Lembaga Ilmu Pengetahuan Indonesia (LIPI) merilis hasil survei elektabilitas partai politik. Tiga partai Islam terancam tak lolos ambang batas parlemen (parliamentery treshold) 4 persen yakni, Partai Keadilan Sejahtera (PKS), Partai Amanat Nasional (PAN) dan Partai Bulan Bintang (PBB).
Ketiga partai ini memiliki elektabilitas masing-masing 3,7 persen (PKS), 2,3 persen (PAN) dan PBB yang jauh dibawah kedua partai di atas.
Menurut Peneliti Senior LIPI Syansuddin Haris, angka ini masih di bawah ambang batas yang ditetapkan, yaitu 4 persen.
“Namun angka ini didapat pada saat survei dilakukan, mungkin sekarang sudah berubah setelah pilkada,” kata peneliti senior LIPI, Syamsuddin Haris, di Hotel Century Park, Senayan, Jakarta, pada Kamis, 19 Juli 2018.
Dalam survei tersebut, ada enam partai yang lolos ambang batas parlemen. “Enam partai yang lolos adalah PDI Perjuangan, Golkar, Gerindra, Partai Kebangkitan Bangsa, Partai Persatuan Pembangunan, dan Demokrat,”kata Syamsuddin Haris.
Elektabilitas partai-partai tersebut, menurut survei LIPI, adalah PDI Perjuangan 24,1 persen, Golkar 10,2 persen, Gerindra 9,1 persen, PKB 6,0 persen, PPP 4,9 persen, dan Partai Demokrat 4,4 persen.
Survei LIPI ini dilakukan pada 19 April-5 Mei 2018. Adapun metode survei yang digunakan adalah multistage random sampling dengan sampel survei berjumlah 2.100 responden. Pengumpulan data dilakukan dengan metode wawancara tatap muka dengan margin of error (MoE) 2,14 persen pada tingkat kepercayaan 95 persen.
LIPI tak sendirian dalam menempatkan posisi partai Islam di ranking bawah. Hampir semua lembaga survei merilis hasil serupa. Salah satunya LSI Denny JA.
Dalam survei yang hasilnya dirilis pada awal Mei 2018, partai Islam berada di divisi bawah. PAN 2,5 persen, Nasdem 2,3 persen, Perindo 2,3 persen, PKS 2,2 persen, dan PPP 1,8 persen.
Tak hanya jelang Pemilu 2019 saja kondisi ini terjadi. Setiap akan dilangsungkannya hajatan pesta demokrasi 5 tahunan, banyak lembaga survei yang hasilnya serupa dan menyimpulkan bahwa partai Islam tak akan lolos ambang batas parlemen. Baik itu di pada 2004, 2009 dan 2014 silam.
Ironisnya, hasil survei tersebut selalu meleset. Partai-partai Islam yang disebut akan tenggelam, justru masih bertahan dan meraup suara yang siginifikan. Masih eksisnya PKS, PPP, PAN, PKB hingga kini jadi bukti tak terbantahkan.
Kisah melesetnya hasil survei tersebut sama persis dengan prediksi semua lembaga survei dalam Pilkada Jabar, Jateng dan Sumut pada 2018 kemarin. Pasangan Sudrajat-Ahmad Syaikhu (Asyik) yang hanya mendapat kisaran 7%, justru naik menjadi hampir 30% dalam Pilgub Jabar. Begitu pula Sudirman Said-Ida Fauziyah di Jateng.
Pertanyaannya, adakah kaitan ini semua? Mengapa polanya sama dan selalu berulang? Ini tentu saja sebuah misteri yang motifnya pasti akan segera terungkap.
Erwyn Kurniawan