Ngelmu.co – Terkait tentang pemecatannya dari Partai Keadilan Sejahtera (PKS), Fahri Hamzah muncul dengan memberikan serangan balik dengan meminta Presiden PKS, Sohibul Iman mundur. Pernyataan Fahri yang meminta Sohibul mundur dinilai sebagai langkah ngawur.
“Fahri Hamzah yang saya tahu sebagai aktivis politik Islam model KAMMI pada tahun 1998 pada awalnya saya pahami sebagai calon politisi umat yang handal dan mampu merawat citra islam modernis yang kuat,” ujar Analis Sosial Politik UNJ, Ubedilah Badrun dalam keterangannya, Jumat (2/3/2018), seperti yang dilansir oleh Detik.
Ubedilah menyebut Fahri selama ini diketahui loyal terhadap PKS. Namun karena perseteruan Fahri dengan elite PKS, dia mengaku asumsinya terhadap Wakil Ketua DPR itu pun gugur. Terutama setelah Fahri meminta Sohibul mundur tanpa didukung data dalam argumentasinya.
“Pernyataan tersebut membatalkan asumsi saya tentang Fahri Hamzah. Logikanya kelihatan sudah ngawur karena membuat pernyataan tanpa data. Meminta mundur presiden partai tanpa argumentasi yang didukung data itu ngawur,” kata Ubedilah.
Saat mengevaluasi dan mengkritik partai memang menurutnya penting, apalagi untuk menciptakan partai politik yang berkualitas dan profesional. Fahri seharusnya bisa mengambil pelajaran dari partai-partai lain yang sebelumnya berseteru dan bahkan sampai mengalami dualisme.
“Konflik Partai Golkar, PPP, dan Hanura, harusnya cukup menjadi pelajaran bagi politisi bahwa betapa pentingnya para aktivis partai memiliki kematangan politik untuk menghargai konstitusi partai. Meminta mundur ketua umum partai atau presiden partai tanpa dasar konstitusi partai dan tanpa data hanya akan membuat partai politik mengalami kemunduran budaya organisasi,” papar Ubedilah.
Sebelumnya, Fahri Hamzah langsung meluapkan marahnya setelah Presiden PKS, Sohibul Iman membongkar soal masalah yang membuatnya dipecat dari PKS pada 2016 lalu. Saat ini, Fahri masih memperjuangkan status kadernya di PKS melalui pengadilan.
“Apa pun manuver yang dilakukan Presiden PKS Sohibul Iman sudah tidak akan menguntungkan partai. Dia telah menjadi beban partai dan kadernya. Maka sebaiknya ia segera mundur, mumpung belum terlambat,” tukas Fahri dalam keterangan tertulis, Kamis (1/3).