Bagi pengguna Twitter, @yokala2008, jawaban Muhadjir pun terdengar asal.
“Jawaban ngasal. Memang baru pertama kali ngirim beras, ya?” kritiknya. “Semua ini keluarga kita, Indonesia. Layani dengan baik, tanpa beda-bedakan status sosial, dan lain-lain.”
“Pakai rasa kemanusiaan,” pintanya. “Kerjakan amanah yang diberikan dengan sebaik-baiknya, Pak. Berikan sanksi buat petugas yang main-main.”
Akun @Regi_gie, pun bertanya, “Jadi, sudah tahu kehujanan dan kualitas jelek, masih dikasih?”
“Kalau gitu, keluarga bapak saja yang makan itu beras Bulog!” tegas @kaconk_bara.
Pemilik akun @rahmaelin2, juga satu suara. “Ya, sudah. Beras yang membatu, bapak ini saja yang makan. Biar warga Pandeglang liat, langsung.”
Singgung Permohonan Maaf
Penjelasan Muhadjir, juga membuat @satria_nof, menyinggung soal permohonan maaf. “Pemerintah sekarang sulit mengucapkan ‘maaf’.”
Sementara @mahbub_haz, mengetwit, “Oh, kirain Malin Kundang saja yang bisa jadi batu. Beras juga, toh.”
“Fosil jadi batu butuh waktu puluhan sampai ratusan tahun. Ngomong-ngomong, itu beras sudah berapa lama kehujanan?” tutupnya, bertanya.
Belum lagi respons @sofyanYES, yang menilai Muhadjir, berkelakar.
“Bapak, kalau bercanda jangan kelewatan. Beras seperti itu adalah beras lama. Tidak mungkin sekali hujan bisa menggumpal,” tuturnya.
“Sudah tahu kehujanan dan tidak layak, kok dikasih ke masyarakat? ‘Kan luar biasa sekali kalian ini,” sentil @rohmatsetiadi11.
“Gimana mau bangkit dari pandemi, kalau pejabat saja bikin narasi selalu offiside,” sahut @lintasarthaeng.
Tetap Salah
Bagi @AdmaJoe, bagaimanapun, pemerintah sudah keliru. “Kalau itu tetap diberikan, ya, itu tetap salah!”
“Tidak pantas! Mau ngeles begitu pun, jatuhnya tetap terlihat bodoh. Maaf, tapi tetap saja bodoh!” tegasnya.
Sedangkan akun @sautharitonang, bilang, “Ini orang [Muhadjir], saya perhatikan omongannya gak manusiawi.”
“Padahal, Menko PMK, atau gak nyampe tuh hati dan pikiran? Jadi yang keluar selalu nyakitin PMK,” ujarnya.
Ada juga yang justru fokus pada pernyataan Bupati Pandeglang Irna Narulita.
“Janganlah sampai kalian tahu wawancara bupatinya, ya, waktu di teve. Sekali lagi, jangan,” kata @ErvanZein.