Ngelmu.co – Calon Wakil Presiden nomor urut 02, KH Ma’ruf Amin mengklaim dirinya sebagai inisiator Aksi Bela Islam 2 Desember 2016 (Aksi 212). Namun, jika dilihat dari jejak digital dan sanggahan dari Ulama dan tokoh Betawi, Ustadz Haikal Hasan, Kiai Ma’ruf dari awal mengimbau masyarakat untuk tidak ikut berpartisipasi dalam aksi tersebut.
Ustadz Haikal menyebut Ma’ruf Amin mengimbau masyarakat untuk tidak ikut berpartisipasi dalam aksi tersebut.
“Kyai Ma’ruf Amin bukan inisiator 212. Dari 212 yang pertama, Kiai Ma’ruf Amin tidak merestui, tidak mengimbau untuk datang, justru kebalikannya. Dari 212 yang pertama, kedua, dan ketiga, Kiai Ma’ruf Amin tidak merestui. Tidak merestui,” kata Ustadz Haikal.
Ustadz Haikal mengaku bahwa ia memiliki dokumen-dokumen yang mendukung pernyataannya. Ia juga mempersilakan masyarakat untuk mengecek jejak digital terkait sikap Ma’ruf Amin terhadap Aksi 212.
“Saya punya dokumennya. Semua punya dokumennya. Jejak digital terbuka lebar, bahwa Kiai Ma’ruf Amin mengharapkan (peserta) tidak datang,” pungkasnya.
***
Seperti diketahui sebelumnya, Kiai Ma’ruf Amin sempat menyatakan dirinya sebagai inisiator Aksi 212 karena ikut mengeluarkan fatwa dan salah satu tokoh di balik lahirnya Gerakan Nasional Pengawal Fatwa (GNPF) MUI. Kiai Ma’ruf juga menyebut akan merangkul para Ulama Alumni 212 yang selama ini dinilai berseberangan dengan pemerintah.
“Saya selalu merangkul mereka, karena saya juga alumni 212, dulu kan saya yang gerakan aksi 212, cuma sesudah Ahok (dipenjara), saya selesai,” kata Kiai Ma’ruf di rumahnya, Jalan Lorong 27, Koja, Jakarta Utara, Kamis (9/8), dikutip dari Kaskus.
Kiai Ma’ruf Amin menyebut bahwa ia telah berkomunikasi untuk tidak lagi membuat gerakkan setelah mantan Gubernur DKI Jakarta Basuki Tjahaja Purnama ditahan, namun itu tidak diindahkan. Kiai Ma’ruf juga menyatakan terkait dengan ditunjuknya dirinya sebagai cawapres Jokowi dalam Pilpres 2019, Kiai Ma’ruf menyebut akan sekuat tenaga mendukung program nawacita jilid 2 Jokowi.
Baca juga: Ma’ruf Amin Klaim Inisiator Aksi 212, Ustaz Haikal: Justru Kebalikannya, Tidak Merestui!
***
Pada tanggal 20 Februari 2017, Kiai Ma’ruf Amin meminta namanya tak dicatut dalam aksi 212 jilid II esok harinya (21 Februari 2107). Sebab, menurut Kiai Ma’ruf, aksi itu bersifat politis. Cicit Syekh Nawawi al-Bantani itu juga melarang umat Islam mengikuti aksi itu dan saat itu.
“Saya berulang kali menyampaikan hal ini bahwa saya tidak pernah dilibatkan dan melibatkan diri ikut demo 212. Karena demo itu sangat politis,” kata Kiai Ma’ruf dalam pertemuan tokoh NU se-Madura, di Sampang, Madura, Jawa Timur, Senin (20/2/2017), dikutip dari Detik.
Sebelumnya, aksi-aksi serupa sudah dilakukan dan Kiai Ma’ruf mengakui ada peranan fatwa MUI dalam hal ini. Kiai Ma’ruf menyatakan bahwa fatwa tetap mengikat umat Islam secara syariah meski fatwa bukanlah hukum positif. Akan tetapi, saat itu, Kiai Ma’ruf menegaskan bahwa fatwa MUI yang diawali dengan adanya kasus penodaan agama oleh Basuki Tjahaja Purnama (Ahok) tak ada hubungannya dengan Pilgub DKI Jakarta 2017. Kiai Ma’ruf menyatakan bahwa terkait dengan Pilgub DKI, dirinya tak ikut campur.
