjang. Keadaan lampu juga padam.
Parahnya lagi, menurut ibunda Sintia, Erayani bahkan pernah menjadi imam salat di salah satu masjid.
Namun, ia tetap selalu menaruh curiga kepada Erayani, karena sikapnya yang memang tidak tampak sebagai pria normal.
Itu mengapa Erayani, berupaya meyakinkan ibunda Sintia–dan juga yang lainnya–dengan berbagai cara.
Selain menjadi imam salat, ia juga melaksanakan salat Jumat. “Pelecehan agama dilakukannya.”
“Sempat mengimami salat di masjid. [Melaksanakan] salat Jumat juga. Itu yang menguatkan pernyataannya,” kata ibunda Sintia.