“Ahok menang atau kalah saya tidak tahu. Itu masih di Lauhul Mahfudz. Kalau kalah, ya nggak ada masalah. Andaikata dia menang, ya nggak ada masalah juga,” ujar Ma’ruf saat itu, 20 Februari 2017.
***
Pada tanggal 10 Agustus 2018 lalu, Tempo merilis hasil wawancara pihaknya dengan Kiai Ma’ruf. Wawancara tersebut sebenarnya dilakukan pada awal Juni 2017.
Dalam wawancara pada awal Juni 2017, Kiai Ma’ruf mengatakan bahwa Fatwa MUI tidak ada sangkut pautnya dengan GNPF.
“Tidak ada hubungan. MUI hanya mengeluarkan fatwa,” kata Ma’ruf Amin saat itu di rumahnya yang ada di Koja, Jakarta Utara.
Petikan wawancara Kiai Ma’ruf Amin dengan wartawan Tempo Reza Maulana dan Raymundus Rikang, mengungkapkan bahwa tidak ada hubungan antara MUI dengan Gerakan Nasional Pembela Fatwa MUI. Kala itu, Kiai Ma’ruf menyatakan bahwa MUI hanya mengeluarkan fatwa, masyarakat yang membuat gerakan yang menggunakan isu fatwa penistaan agama dengan nama Pembela Fatwa MUI. Kiai Ma’ruf menegaskan bahwa ia tidak pernah menyuruh dan memfasilitasi.
Ketika disinggung soal keberadaan Ustaz Bachtiar Natsir, Wakil Sekretaris Dewan Pertimbangan MUI, di pucuk pemimpin gerakan itu, Kiai Ma’ruf menyebut bahwa Ustaz Bachtiar di dewan pertimbangan dan jarang sekali berkomunikasi dengan dewan pengurus MUI. Bahkan Ma;ruf menyampaikan bahwa keterlibatan orang MUI yang bersifat personal atau mewakili organisasi dia, bukan MUI.
Ketika ditanya sulit memisahkan MUI dengan demo-demo besar anti-Ahok dengan adanya label MUI, Kiai Ma’ruf mengatakan bahwa itu fatwa MUI, bukan MUI. Menjawab pertanyaan apa yang mendasari pengawalan fatwa, Kiai Ma’ruf memaparkan bahwa dirinya tak mendalami. Kiai Ma’ruf menyatakan bahwa pihaknya hanya menginginkan proses hukum di kepolisian dan pengadilan, selesai.
“Saya menganggap Aksi 2 Desember sebagai yang terakhir karena tuntutan menyidangkan Ahok sudah didengar. Maka, ketika ada seruan Tamasya Al-Maidah saat pencoblosan pilkada DKI dan Aksi 31 Maret, saya bilang tidak perlu lagi. Kami tak ingin terjadi pembelokan isu” papar Kiai Ma’ruf.
Saat Kiai Ma’ruf ditanya terkait dengan dugaan polisi bahwa rentetan demo itu ditunggangi gerakan makar, ia menyebut bahwa hal itu yang dirinya khawatirkan. Kiai Ma’ruf menyatakan bahwa saat itu, ia mengarahkan agar Aksi 212 tak ada orasi, tapi jemaah diminta duduk, mendengarkan tausyiah dan berzikir saja.
Kiai Ma’ruf pun mengatakan bahwa dalam diskusi dengan panitia dan kepolisian saat itu, ia juga mengarahkan agar aksi dipusatkan di Monas. Sebab, menurut Kiai Ma’ruf akan berbahaya kalau dilakukan di Thamrin seperti keinginan panitia. Ma’ruf menegaskan akan sangat berbahaya jika kepala aksi di Bundaran HI, buntutnya di DPR karena bisa saja yang buntut pada awalnya tiba-tiba jadi kepala dan arah demo berubah jadi politik.
***
Jadi benarkah Kiai Ma’ruf merupakan inisiator Aksi 212 meski ia tak pernah datang dalam Aksi tersebut dan reuni di tahun 2017 dan 2018?